Dibalik Kasarnya Jeno

1.2K 137 5
                                    

"Jadi Taeyong udah punya pacar?" Bibi refleks melebarkan mata dengan wajah merekah.

Paman yang duduk di sebelah bibi, hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala kecil memandang keponakan tertuanya yang sudah ia anggap putra sendiri.

Haechan yang duduk di sebelah Taeyong, baru saja mengadu pada paman dan bibi bahwa kakaknya sudah memiliki kekasih, alih-alih merasa segan ketika Taeyong memelototinya, justru pria itu tergelak. Mark yang duduk di sebelah Haechan, ikut tertawa.

"Kirain nggak bakal ada cewek yang mau sama kamu." Cibir paman.

"Paman!" Taeyong berseru tidak terima. "Aku ganteng loh. Cewek-cewek banyak yang suka aku, cuma ya untuk milih dijadiin pacar aku seleksi dulu." Kemudian menggendikan bahu.

"Omong-omong kuliah kalian gimana nih?"

"Nggak ada masalah, yah." Sahut Mark.

"Yah,"

"Iya, mama?"

"Uang buat bayar hutang, udah ada?"

Paman menghembuskan napas lelah setelah pertanyaan sang istri terlontar dengan suara lirih. Pria berkacamata bening itu merasa beban yang ia tanggung begitu berat.

Keluarga Lee yang semula kaya, dua tahun lalu usaha yang dijalankan paman bangkrut. Ditambah ia harus menjual aset kekayaannya untuk membayar operasi sang istri yang dua tahun lalu sakit kanker payudara.

Kemudian suatu hari, Mark kecelakaan dan paman meminjam uang kepada salah satu temannya untuk membiayai pengobatan Mark. Berakhir hingga saat ini Paman selalu ditagih pria-pria berjas hitam -anak buah temannya yang kaya raya- yang kerap mendatangi rumahnya.

Mark yang sadar suasana langsung sendu, tiba-tiba tergelak sambil menunjuk dinding. Sengaja agar emosi keluarganya teralihkan. Lantas, satu keluarga terkejut dan menoleh hanya untuk menemukan seraut wajah geli Mark.

"Lo kenapa deh?" Haechan tak habis pikir, lalu memandang objek yang dipandang Mark.

"Oooh, cicak berantem." Gumam Taeyong memperhatikan dua cicak di dinding yang sedang kejar-kejaran.

"Cicak berantem kok diketawain." Bibi berdecak tiga kali sambil geleng-geleng kepala.

"Ish, itu bukan berantem. Itu mereka lagi kawin!" Ujar Mark heboh.

Paman menunduk hanya untuk melihat putranya yang duduk bersama dua saudara sepupunya di lantai, sedangkan ia dan istrinya duduk di sofa.

"Tau dari mana kamu?" Paman memukul pelan kepala putranya.

"Mereka lagi berantem tau, kak." Ujar bibi, ibunya Mark melihat sekilas dua cicak di dinding belakang sofa yang ia duduki.

"Emang ya? Bukannya kawin?" Mark bingung.

"Emang cicak kawin, gimana caranya?" Tanya Haechan.

Suasana hangat itu mendadak pudar saat kehadiran Jeno yang memasuki ruang tengah dari dapur, merenggut perhatian mereka.

Jeno habis makan makanan sisa Haechan di dapur. Biar kuperjelas, piring bekas makan malam Haechan yang menyisakan nasi dan lauk setengah porsi dimakan oleh Jeno.

Tadi, bukan Jeno yang menginginkannya. Melainkan itu adalah perintah paman yang katanya menyuruh berhemat, padahal tadi sore ia dengar pamannya itu baru saja membelikan ayam KFC untuk ketiga saudaranya.

Sambil tersenyum menatap Jeno yang berjalan pelan dengan mata pria itu yang terus mengarah ke depan, Mark mengayuhkan tangan. Bermaksud meminta Jeno duduk di sebelahnya dan bergabung dalam perbincangan keluarga.

Open Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang