8. Voli

553 57 53
                                    

Pagi ini cuaca cerah, bel pertanda dimulainya jam pelajaran sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Siswa kelas 11 IPA 4 sudah berganti pakaian olahraga dan sudah berkumpul di lapangan menunggu kedatangan guru. Di sisi lapangan yang lain juga berkumpul para siswa yang dilihat sekilas saja sudah dipastikan mereka kelas sepuluh, terlihat dari seragamnya yang masih mulus masih baru.

Seperti anak perempuan pada umumnya, Leta bergosip ria bersama teman-teman perempuan sekelasnya. Bella, yang disebut-sebut sebagai ketua grup penggosip yang selalu tahu berita up to date tentang siswa bahkan guru di sekolah ini. Bella mulai membagikan informasi terbaru yang diketahuinya dengan semangat ditimpali teman-teman yang lainnya, sedangkan Leta cukup menjadi pendengar yang baik.

"Iya kemaren gue juga papasan sama dia, serius ganteng banget. Mungkin nggak seganteng artis-artis Korea ya tapi kalo dipoles dikit tuh pasti bisa tuh jadi artis Korea."

"Kalo kata gue mah, udah pantes jadi artis Korea tuh."

"Ih katanya tiap pagi tuh kalo baru berangkat sekolah di meja dia pasti ada entah cokelat, surat, atau makanan apalah gitu."

"Tapi menurut gue dia masih kalah populer deh sama Seon si ketos kulkas. Seon tuh nggak cuma ganteng tapi pinter iya ketua osis iya, cuma sayangnya irit banget ngomong jutek banget."

"Kalian bahas siapa sih sebenernya?" tanya Leta semakin bingung dengan pembahasan teman-temannya.

"Juna si adek kelas baru yang ganteng ya ampun, lo butuh air mineral? Oh iya kemaren lo katanya kenal--" ucapan Imel menggantung begitu saja saat matanya melihat seseorang yang kini berdiri di samping Leta.

"Pagi Kak Leta!" sapa Jun dengan riang. Senyum lebar dengan mata sipit khasnya menghiasi wajahnya. Entah sejak kapan dia sudah berdiri di samping Leta.

Semua orang yang berada di dekat Leta ikut menoleh. Sebagian merasa heran, dan sebagian memekik girang sibuk mengagumi visual seorang Juna Kim.

"Emm, iya pagi. Lo sekarang kelas olahraga juga ya?" tanya Leta lebih kepada diri sendiri karena Jun hampir tidak bisa mendengar pertanyaan Leta.

"Pagi Juna, kenalan dong."

"Lo kenal Ta?"

"Sejak kapan, kok nggak bilang-bilang."

"Kalian deket?"

"Pacar lo bukannya Lintang yang anak OSIS itu nggak sih?"

"Nggak mungkin lo selingkuh kan? Hahaha."

Berbagai pertanyaan yang ditujukan pada Leta, sedangkan Leta bingung harus menjelaskan bagaimana. Jun yang mendengar pertanyaan-pertanyaan para perempuan di hadapannya yang semakin nyeleneh lagi-lagi hanya tersenyum.

"Sebut saja fans," sahut Leta.

"Juna fansnya lo gitu? Nggak kebalik?" tanya Bella heran.

"Nggak lah, gue juga cantik kan. Gue fansnya Lintang nggak akan berpaling gitu aja. Nah kalo gue penggemarnya Lintang, gue juga punya penggemar dong." Leta menunjuk Jun.

Teman-temannya tertawa menanggapi perkataan Leta yang dianggap konyol, bagaimana mungkin idola baru para perempuan di sekolah ini menjadi penggemarnya Leta. Tapi, perlahan tawa mereka luntur saat mendengar penuturan Jun.

"Kalo Kak Leta bisa berakhir jadi pacarnya Kak Lintang, bisa kali ya gue berakhir jadi pacarnya Kak Leta nanti?"

"Hehh? Jun suka sama Leta? Yang bener aja," celetuk Kayla.

"Heh bocah, Lo mau jadi pelakor-- eh pebinor-- eh," Imel tampak berpikir mencari istilah yang tepat.

"Belum nikah kali, perebut pacar orang berarti jadi pepanor? Atau pecenor? Perebut cewek orang?" sahut Gea.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang