28. Nethink

617 45 16
                                    

Malam ini Lintang dibuat terheran-heran saat mengunjungi Leta. Pasalnya cewek itu tiba-tiba menjadi begitu pendiam tidak seperti biasanya yang sulit untuk menghentikannya berbicara. Lintang sempat berpikir apakah benturan di kepalanya yang menyebabkan perubahan mendadak kepada cewek itu. Tapi rasanya kemarin malam cewek itu masih sama seperti biasanya. Maka yang lebih memungkinkan adalah pacarnya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Lintang...." Leta tampak berpikir cukup lama membuat Lintang tak sabar mendengar lanjutan kalimat cewek itu.

"Apa sih? Lama amat--"

"Gue belum mandi dari kemaren," ucap Leta cepat. Lintang yang mendengarnya membuka lebar mulutnya tak habis pikir. Sempat-sempatnya memikirkan tentang mandi disaat makan saja masih kesulitan menggunakan tangan kiri.

"Lo dari tadi mikir cuma mau ngomong itu?"

Leta menutupi wajahnya dengan telapak tangannya meski tidak dapat tertutup sempurna. "Gue nggak pede kalo belum mandi. Muka bangun tidur gue jelek banget."

Lintang terkekeh pelan mendengar rengekan pacarnya itu. Lucu. Ternyata cewek itu sangat menggemaskan saat merengek, mengeluhkan hal yang tak seberapa. Ternyata cewek macam Leta bisa merasa malu juga, Lintang sempat mengira cewek itu tak akan pernah kehilangan kepercayaan dirinya yang selalu melebihi batas.

"Cantik kok," akhirnya untuk pertama kalinya Lintang melontarkan pujian kepada Leta tanpa ada keraguan sedikitpun. "Lo itu cantik, dalam keadaan apapun."

"Walaupun gue bangun tidur? Belum mandi dari kemaren?" perlahan Leta menurunkan tangannya. Mencoba melihat kejujuran dari raut Lintang.

Cowok itu tersenyum, mengangguk mantap. "Cantik."

"Walaupun nggak mandi sebulan?"

"I--iya." Lintang tertawa hambar. "Lo ada rencana nggak mandi sebulan?"

"Misal doang, gila kali nggak mandi sebulan. Lengket banget dong, gerah." Lintang menghela napas lega mendengar jawaban Leta.

"Lo ada cermin nggak? Bulu mata gue kayaknya ada yang masuk mata deh." Leta mengucek matanya berkali-kali.

Lintang menarik tangan Leta, mencegahnya membuat mata kanannya semakin memerah. Lintang mendekatkan wajahnya untuk melihat dengan jelas. Tidak ada benda asing di matanya, meski begitu Lintang meniup mata Leta berharap dapat mengurangi rasa gatal. Maaf tapi Lintang salah fokus, mata Leta sangat cantik. Mata bening dengan iris hitam, bulu mata lentik, dan lipatan matanya, sangat cantik.

Ceklek

"Oh my god! My eyes!"

Lintang menjauhkan dirinya kembali duduk seperti semula, menatap malas Geza yang membalikkan badan tapi masih memegangi gagang pintu. Dibelakangnya, Jaya mendorong tubuh Geza menerobos masuk ke dalam ruangan.

"Biasanya juga sengaja nonton film, giliran lihat yang real cuma gituan doang sok-sokan merasa ternodai matanya," cibir Jaya.

"Sembarangan! Gue nih anak baik-baik, masih polos." Akhirnya Geza ikut masuk mendudukan diri di sofa dengan nyaman mengikuti Jaya.

"Bacot lo berdua. Gue nggak ngapa-ngapain," kesal Lintang.

"Nggak ngapa-ngapain, tapi mukanya merah." Jaya melirik Leta sekilas.

"Lagi gerah gue." Leta mengipasi wajahnya dengan tangannya.

"AC nyala, dingin gini bilang gerah," gumam Jaya.

"Kalo telinganya bang Lintang merah kenapa tuh?" tanya Geza kembali meledek keduanya.

"Lo berdua kesini mau jenguk atau mau ngerusuh doang sih?" gerutu Lintang.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang