"JUN!"
Semua orang terlihat panik melihat Jun terjatuh, Leta berjongkok mengecek keadaan Jun begitupun Echan dan Leon dengan sigap berlari mendekati Jun. Dan beberapa siswa lain ikut mendekat.
Namun hanya dalam sepersekian detik setelah Echan dan Leon mendapati Jun yang sedang tersenyum lebar membuat Leon meninju bahunya beberapa kali dan Echan mengangkat kepalan tangannya seakan siap menghajar Jun sekarang juga. Beberapa siswa lain tampak ikut memaki Jun yang sempat membuat panik semua orang.
"Gue meleleh dong ditatap Kak Leta.... Aakkk nggak kuat," ucap Jun masih dengan posisinya tiduran di lantai lapangan. Senyumnya masih belum pudar meski tangannya sibuk melindungi diri dari amukan Leon dan Echan.
"Gak lucu anj--" Leta menghembuskan napas kasar lalu pergi begitu saja meninggalkan lapangan.
"Eh eh, ngambek," segera Jun bangkit menyusul Leta yang berjalan menjauh.
"Jangan kabur woy, pertandingannya belum selesai. Juna!" teriak Leon yang sama sekali tidak digubris keduanya.
Melihat Leta memasuki toilet wanita, dengan pasrah Jun menunggu di depan toilet menyandarkan punggungnya di dinding. Bosan menunggu, Jun membalikkan tubuhnya menatap dinding.
"Kak Leta marah ya? Maaf--"
"Maaf Kak, gue nggak bermaksud--"
"Maaf Kak, gue salah--"
Jun mengacak rambutnya, menghela napas pelan. Kembali memutar otaknya, mencari kata-kata yang pas untuk dikatakan kepada Leta.
"Maafin--"
"Ngapain lo disitu? Ngobrol sama tembok?" Pertanyaan Leta membuat Jun membalikkan tubuhnya cepat, tersenyum lebar seperti biasa.
"Mau mbujuk Kak Leta, kirain marah tadi."
"Apasih orang gue kebelet-- Lintang!" dengan semangat Leta menghampiri Lintang yang berjalan dengan setumpuk kertas di tangannya. Disampingnya, Seon juga membawa kertas serupa dengan jumlah yang kurang lebih sama.
"Apa?" Lintang menatap malas.
"Hai Seon!" sapa Leta.
"Gue duluan," pamit Seon setelah terlihat mematung beberapa saat, yang kemudian hanya diiyakan Lintang.
"Yeuu emang bener-bener kulkas berjalan ya," gerutu Leta.
"Tumben bareng Seon bukan Jaya?" tanya Leta kembali memusatkan perhatiannya pada Lintang.
"Emangnya harus banget gue bareng Jaya kemana-mana?" Lintang menjawab pertanyaan Leta dengan pertanyaan.
"Nggak juga sih, hehe...."
"Udah? Lo manggil gue cuma buat nanya gituan doang?" Leta mengangguk dengan wajah polosnya.
"Lagi mau ngurus OSIS sama pak Saiful ya?"
"Iyalah, masa mau ke toilet."
"Bisa aja dong, kan lewat toilet tuh."
"Terus nih berkas-berkas ditaroh wastafel gitu? Buat pajangan di toilet?"
"Ya, kali aja cuma pengen bawa kertas gitu."
"Kurang kerjaan banget dah."
"Arghhh," ditengah percakapan antara Leta dan Lintang, Jun tiba-tiba mengerang sambil memegang kepalanya. Sontak saja Leta menghampiri Jun dengan raut panik persis seperti saat di lapangan tadi.
"Jun lo sakit beneran?"
"Iya nih, jangan-jangan gue gegar otak nih."
"Dih jangan nakut-nakutin deh, mau ke rumah sakit?" tawar Leta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Teen FictionDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...