32. Mantan

1.2K 47 34
                                    

Suara detak jam terasa lebih cepat dari semestinya, waktu mengejar-ngejar seluruh penghuni ruangan. Hanya dalam lima menit bel akan berbunyi pertanda waktu ujian telah berakhir. Kabar buruknya, masih cukup banyak bagian kosong di lembar jawab Leta. Tidak jauh berbeda dengan teman-temannya, Leta pun sibuk berbisik sana sini meminta bantuan barangkali ada yang berbaik hati membagi jawabannya. Hingga teguran dari sang pengawas menyentaknya, Leta mulai meraba dan menghitung kancing seragam yang melekat di tubuhnya. Setelahnya, dengan cekatan tangannya menuliskan semua jawaban di bagian kosong lembar jawabnya.

Leta melebarkan tangannya, menghirup napas lega setelah berhasil keluar dari ruangan. Oh iya, tangan Leta sudah membaik. PAS atau penilaian akhir semester, akhirnya selesai setelah berjalan satu minggu lebih. Betapa frustasinya Leta bergelut dengan buku-buku setiap malam hanya dengan harapan barangkali ada yang bisa dipahaminya agar bisa mengerjakan ujian dengan baik. Walaupun kenyataannya, tidak benar-benar baik atau mungkin lebih tepatnya buruk.

Masa bodoh, yang terpenting sekarang sudah bebas. Tidak peduli bagaimana hasilnya nanti, yang jelas sekarang Leta merasa lega karena hari-hari yang memaksanya untuk berpikir keras telah berakhir.

"Leta!" lamunan Leta buyar saat seseorang memanggil dan menghampirinya.

Cowok itu, sudah lebih satu minggu sejak Leta memutuskan hubungannya tapi cowok itu justru semakin gencar mengganggunya setiap saat. Tidak hanya satu atau dua orang yang menegur keduanya karena semakin menempel setelah status pacar telah berganti menjadi mantan. Beberapa hari lalu Imel menegur, untuk yang kesekian kalinya.

"Mantan kok nempel mulu sih, nggak laku ya!"

"Bukan urusan lo ya! Yang ngantri sih banyak, tapi kalo gue maunya Leta doang lo mau apa hah?! Status itu nggak penting, yang penting rasanya."

"Nyenyenye, lihat aja nanti kalian LDR pasti lihat yang lebih bening juga oleng."

"Gue nggak bakal oleng dan kalo Leta oleng gue bakal bikin dia balik ke gue lagi."

Lintang dengan penuh percaya diri membalas teguran Imel hari itu. Imel tidak akan tinggal diam, dan berakhir keduanya bertengkar. Leta hanya menggelengkan kepalanya, selain Geza sekarang Lintang juga hobi bertengkar dengan Imel. Ah, jangan lupakan Jaya yang akan datang membela Imel bak pahlawan kemudian keduanya akan bermesraan di depan mereka. Pasangan itu benar-benar menyebalkan.

"Kok ngelamun lagi, ayok pulang!" tegur Lintang.

"Lo duluan aja deh, gue ada janji nih. Gue bisa naik ojek atau angkot nanti."

"Nggak, jangan pulang sendiri. Gue temenin sampe lo selesai. Janji sama siapa sih emangnya?"

"Jun," jawab Leta ragu. Raut wajahnya berubah seketika, Lintang mendengus pelan.

"Batalin," ucap Lintang tanpa perlu repot-repot menutupi ketidak sukaannya.

"Heh, enak aja main batalin janji. Jun udah nungguin." Leta menunjukkan layar ponsel di genggamannya, menunjukkan ruang obrolan bersama Jun. Terlihat balasan terakhir dari Jun, mengatakan cowok itu sudah menunggu. "Lo pulang aja."

"Gue tungguin," kekeuh Lintang.

"Terserah."

****

Leta menghampiri cowok yang duduk di taman belakang sekolah, menyambut dengan memamerkan senyum hangatnya. Tanpa ragu Leta duduk di sebelahnya.

"Kaki lo nggak papa?" Leta menatap lutut Jun dan kruk di samping cowok itu bergantian.

Jun mengangguk mantap. "Nggak papa kok, udah mendingan. Bosen di rumah, mending berangkat sekolah ulangannya bisa nyontek." Jun menyengir lebar.

Leta terkekeh mendengar jawaban Jun yang entah kenapa terdengar masuk akal. "Kalo ulangan susulan, ngerjain sendiri nanti nggak bisa nyontek. Ya kan?"

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang