"Kak,"
"Hmm?"
"Kakak suruh aku jauhin kakak. Tapi, kenapa sekarang malah kakak yang nggak menjauh dari aku?"
Seketika Jeno terperenyak, merasa perkataan gadis di sebelahnya ini seolah membuktikan bahwa Jeno tidak bersedia lepas dari Mi Cha dan selalu terikat dengannya.
Dan itu memang benar. Jeno menyadari bahwa harinya tak berwarna tanpa kehadiran Mi Cha. Di antara penatnya kehidupan yang menyiksa, Jeno butuh Mi Cha sebagai embun penyejuk.
"Karena..."
Lidah Jeno kelu, tidak sanggup berkata-kata.
"Karena aku berhasil ambil hati kakak. Kakak suka sama aku kan?"
Gadis yang berjongkok di sebelah Jeno mendadak berubah menjadi gadis yang berbeda. Tatapan mata Mi Cha menerawang ke wajah Jeno, rautnya yang serius, juga nada suaranya yang menuntut.
Lee Jeno bingung harus menjawab apa, disatu sisi perasaannya mengiyakan pernyataan gadis itu. Disisi lain, pemikirannya menangkisnya.
Jeno masih ingat betul peringatan Jaemin. Dan pemikirannya membenarkannya.
Mi Cha adalah seorang gadis periang yang sempurna. Menurut Jeno, pria buta sepertinya tidak pantas disandingkan dengan Mi Cha. Apabila diibaratkan, seperti genangan air kotor di jalan dengan beningnya air terjun pegunungan.
Ia dan Mi Cha tidak sama.
"Diamnya kakak kali ini seakan menunjukan kalo kakak emang suka aku." Gumam Mi Cha, terkekeh.
"Please, open your eyes!" Lirih Jeno, kemudian berdiri. Gadis bergaun kuning itu menirunya.
"What for? My eyes have been open."
"You can see? Aku buta, cacat." Jeno menghembuskan napas berat, "Kamu bisa melihat dan nggak kekurangan. Kita berbeda."
Genangan air mata memenuhi kelopak mata Mi Cha, ia menatap Jeno dengan sorot menyakitkan. Lagi-lagi Jeno menyalahkan dirinya sendiri atas kekurangan yang dimilikinya. Itu membuat Mi Cha sesak.
"Terus apa salahnya?" Air mata Mi Cha menetes, gadis itu mengulas senyum kecut. "Lagipula kakak seperti ini karena nolong Kak Haechan. Sangat jarang ada saudara yang pengorbanannya sebesar kakak. Menjadi buta bukan pilihan dan keinginan kakak."
Gadis bergaun kuning itu berdiri di hadapan Jeno. Ia mendongak hanya untuk melihat wajah rupawannya. Diperhatikannya oleh ia wajah polos itu dengan tatapan sendu, kemudian Mi Cha meraih tangan kanan Jeno. Menangkup tangan besar itu, menggenggamnya hangat.
"Aku sayang kakak." Aku Mi Cha tanpa ragu, lirih, air matanya berjatuhan. "Jangan nyalahin diri sendiri lagi. Aku nggak suka. Kakak juga nggak salah." Titahnya, menekan.
Jeno menghela napas berat. Pria itu merasa miris. Sesungguhnya ia pun merasakan apa yang dirasakan Mi Cha.
Saat gadis mungil di hadapannya ini jadi korban tabrak lari, saat gadis ini koma beberapa minggu di rumah sakit, tidak pernah ada hari Jeno tidak menunggui Mi Cha dengan sedih. Pria bermarga Lee itu selalu merindukan gadis yang tidak pernah mengungkit dan menghujat kekurangannya.
Mi Cha memberi warna pada hari kelam yang dilalui Jeno. Jeno sangat menyayangi Mi Cha, sangat. Akan tetapi, kembali lagi pada peringatan Jaemin kala itu, Jeno membenarkan ucapan Jaemin.
"Di halaman depan rumah kamu kosong nggak?" Tanya Jeno.
"Kosong. Pestanya kan di halaman belakang. Emang napa?" Mi Cha mengusap kedua pipinya yang basah, kemudian memeperkan tangannya ke gaun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Eyes
FanfictionDia buta, pemarah, dan kasar. Namanya Lee Jeno. Seorang pemuda yang tidak sempurna. Hidupnya jauh dari kata bahagia setelah Lee Taeyong memintanya mendonorkan mata untuk Lee Haechan. Lalu bagaimana seorang Lee Jeno menjalani hidupnya yang kelam? Bi...