Lintang meneguk jus yang dibawakan Leta beberapa saat yang lalu kemudian menatap Leta dan Neneknya bergantian, keduanya asik mengobrol.
Lintang mengingat kembali beberapa saat yang lalu ketika dia melihat Leta tampak mematung di depan pintu rumahnya yang kemudian suara gelas dibanting terdengar samar. Gadis itu dengan cepat berbalik ke arahnya memintanya membawanya pergi, Lintang hanya menurut tanpa sepatah katapun.Kini gadis itu tertawa lebar bersama Neneknya seperti tidak pernah ada beban di pikirannya. Banyak pertanyaan yang berlarian di otak Lintang, tapi dia sama sekali tidak berniat menanyakannya. Tidak seharusnya Lintang menanyakan soal privasi keluarga Leta, sudah cukup dia mengetahui bahwa keluarga gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu sepertinya tidak baik-baik saja. Dia harus bersyukur setidaknya keluarganya baik-baik saja.
Bagaimanapun semua manusia pasti punya permasalahan yang dihadapi masing-masing entah besar ataupun kecil. Seorang gadis yang selama ini selalu membuntutinya dengan tingkah aneh dan senyuman lebar khasnya ternyata juga sama seperti orang pada umumnya yang memiliki permasalahan yang dihadapi, Lintang hampir saja mengira gadis aneh itu tidak punya beban hidup hingga begitu kurang kerjaan selalu mengikutinya kemana-mana.
"Lintang!" Lintang tersentak mendengar panggilan Leta.
"Mikirin apasih ngelamun?" tanya Leta.
"Nggak ada," jawab Lintang seadanya.
"Kamu laper juga kan, makan ya? Biar Leta sekalian masaknya," tanya Sarah.
"Nggak usah Nek, aku makan di rumah nanti."
"Tapi kan Tang, masa gue makan terus lo cuma liatin gitu? Kan nggak lucu," ujar Leta.
"Udah makan di sini aja, pulangnya nanti habis makan. Leta masak ayok sama Nenek."
Leta menahan Neneknya yang hendak berdiri, "Nggak, Nenek duduk aja biar aku yang masak. Biar Lintang yang ikut nemenin aku masak."
"Gue? Gue nggak bisa masak," Lintang menunjuk dirinya sendiri.
"Liatin gue masak aja. Kata Nenek, gue paling cantik kalo lagi masak loh. Yakan Nek?" Leta menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Sarah hanya terkekeh pelan, sudah terbiasa dengan kepercayaan diri Leta yang sudah ada di level tertinggi.
"Ogah."
"Nak Lintang ikut saja daripada duduk sendiri di sini, masuk saja tidak usah sungkan. Nenek mau ngerjain sesuatu sebentar." Nenek beranjak berjalan masuk ke dalam kamar.
Leta tersenyum penuh kemenangan, Lintang ogah-ogahan berjalan mengikuti Leta. Hingga sampai di dapur yang terlihat kecil tapi semua tertata rapi hingga tidak terkesan sempit, Lintang duduk di salah satu bangku di meja makan.
"Lo sama sekali nggak bisa masak?" tanya Leta, yang hanya dibalas gelengan.
Leta terkekeh pelan. Geleng-geleng doang gemoy banget sih pacar gue. Jadi makin suka dong gue. Batin Leta.
"Mau gue ajarin nggak?"
"Nggak."
"Yaelah coba aja dulu kali."
"Cowok nggak harus bisa masak."
"Cowok juga butuh makan kali. Sini deh, lo kan pinter katanya tuh. Liatin doang juga bisa sendiri," Lintang menghampiri Leta tanpa minat.
Leta menjejerkan beberapa piring berisi bahan-bahan yang akan dia masak. "Nahh, kelas masak dimulai."
"Karena kata nenek suruh masak buat berdua aja, jadi kita masak dua piring aja. Nah kalo nasinya dua piring kira-kira bumbunya kayak gini, bawang putih tiga siung, bawang merah lima, cabenya..., lo suka pedes nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Teen FictionDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...