Siang ini Leta masih betah tidur di kelasnya, sudah terhitung hampir satu jam Leta merebahkan diri di lantai bagian belakang kelas dengan menjadikan tasnya sebagai bantalan. Masih tidak ingin terbangun meski suasana kelas begitu bising karena sudah dua hari ini sekolah mulai mengadakan acara ulang tahun sekolah yang artinya tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Hingga teriakan Echan yang melengking berhasil membuat Leta terbangun, tidurnya tidak pernah tenang sejak pertama merebahkan tubuhnya. Leta tidak salah bukan, tidur di kelas saat tidak ada jam belajar, tapi kenapa teman-temannya berisik sekali. Apalagi makhluk bernama Echan yang tidak pernah bisa diam. Padahal beberapa menit yang lalu sudah tidak terdengar suaranya karena entah pergi kemana, sekarang anak itu sudah kembali dengan teriakan yang lebih keras.
"Keren kan gue, lihat kan kalian pak Daniel aja tadi muji gue. Siapa yang kemaren nggak setuju gue ikut lomba nyanyi? Lihat aja besok gue bawa hadiah kemenangan buat kelas ini," ujar Echan, teman-temannya hanya mengiyakan saja. Lebih tepatnya malas menanggapi.
"Echan gue tau mulut lo kayak toa, tapi nggak usah dipamerin mulu. Ngomong biasa aja gitu, nggak usah teriak-teriak mulu!" teriak Leta.
Mendengarnya Echan menghampiri Leta dengan senyuman jahilnya.
"Nggak mau!" teriak Echan tepat di dekat telinga Leta. Leta mengangkat tangannya ingin memukul kepala Echan, tapi dengan cepat Echan berhasil menghindar. Maka terjadilah aksi kejar-kejaran.
"Echan, sini nggak lo!"
Tepat sekali Echan menemukan pawang bagi Leta yang sedang mengamuk, Lintang datang ke kelas 11 IPA 4. Echan bersembunyi di balik punggung Lintang, Leta yang baru menyadari kehadiran Lintang menjatuhkan buku di tangannya yang sebelumnya akan dijadikan senjata untuk membalas perbuatan Echan.
"Eh, Lintang, lo mau--" belum selesai mengucapkannya Leta menutup wajahnya dengan kedua tangan, baru menyadari sesuatu.
"Tunggu bentar, bentar doang, nanti gue balik lagi," ujar Leta sambil berlari ke luar luar kelas.
"Ngapa tuh anak?" tanya Lintang heran. Dibalas tawa kemenangan milik Echan.
"Baru bangun tidur pacarnya dateng, ketemu pacar muka ileran malu gak tuh." Echan tertawa terbahak-bahak mengingat ekspresi Leta sebelum pergi ke luar kelas.
"Pergi cuci muka dulu tuh pasti." Lintang hanya ber-oh ria menanggapi Echan.
*****
"Lintang mana?" tanya Leta saat kembali dari toilet tidak menemukan Lintang di kelasnya.
"Lintang? Ngapain nyari Lintang di sini, ngelindur lo?" Imel balik bertanya karena dirinya pun baru kembali ke kelas setelah berpartisipasi mengikuti salah satu lomba yang diadakan panitia OSIS.
"Tadi Lintang ke sini nyariin gue."
"Lintang ke sini mau manggil Marvin yang katanya ikut tim basket, bukan nyariin lo," celetuk Bella yang memang sedari tadi ada di kelas.
Imel tertawa melihat Leta yang merengut kesal. "Lintang anggota OSIS kalo lo lupa, pasti sekarang lagi sibuk ngurusin ini itu. Mana sempet nyariin lo, dan nggak pernah ada juga dalam sejarah Lintang nyariin Leta, kepedean sih lo."
Leta menghentakkan kakinya kesal, kembali ke bagian belakang kelas, menendang kaki Echan yang tiduran sambil memainkan ponselnya dengan tas Leta sebagai bantalan. Sontak saja Echan terduduk mengaduh mengelus kakinya.
"Selow Mbak, main tendang aja lo. Mau minta apa bilang aja bilang."
"Gue mau lo enyah dari sini, mengganggu pemandangan tau nggak. Bikin kesel aja." Leta membenarkan posisi tasnya lalu kembali merebahkan tubuhnya tepat seperti sebelumnya, setelah mendorong tubuh Echan agar pergi menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Teen FictionDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...