6. Rival

741 63 29
                                    

"Ta, gue kebelet nih. Temenin ke toilet ayok buruan!" Imel terus menggerak-gerakkan kakinya, sedangkan tangannya sibuk menggoyangkan lengan Leta.

"Ish, gue masih laper. Liat dong masih banyak nih, lo sih dari tadi ngajak ngobrol mulu," Leta berusaha melepaskan tangan Imel.

"Duh gue kebelet beneran, ayok temenin!"

"Nggak ih mubadzir tau, ke toilet sendiri kenapa sih belajar mandiri sono!" masih dengan santai Leta melahap nasinya.

"Aishh, awas lo ya liat pembalasan gue nanti!" tak tahan lagi, Imel segera berlari meninggalkan Leta sendiri di meja kantin. Ya walaupun sebenarnya tidak sendiri karena saat ini jam istirahat tentu saja kantin dipenuhi siswa-siswa yang sedang makan atau sekedar nongkrong mungkin.

Akhirnya Leta bisa makan dengan tenang tanpa gangguan Imel. Baru dua menit berlalu, satu lagi gangguan datang. Seseorang menghampiri Leta, ah tidak hanya satu tapi tiga.

"Edrea Leta Leteshia, kelas 11 IPA 4. Lo, akan menyesal karena berani berurusan sama gue. Mulai sekarang hidup lo nggak akan tenang, lo akan tau siapa seorang Fiona Putri Anastasya."

"Hmm, ya terserah apa kata lo deh," ucap Leta tidak minat sama sekali meladeni ketiga siswi di hadapannya.

"Cih, cewek kayak gini berani banget cari masalah sama Fio!" Seseorang yang berdiri di sisi kanan Fiona memandang Leta dengan tatapan remeh begitupun temannya yang lain.

"Gue bakal bikin lo nyesel udah berusaha ngerebut Lintang dari gue!" tegas Fiona.

Leta tersenyum miring, "Gih lakuin! Bacot doang daritadi. Mau adu jotos di sini juga ayok gue mah."

Dalam sekejap jus jeruk milik Leta yang masih satu gelas penuh berhasil mengguyur wajah Leta atas ulah Fiona. Dalam hitungan detik seisi kantin memusatkan perhatiannya ke arah Leta dan Fiona.

Leta mengusap wajahnya kasar lalu berdiri menghampiri Fiona, hingga jarak setengah meter Leta berdiri tepat di hadapan Fiona. Leta menatap Fiona beberapa saat hingga tiba-tiba Fiona mengaduh ketika tanpa aba-aba Leta menendang tulang keringnya.
Fiona mengangkat tangannya hendak menampar pipi Leta namun tangannya berhasil diraih oleh Leta.

"Kalian ngapain diem aja anjir, pegangin nih cewek biar gue kasih pelajaran."

Kedua siswi itu dengan segera dapat mengunci pergerakan Leta. Fiona tersenyum puas melihat Leta kini tak dapat berkutik, lalu dalam sekejap tangan Fiona sudah mendarat di pipi Leta menghasilkan bunyi tamparan yang cukup keras.

Tatapan Leta bergetar, dia menggertakkan giginya kuat menahan sakit sekaligus menahan amarah yang sudah memuncak. Saat tangan Fiona kembali terangkat, Leta hendak memberontak sekuat tenaganya tapi urung saat tiba-tiba punggung lebar seseorang menutupi pandangannya.

"Li-Lintang, gue--" Fiona tergagap melihat Lintang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

"Udah, berhenti. Berhenti nyakitin orang lain, berhenti bikin keributan, berhenti bersikap kekanakan kaya gini. Sikap lo yang kayak gini bikin gue muak!" tatapan tajam Lintang membuat Fiona terdiam.

Tanpa kata-kata lagi, Lintang menggandeng Leta membawanya pergi dari sana. Leta pun hanya diam menurut tanpa kata, dalam hati tersenyum penuh kemenangan.

"Minggir!" bentak Lintang saat orang-orang yang sedaritadi berkerumun menghalangi jalannya.

Leta tersadar dari lamunannya saat Lintang berhenti mengandengnya, menyuruhnya masuk ke toilet. Menatap wajah Lintang, ekspresinya... Leta tidak dapat membaca ekspresinya.

"Ngapain diem, buruan sono cuci muka!" ujar Lintang.

"Hmm? Oh iya."

Setelah beres dengan urusan cuci muka Leta keluar dari toilet tidak mendapati Lintang di sana.

Kita Putus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang