Epilog

1.2K 135 5
                                    

Untuk sebagian orang, jarak bukanlah hal yang patut dicemaskan dalam menjalani hubungan. Namun, bagaimana jika jarak yang membentang bukan lagi dari satu sudut bumi ke sudut lain, melainkan dari satu dunia ke dunia lain?

Bagaimana caranya untuk bertemu?

Alat secanggih apa yang dapat membantu komunikasi mereka?

Dari permasalahan ini, bolehkah pihak yang ditinggalkan menganggap bahwa hukum alam begitu tidak adil?

Dia yang pergi bisa memutuskan pergi dengan hanya modal berat hati. Sedangkan yang ditinggalkan, harus menjalani hidup dengan rasa sakit akibat kehilangan yang setiap waktunya kian mendalam. Melihat puing-puing kisah yang tersebar di sekitar rasanya seperti disiksa tanpa niat membunuh.

Ingin menyalahkan takdir, tapi apa yang dapat takdir lakukan setelahnya? Meminta maaf? Tidak!

Kau tidak diberi pilihan selain melakukan perawatan pada hati dan jiwa yang terluka. Menjalani therapi setiap hari agar kembali pulih, sampai akhirnya kau memilih untuk mengalami kecelakaan parah dan membuat seluruh ingatanmu menghilang.

Cinta ternyata mengerikan.

..........

"Jadi Suga adalah katakter antagonis yang sesungguhnya?" Jennie menyeruput susu kotaknya dengan mata menatap Lisa jengkel.

Lisa mengangguk sambil berusaha menelan burger suapan tetrakhirnya. "Bethul shekhalhi."

"Ya! Dasar jorok. Telan dulu makananmu."

Lisa mengunyah makanan di mulutnya dengan cepat, menyedot sisa jus jeruk pada gelas untuk mendorong makanannya melewati kerongkongan. "Hum, Suga adalah karakter antagonis yang sesungguhnya. Dia yang selama ini terus menumbuhkan jiwa dendam dalam diri Chaeyoung."

"Wah," ucap Jennie dengan nada mengeluh. "Pacarku ternyata begitu jahat."

Lisa hanya terkekeh mendengarnya. Ia merebut buku yang sedari tadi Jennie baca dan memasukkannya ke dalam tas. Matanya celingak-celinguk tidak karuan seperti tengah mencari sesuatu atau seseorang.

"Tapi, Lisa. Kenapa kau tidak memberikan karanganmu itu pada penerbit untuk dijadikan novel? Kupikir cerita berjudul Death Rose ini cukup bagus."

Lisa menggeleng samar. "Aku belum kepikiran untuk menerbitkannya, Jane. Ini adalah karya pertamaku, jadi aku akan membiarkan siapapun yang ingin membacanya secara cuma-cuma."

"Selain itu?" tanya Jennie. Ia yakin ada hal lain yang mendasari Lisa menulis cerita tersebut dengan menggunakan nama orang-orang di sekitarnya.

"Dari cerita yang aku tulis ini, aku berharap Rose dan Taehyung benar-benar menjalin hubungan."

Dalam hati, Jennie meng-aamiin-kan harapan Lisa. Ia juga cukup kasihan melihat Taehyung yang setiap hari selalu berusaha memdekati Chaeyoung yang tidak pernah peka, atau berusaha terlihat tidak peka?

"JENNIE-YA! LISA-YA!"

Mereka sontak menoleh ke arah pintu masuk kantin saat mendengar suara cempreng seorang perempuan meneriaki namanya. Dilihatnya di sana Rose berjalan dengan menghentakkan kaki, wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut.

"Tolong aku!" Rose menubruk Jennie sambil memeluknya. Sedangkan Jennie menatapnya heran kemudian memandang Lisa dengan pandangan 'kenapa dia?'

Lisa yang paham apa yang sudah terjadi hanya tertawa tanpa suara.

"Aku harus bagaimana lagi? Si Kim Taehyung itu selalu membuat tugasku semakin rumit. Aku selalu kena tegur oleh pembina dewan siswa karena si Kim bodoh itu selalu membawa rokok ke sekolah. Huwaaaaaa!" raung Rose.

***🌹🌹🌹***

Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang