12. Sakit

664 52 44
                                    

Seperti biasa suasana di kantin saat jam istirahat selalu ramai, begitupun siang ini. Lintang berjalan memasuki kantin bersama Jaya dan Seon, hingga seseorang berjalan dari arah yang berlawanan mengehentikan langkahnya begitupun Lintang ikut mengehentikan langkahnya.

"Apa? Mau nanyain Leta? Gak liat Leta dari pagi akhirnya nyariin juga? Lo pacarnya, harusnya lebih tau," ucap Imel dengan raut kesal.

"Gue nggak nanya," sahut Lintang.

"Terus ngapain lo ngehalangin jalan gue?" ketus Imel.

"Gue juga mau lewat, tapi sempit. Lo kalo mau lewat ya lewat aja." Jaya yang di belakang Lintang menahan tawanya, takut kena semprot cewek di depan Lintang yang terlihat sedang mode singa. Jangan tanyakan Seon, ekspresi wajahnya selalu datar.

Imel melihat sekitar yang memang sangat ramai, karena keadaan kantin yang sangat ramai sehingga keduanya tidak bisa berjalan dengan leluasa.
Imel menghentakkan kakinya kesal lalu berjalan sempat sedikit menabrak lengan Lintang. Bisa dibilang melampiaskan kemarahan, tapi bisa dibilang ketidaksengajaan juga karena memang jalannya sempit.

Lintang menggeleng pelan sedikit terheran dengan tingkah teman pacarnya itu yang memang tidak beda jauh dengan Leta. Tapi memang benar juga, sejak pagi Lintang belum melihat batang hidung pacarnya. Sungguh hal yang langka, bahkan pacarnya itu sama sekali belum mengiriminya pesan sejak pagi.

"Kak Imel! Kak Leta mana?" ucap seseorang cukup keras membuat Lintang tanpa sadar menoleh ke belakang.

"Gue juga nggak tau, hari ini dia nggak masuk," sahut Imel dengan raut cemas yang tidak bisa disembunyikannya.

"Sakit?" tanya Jun.

"Alpha, nggak ada surat ijin. Gue hubungi dari tadi juga nggak bisa."

Samar-samar Lintang dapat mendengar percakapan keduanya, saat akan kembali menajamkan pendengarannya Lintang tersentak karena Jaya memanggilnya.

"Lo mau makan apa?" Jaya mengulang pertanyaannya.

"Samain punya lo aja deh."

"Yaudah, gue juga samaan punya Seon deh. Pesenin ya kalian berdua, gue cariin bangku deh. Baik kan gue."

Pernyataan Jaya dibalas tatapan sinis kedua temannya, tapi siapa peduli Jaya hanya menertawakan keduanya lalu beranjak meninggalkan keduanya berniat mencari bangku yang kosong.

Lintang kembali menoleh, namun sudah tidak menemukan Jun maupun Imel. Bohong jika Lintang mengatakan sekarang tidak memikirkan pacarnya yang secara ajaib tidak ada kabar seharian.

Nggak mungkin gara-gara kemaren gue nggak jadi nganterin pulang kan? Masa sih? Semalem juga ngechat gue kok, walaupun nggak gue bales sih. Batin Lintang. Perasaan bersalah muncul di benaknya, mengakui kebodohannya kemarin memilih mengantar Fio hanya karena sedang demam.

****

"Kak Imel! Kak Leta mana?" tanya Jun akhirnya menemukan Imel setelah kesana kemari mencari Leta.

"Gue juga nggak tau, hari ini dia nggak masuk," sahut Imel dengan raut cemas yang tidak bisa disembunyikannya.

"Sakit?" tanya Jun.

"Alpha, nggak ada surat ijin. Gue hubungi dari tadi juga nggak bisa."

"Kok bisa, kenapa ya? Kak Leta bukan tipe orang yang suka bolos ya nggak sih?"

"Hmm, sama sekali nggak pernah," Imel menghembuskan napas pelan.

"Apa gue samperin ke rumahnya ya?" Jun membuka ponselnya lalu mulai mencoba menghubungi Leta.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang