Leta merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya setelah keluar dari kamar mandi sembari tersenyum lebar. Pikirannya menerawang mengingat kejadian beberapa jam lalu. Dimulai dari Lintang datang menjemputnya, datang ke rumah Lintang walaupun suasananya tidak terlalu baik, makan berdua, foto berdua, Lintang mengatakan Leta cantik secara tidak langsung, dan Lintang yang meminjamkan jaketnya tanpa diduga.
Saat akan keluar dari restoran tadi, walaupun tahu hal itu bisa saja terjadi tapi Leta cukup terkejut saat Lintang menegurnya dimana ada bercak darah di celananya. Tanpa diduga seorang Lintang yang terlihat tidak pernah peduli dengan urusan orang lain tiba-tiba menyodorkan jaketnya pada Leta.
Leta terhenti saat akan melepas cardigannya ketika Lintang tiba-tiba menyodorkan jaketnya.
"Tutupin pake ini!"
"Lo nggak papa? Dingin loh naik motor nanti," tanya Leta sedikit ragu akan menerima jaket Lintang. Sejujurnya Leta pun tidak tega membiarkan Lintang berkendara di malam hari hanya mengenakan kemeja yang malah dia gulung lengannya sampai ke siku itu. Tentu saja Leta sangat senang menerima perhatian dari Lintang, tapi Leta lebih menghawatirkan cowoknya.
"Mau pake apa nggak?" tanya Lintang hampir menarik kembali jaket yang dia ulurkan. Tangan Leta dengan cepat meraik jaket Lintang lalu mengikatkannya di pinggangnya.
Sepertinya lebih baik Lintang hanya memakai kemeja tanpa jaket daripada Leta yang melepas cardigannya dan hanya memakai kaos pendek di malam yang dingin ini. Tentu saja setelah Leta berhasil sampai dengan selamat di rumah, tidak lupa dia mengembalikan jaket Lintang dan memaksa cowok itu memakainya. Jika Lintang sakit, Leta juga yang kangen.
Leta menutup wajahnya dengan bantal, berguling-guling di kasur saat mengingat kembali seorang Lintang yang terlihat cuek tapi punya sisi perhatian juga.
"Ahh pacar gue sweet banget sih. Lintang gue makin suka sama lo gimana dong!" Leta berteriak dibalik bantal.
Leta duduk menyilangkan kakinya, memeluk boneka minion kesayangannya. Kembali mengingat saat Lintang mengelak dia baru saja mengatakan Leta cantik. Tadi pasti pipi Leta sudah seperti kepiting rebus. Leta meletakkan tangannya di dada sebelah kiri, tersenyum mengingat sensasi saat jantungnya berdegup kencang ketika satu kata itu meluncur dari bibir Lintang. Wah, bahkan hanya memikirkannya saja jantungnya kembali berdegup kencang meski tak secepat tadi.
"Cantik kok," Leta menirukan nada bicara Lintang tadi, lalu tertawa berguling di ranjang masih setia memeluk boneka minionnya.
Kemudian mengingat saat Lintang enggan menjawab pertanyaan apakah dia benar-benar menyukainya atau tidak. Kalau cinta tidak perlu dipertanyakan sepertinya sudah jelas Lintang memang tidak mencintai Leta. Tapi jika ada sedikit saja rasa suka di hatinya, setidaknya Leta masih punya harapan bukan.
"Gapapa, setidaknya sekarang dia nggak ngerasa risi kalo deket gue ya kan Min? Gue masih punya kesempatan kok, semangat!" Leta menatap boneka minionnya menarik napas dalam-dalam tersenyum kecil.
Meletakkan asal boneka minionnya, Leta membuka laci nakas di samping ranjang, nampaklah lollipop warna-warna memenuhi laci. Mengambil satu asal, lalu mulai menikmati lollipopnya. Melihat ponselnya tergeletak di atas nakas membuat Leta mengingat moment foto bersama Lintang tadi. Lagi-lagi hal sekecil itu dapat menerbitkan senyum Leta.
"Oh iya, gue mau pamer sama Imel."
Leta meraih ponselnya, mencari kontak bernama Urimel dan memencet tombol call. Urimel, Imel sendiri yang mengubah nama kontaknya begitu. Katanya artinya Imelku entah darimana asalnya tapi anak itu memaksa agar Leta tidak mengubahnya lagi. Toh, Leta memang terlalu malas mengganti nama kontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Teen FictionDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...