26. Tragedi

584 42 26
                                    

"Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Kamu dapat memilih untuk bahagia. Akan ada stres dalam hidup, tetapi itu adalah pilihanmu apakah kamu membiarkannya memengaruhimu atau tidak." - Valerie Bertinelli

Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.

Apapun itu definisi bahagia, yang pasti Leta hanya memilih untuk tersenyum lalu menemukan kebahagiaan. Leta bahagia hanya dengan memiliki kesempatan melihat Lintang setiap saat. Katakanlah berlebihan atau apapun itu, Leta tidak peduli sama sekali. Kebahagiaan tidak akan pernah datang jika kamu memikirkan pendapat orang lain. Leta memilih menikmati kebahagiaannya karena dapat berbincang dengan Lintang daripada memikirkan masalah hidup yang tentunya tidak akan pernah habis selagi masih bernapas. Bahagia adalah pilihan.

Persetan soal mantan, yang terpenting sekarang Lintang sudah menyukainya. Itu sudah cukup baginya. Lupakan tentang mama dan papa yang baru bertengkar tadi pagi, lupakan tentang nilai yang masih belum mencapai batas minimal, untuk detik ini Leta hanya ingin menikmati kebahagiaannya ketika Lintang datang ke kelasnya mengajak pulang bersama seperti yang mulai sering dilakukannya beberapa hari terakhir.

Sejak hari dimana Lintang mulai mengakui dirinya menyukai Leta, cowok itu seringkali datang ke kelas Leta mengajaknya pulang bersama. Bahkan cowok itu juga sering menjemputnya. Walaupun cowok itu mengatakan hanya kebetulan, tepat saat dia lewat Leta baru keluar dari rumahnya hendak berangkat ke sekolah.

Abaikan saja soal mantan, sepertinya Lintang benar-benar berusaha melupakannya. Soal mama dan papa, biarlah mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Soal nilai, belajar lebih keras lagi nanti. Hanya itu yang bisa Leta pikirkan agar terbebas dari berbagai pikiran buruk.

"Padahal Imel pernah bilang katanya nggak mau pacaran sebelum lulus SMA. Lah kok tiba-tiba pacaran sama Jaya, gimana nggak kaget coba. Mana dia sebelumnya nggak pernah cerita apapun soal Jaya ke gue."

"Sama sekali belum pernah cerita?" tanya Lintang sesekali menanggapi celotehan cewek di sampingnya.

"Em, pernah cerita sih dia dideketin sama cowok terus bingung mau apa nggak. Masalahnya Imel nih sebenernya juga suka, cuma males aja pacaran."

"Ya berarti pernah kan?"

"Iya, sih. Tapi kan dia nggak pernah bilang cowok itu Jaya. Lo juga nggak pernah bilang ke gue kalo Jaya sama Imel deket, waktu itu Jaya bilang punya pacar lo langsung bisa nebak sedangkan gue nggak dikasih tau apa-apa."

"Karena bukan hak gue, mereka berdua yang berhak ngasih tau lo. Soalnya mereka backstreet gitu kan, ya gue nggak berhak ngasih tahu siapapun dong."

Lintang terkekeh pelan melihat reaksi Leta, bibirnya mengerucut lucu. Sepertinya Lintang baru menyadari pacarnya memang selucu itu. Oke ralat, bukan selama ini tidak menyadari hanya saja malas mengakui.

"Gak tau deh pokoknya gue masih ngambek." Leta melipat kedua tangannya di dada, menghentakkan kakinya saat melangkah.

"Sama siapa?"

"Sama Imel."

"Kok bilangnya ke gue?"

"Ngasih tau doang."

"Gue nggak nanya."

Leta melirik sinis ke arah Lintang. "Lo makin banyak ngomong, makin nyebelin ya."

Lintang tertawa puas. "Gini gini lo kejar-kejar terus. Nyesel?"

Diluar dugaan, Leta mengangguk. Membuat Lintang sedikit mengerutkan keningnya. "Nyesel gue, tapi dikit doang. Kalo mau dimaafin, beliin lollipop dulu." Lintang mencibir saat Leta mengaduh hanya karena telunjuk Lintang mendorong dahinya pelan.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang