Lintang memasuki pekarangan rumahnya, memarkirkan motornya tepat di sebelah mobil Honda HR-V hitam yang biasa dipakai sang Papa. Lintang berdiri menatap pantulan dirinya di mobil itu beberapa saat lalu menghela napas pelan.
Memasuki rumah Lintang mendapati Bambang, salah satu kucingnya sedang berguling-guling di karpet ruang tamu. Menghampiri sebentar, Lintang mengelus bulu Bambang yang lembut berwarna putih bersih lalu mengambil wadah makanan kucing kemudian menuang makanan kucing yang sempat dia beli diperjalanan.
Bambang mendekat, begitupun Pamungkas, kucing dengan bulu berwarna kombinasi putih dan hitam itu tiba-tiba saja datang entah darimana. Setelah bermain dengan kedua kucingnya, Lintang kembali meraih tasnya yang tadi sempat di taruh asal di lantai.
Saat hendak menuju kamar Lintang mendapati Mamanya sibuk di dapur. Lintang alihkan tujuannya, mendudukkan dirinya di meja makan sambil mengamati sang Mama menyiapkan makan malam.
"Eh jatoh-- Lintang! Ngagetin Mama aja, sejak kapan kamu di situ? Pulang nggak salam nggak nyapa siapa yang ngajarin kayak gitu?" gerutu Mama sambil memungut beberapa potong tempe yang jatuh lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Hehe, Maaf. Geja belum pulang Ma?"
"Udah, tapi pergi lagi biasa lah kerumah temen pamitnya gatau sih ujungnya bakal kemana."
"Papa, udah pulang?" tanya Lintang hati-hati.
Mama menoleh, "Udah, lagi istirahat nanti bentar lagi panggil suruh makan malam ya?"
"Aku?"
"Kenapa? masih marah?" Mama mematikan kompor lalu duduk di sebelah Lintang.
"Kenapa sih kamu nggak mau dijodohin sama Fio? Fio itu anak baik-baik dari keluarga baik-baik, Papa kamu nggak mungkin dong sembarangan milih perempuan buat anaknya."
"Baik apanya, kemaren di sekolah dia ngebully Leta. Dari keluarga baik-baik tidak memastikan anaknya juga baik."
"Leta pacar kamu itu? Wajar dong Fio marah, cowoknya direbut sama cewek lain. Fio udah berharap banyak sama kamu, tapi kamu tiba-tiba bawa Leta sebagai pacar kamu."
"Jadi Mama belain Fio nih?"
"Ya nggak gitu juga, tapi Fio nggak sepenuhnya salah juga."
"Tapi nggak harus pake kekerasan juga kan."
Mama mengusap kepala putra sulungnya pelan. "Kekerasan memang nggak dibenarkan dalam situasi apapun, tapi coba jangan memandang dari satu pihak aja. Pada kenyataannya di sini yang salah itu kamu sama Leta, Mama tahu kamu pacaran sama Leta belum lama ini kan, tentu saja Fio marah kamu tiba-tiba memutus hubungan kalian dengan cara begitu."
Lintang menunduk, mengiyakan semua pernyataan mamanya dalam hati.
"Papa menjodohkan kamu sama Fio pasti juga bukan sekedar karena Papanya Fio itu rekan kerja Papa, pasti Papa udah mikirin semuanya baik-baik. Dan, Papa sama Mama itu khawatir kamu bener-bener nggak mau lagi suka sama seseorang gara-gara kejadian dulu. Nggak bisa kamu nurut aja?" Lintang menggeleng pelan.
"Kenapa? Kamu beneran nggak mau suka sama seseorang lagi? Mau sampe kapan?"
"Nggak gitu. Aku, aku udah punya pacar kok Ma. Aku nggak mau dijodohin sama Fio. Lagian aku itu masih SMA Ma, terlalu awal buat merencanakan pernikahan."
"Beneran? Kamu suka sama Leta jadi Kamu nggak mau dijodohin sama Fio?"
"Iya...," ucap Lintang ragu. "Makanya Mama bantuin aku bujuk Papa supaya mau membatalkan perjodohan ini. Ya Ma?" tanya Lintang penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Putus [END]
Teen FictionDitembak gebetan seneng nggak sih? Seneng lah masa nggak. Jadi Leta nggak salah kan nerima Lintang jadi pacarnya? Walaupun Leta tahu, Lintang hanya memanfaatkan status pacarannya dengan Leta agar perjodohannya dengan Fio dibatalkan. Tapi Leta ya...