Bonus chapter buat yang gak suka ending gantung 😂
Sebenernya bukan ending gantung sih tapi open ending wkwk
Happy reading~*****
Matahari tertutup awan tebal, nampaknya sebentar lagi hujan akan turun. Lalu lalang kendaraan cukup ramai tapi tidak terlalu padat.
Leta tersenyum, melambai ke arah temannya yang baru saja berpamitan untuk pulang. Tersisa Leta sendiri duduk di halte. Tidak benar-benar sendiri sebenarnya, karena beberapa orang duduk di halte yang sama menunggu kendaraan umum.Leta mengedarkan pandangannya, sekolah masih cukup ramai. Siswa siswi yang masih berkeliaran, wali siswa yang menegur anaknya agar cepat pulang, dan beberapa siswa bersama orang tuanya pulang berboncengan.
Acara perpisahan untuk kelas dua belas baru berakhir beberapa menit yang lalu. Wali siswa kelas dua belas pun turut hadir menyaksikan peresmian kelulusan putra putrinya.
Leta menunduk, ujung bibirnya melengkung ke bawah. Merasa kesepian di tengah keramaian. Merasa iri dengan temannya yang pulang bersama orang tuanya. Bukan orang tua Leta tak datang, Mamanya datang tadi. Berjanji akan pulang bersama, tapi kenyataannya Mamanya sudah pulang lebih dulu. Lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang dirinya.
Gapapa, mama sibuk buat gue juga. Ngertiin dong. Batin Leta.
Tin tin
Leta mendongak mendengar suara mobil berhenti tepat di hadapannya. Leta mengernyit pelan, tidak mengenali mobil yang ada di hadapannya. Tapi ekspresinya berubah seketika, melihat seseorang yang keluar dari balik kemudi membuatnya melebarkan mata bahkan menganga lebar.
"Lintang!" Leta berdiri seketika.
Cowok itu, setelah sekian lama akhirnya dia bisa melihatnya secara langsung. Cowok yang setiap hari selalu datang di pikirannya tanpa pernah absen. Setiap hari pula Leta berusaha melupakan cowok itu. Tapi kenyataannya saat ini, ketika cowok itu muncul dihadapannya perasaan membuncah. Sensasi aneh yang sudah lama tidak pernah datang lagi, kini rasanya jauh lebih dari itu.
Leta menggigit bibirnya, menahan diri untuk tidak berteriak saat cowok itu menghampirinya dengan menegakkan bahunya. Senyum yang dirindukan itu terpatri di wajah cowok itu. Entah apa yang merasukinya, begitu cowok itu berdiri tepat satu meter di hadapannya, Leta menerjang, memeluk seseorang yang dirindukannya, menumpahkan perasaan yang selama ini ditahannya.
Tangan lebar itu mengelus kepala hingga punggung Leta pelan. "Kangen ya?" Leta mengangguk dalam pelukan. "Gue juga."
"Sekarang mau nggak jadi pacar gue?" tanyanya lagi. Dan lagi-lagi Leta hanya mengangguk.
"Mau nggak? Kalo nggak ya gue balik ke Jakarta lagi."
"Mau," sahut Leta dengan suara seraknya. Masih bertahan dengan posisinya.
Lintang tersenyum miring. "Nggak denger."
"Gausah ngeledek! Iya gue mau--"
"Buruan woy! Nggak usah ndrama, malu-maluin!" seseorang menyembulkan kepalanya lewat jendela mobil, meneriaki kedua manusia yang sedang lupa tempat.
"Shit, ganggu banget sih Chan!" desis Lintang.
Leta menoleh mendapati Echan dengan wajah mengejek. Kemudian cowok itu tampak meributkan sesuatu dengan seseorang di dalam mobil. Lintang bawa pasukan? Kirain mau berduaan. Leta sedikit kecewa. Sedikit, hanya sedikit.
"Anak jaman sekarang ya, pacaran di tempat umum.
"Iya, kemarin anaknya tetangga saya juga baru ditegur bapaknya ketahuan mesra-mesraan di depan umum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Fiksi RemajaDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...