"Apa maksudmu Irene?" desis Taehyung tak mengerti.
Irene, gadis itu tiba-tiba menarik Taehyung yang tengah berjalan di koridor menuju perpustakaan. Namun, bukan hal itu yang membuatnya geram, tapi perkataan Irene lah yang membuatnya terkejut.
"Aku bersumpah Kim Taehyung. Park Chaeyoung yang saat ini bersamamu bukanlah gadis baik-baik. Dia bahkan berani menyerangku saat aku tengah sendirian di toilet. Dia ... dia berniat membunuhku dengan pisau yang dia bawa!" pekik Irene dengan suara parau menahan ketakutan.
Taehyung tertegun mendengar ucapan Irene. Bukan, lebih tepatnya cara Irene mengucapkan rentetan kata-kata tersebut. Irene memang memiliki tabiat yang cukup buruk, tapi Taehyung juga tahu kapan gadis itu berakting, kapan gadis itu berkata serius. Meski sulit mengakui, Taehyung tahu saat ini Irene terlihat serius dengan ucapannya.
Taehyung menghela napas sejenak. "Anggaplah aku percaya pada apa yang kau ucapkan, tapi untuk apa Chaeyoung menyerangmu?"
"Itu lah yang sedang kupikirkan. Kau mau membantuku mencari tahu?"
"Baiklah."
Jawaban Taehyung membuat Irene tersenyum penuh kemenangan. Dirinya yakin, apa yang dilakukan Chaeyoung bukanlah atas dasar kebencian biasa, cemburu, atau hal remeh yang lainnya.
Setelahnya Taehyung beranjak pergi dari perpustakaan. Irene yang kini sendiri, memilih duduk di salah satu bangku. Ingatannya tiba-tiba melayang pada kejadian beberapa waktu lalu saat Chaeyoung menerobos masuk ruang rawatnya.
Flashback
Irene melirik sekilas ke arah pintu saat mendengar seseorang membukanya dan melangkah masuk. Dirinya cukup terkejut saat mengetahui siapa orang yang kini tengah berjalan perlahan mendekati ranjangnya.
"Chaeyoung?" lirih Irene. "Untuk apa kau malam-malam menemuiku? Di mana para penjaga yang ada di luar?"
Chaeyoung menduduki kursi yang berada di dekat ranjang Irene. "Para penjagamu masih ada di luar. Tapi maaf, aku telah membuat mereka tak sadarkan diri karena tak mengijinkanku masuk."
"Apa kau sedang berusaha untuk membunuhku?" tanya Irene. Tak dapat dipungkiri, rasa takut perlahan menghinggapinya.
"Terlalu cepat untuk membunuhmu. Aku di sini hanya akan meluruskan sesuatu."
Irene mengangkat sebelah alisnya. Gestur yang berarti dia berkata 'apa?'.
"Aku hanya ingin kau tahu bahwa tentang kematian Yeri dan Jaehyun, bukan aku pelakunya," ucap Chaeyoung.
"Mereka terbunuh oleh ayah mereka sendiri. Sesuatu telah terjadi di masa lalu. Ada yang para orang tua itu lakukan, sebuah kesalahan yang mengundang karma," tutur Chaeyoung membuat Irene kebingungan.
Chaeyoung yang menyadari hal itu, hanya tersenyum lirih. "Kau mungkin bingung dan tidak mengerti terhadap apa yang aku tuturkan. Hanya saja, jika suatu saat ada hal buruk terjadi padamu, maka itu berarti ayahmu yang menghendakinya."
"Omong kosong apa itu? Ayahku sangat menyayangiku. Aku satu-satunya orang yang ia anggap berharga setelah ibuku meninggal. Kau jangan coba-coba membodohiku, Park Chaeyoung," sergah Irene dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.
Tapi Chaeyoung justru tampak tak peduli. Ia hanya mengendikkan bahu sambil berjalan ke arah pintu. Saat tangannya baru memegang gagang pintu ersebut, ia berhenti dan kembali menoleh pada Irene.
"Ayo kita memainkan sebuah permainan adventure dengan kau sebagai karakternya, dan aku sebagai rajanya. Gunakan kebencianmu padaku sebagai kekuatan. Petunjuknya, carilah kunci yang bisa membuka istanaku dan kau bisa melihat diriku. Bahkan kau mungkin bisa membunuhku jika mau," tantang Chaeyoung.
"Jika aku tidak bisa menemukan kunci itu?" tanya Irene.
"Maka kau akan mati."
Irene tersentak mendengar ucapan terakhir Chaeyoung sebelum gadis berambut merah itu benar-benar keluar dari ruang rawatnya. Kini, yang Irene lakukan hanya mengusap wajahnya frustasi lalu menjambak rambutnya sendiri.
Flashback off
Ia benci merasa terancam seperti saat ini. Irene tahu, permainan yang Chaeyoung ajukan bukan sekedar bualan atau semacamnya. Setuju atau tidak setuju, tanpa disadari Irene sepertinya memang sudah masuk dalam permainan tersebut. Juga saat Chaeyoung bilang mati, itu berarti dia memang akan benar-benar mati.
Irene ingin menganggap Chaeyoung hanya membual, tapi kematian Yeri dan Jaehyung itu nyata. Juga kematian rekan ayahnya. Irene yakin itu masih berhubungan. Saat ia kecelakaan pun, mungkin itu juga suatu pertanda.
Ini lah alasan Irene meminta bantuan Taehyung. Ia yakin, dengan Taehyung berada di pihaknya, ia pasti bisa menemukan petunjuk.
"Aku tidak ingin terbunuh, jadi aku pastikan kau yang akan terbunuh oleh permainanmu sendiri, Park Chaeyoung," guman Irene.
..........
Acara berjalan meriah dan lancar. Siswa dan siswi yang akan menyuguhkan penampilan pun kini tengah bersiap di ruang latihan, tak terkecuali Chaeyoung, Lisa, Jennie, dan Jisoo. Mereka sudah siap dengan kostum masing-masing.
Jennie yang sedari tadi hanya duduk diam dengan menggenggam ponsel, matanya sedikit melirik ke arah Chaeyoung yang tengah membenarkan rambut Lisa. Ia sedikit menimang-nimang tentang sesuatu yang ingin ia bicarakan pada gadis yang kini berambut merah itu.
Sesuatu yang ia dapatkan semalam dari seseorang. Sesuatu yang entah akan membuat Chaeyoung bersikap seperti apa.
Jennie dilema.
Akhirnya, ia memutuskan memasukkan kembali ponsel itu ke dalam tas kecil miliknya, tepat saat seorang penanggung jawab pentas seni masuk dan memberi arahan agar mereka menuju backstage.
'Mungkin bisa lain kali' pikir Jennie.
Beberapa penampilan telah selesai, kini sampailah giliran Chaeyoung dan teman-temannya tiba. Mereka berjalan menaiki panggung dan menempati posisi masing-masing.
Taehyung yang memang sedari pagi belum bertemu Chaeyoung, tampak menahan napas saat melihat pakaian yang Chaeyoung kenakan. Apa ia lupa mengatakan jika ia tak suka membagi sesuatu yang menjadi miliknya?
Shit!
Taehyung lupa jika ia belum mengklaim secara resmi kepemilikan atas Chaeyoung. Matanya menatap nyalang pada mereka yang menatap Chaeyoung dan yang lainnya dengan penuh minat.
Chaeyoung mengenakan baju warna putih berlengan panjang dengan bagian pundak berkaret, bagian itu ia tarik ke bawah hingga menampilkan bahunya yang mulus. Belum lagi baju itu membuat sebagian pinggang hingga perutnya terekspos. Astaga! Tidak tahu kah dirimu, Chaeyoung, jika saat ini Taehyung tengah mati-matian menahan diri agar tidak menyeretmu ke pernikahan dan mengurungmu hanya untuk dirinya saja?
Taehyung ingin pergi dari sana dan berusaha menjernihkan kembali pikiranny, namun hal itu tak ia lakukan karena pesona seorang Park Chaeyoung yang tengah menari dan menyanyi lagu berjudul du ddu du ddu, seolah mengikat kakinya.
🌹TBC🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅
Fanfiction[COMPLETED] "Aku minta maaf kemarin dengan kurang ajarnya memintamu menjadi kekasihku tanpa melihat kondisi perasaanmu. Aku merasa jadi orang paling brengsek saat itu. Dan aku sadar aku salah," jelas Taehyung. "Apa tadi kau terluka?" lanjutnya kare...