11. Dibatalkan

658 55 33
                                    

Leta merebahkan tubuhnya di ranjang, pikirannya saat ini hanya tentang Lintang. Leta tahu betul Lintang memang hanya memanfaatkannya saja, tapi Leta sudah berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Dengan menjadi pacar Lintang setidaknya ada kesempatan bagi Leta untuk menjadi lebih dekat lagi dengan pujaan hatinya. Dengan begitu Leta berjanji akan membuat Lintang benar-benar menyukainya, sampai kapanpun Leta tidak akan menyerah. Hanya karena Lintang lebih memilih mengantar Fio daripada dirinya itu tidak akan menjadikan alasan untuknya menyerah.

Lintang itu terlalu baik, dia pasti nggak tega ninggalin Fio nyari angkutan umum sendirian pas lagi sakit. Batin Leta mencoba berpikir positif.

Leta menghela napas memeluk boneka minion kesayangannya. "Tapi kalo nanti gue tiba-tiba capek ngejar Lintang gimana Min?"

"Eh, nggak boleh mikir gitu deh. Pasti bisa, kalo nggak bisa ya setidaknya usaha dulu lah masa udah nyerah aja."

"Tapi kan Min, gue jahat nggak sih maksain Lintang buat suka gue balik?" Leta kini mengangkat boneka minion di tangannya, menatapnya cukup lama.

"Oke, bukan membuat Lintang suka sama gue. Tapi membiarkan Lintang suka sama gue. Setelah Lintang kenal siapa gue, dia bakal tau seberapa cantik seorang Edrea Leta Leteshia dan dia bakal jatuh cinta sama gue. Yakan?" ucap Leta menyemangati diri sendiri.

Walaupun sebenarnya otaknya terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk, tapi dia terus berusaha kembali berpikir positif. Tentu saja, Leta tidak akan menyerah secepat ini.

"Gue cantik kan Min?" Leta kembali memeluk bonekanya erat.

"Yakan, gue tuh sebenernya cantik banget cuma Lintang belum bisa lihat aja."

Lelah berkutat dengan pikirannya yang tidak ada ujung, Leta memilih bangkit berniat mengisi perutnya yang sedari tadi terus berbunyi meminta diisi. Leta beranjak meninggalkan bonekanya diatas ranjang begitu saja.

Leta menuruni tangga berjalan menuju dapur dengan bersenandung. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara mama dan papanya yang terlihat sedang meributkan sesuatu di ruang tamu. Penampilan papanya tampak masih berantakan, menandakan baru saja pulang menyelesaikan pekerjaannya.

Leta mendengus pelan. "Mulai lagi."

Mencoba tidak peduli Leta kemudian melanjutkan langkahnya ke dapur. Meja makan kosong, tidak ada makanan apapun artinya mamanya belum sempat memasak. Membuka kulkas, melihat isi kulkas menimang akan mengambil apa untuk mengganjal laparnya. Akhirnya Leta mengambil satu kotak susu pisang dan beberapa camilan.

Kembali ke kamar, mama dan papanya masih sibuk meributkan sesuatu yang Leta sama sekali tidak ingin dengar. Mereka bahkan tidak menyadari keberadaan Leta, atau mungkin sengaja mengabaikan. Maka jangan salahkan Leta yang juga mengabaikan keduanya, karena itupun yang keduanya inginkan. Anak-anak tidak boleh ikut campur masalah orang tua katanya, padahal Leta sudah menginjak usia tujuh belas tahun tapi masih juga dianggap anak-anak.

Sebenernya Leta lelah mendengar perdebatan mereka yang seringkali disebabkan oleh hal-hal sepele. Selagi tidak ada kekerasan, Leta tidak akan mencampuri urusan orang tua. Papa yang sering lelah lembur di rumah sakit menangani pasien-pasiennya, dan mama yang juga lelah mengerjakan pekerjaan rumah ditambah membantu kakek mengurus cafenya yang kini memiliki beberapa cabang.

Leta tidak bisa dan tidak akan menyalahkan siapapun. Seperti yang sudah-sudah, semuanya akan baik-baik saja. Hanya masalah kecil, sebuah kesalahpahaman mungkin.

"Abaikan ajalah, nggak usah dipikirin nanti juga baikan sendiri kaya biasanya. Mending mikirin Lintang," monolog Leta yang kini sudah duduk di depan meja belajarnya. Tidak, bukan buku yang ada di depannya tapi beberapa camilan yang baru saja dia ambil dari dapur. Sama sekali tidak berniat untuk belajar atau sekedar membuka buku pelajaran, apalagi mengerjakan tugas sungguh Leta tidak akan melakukannya. Pemalas memang.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang