"Sudah kubilang sejak awal untuk tidak melibatkan apapun yang berhubungan dengan perasaan!" bentak Suga. "Setelah semuanya seperti ini, kaupikir apa yang bisa kita lakukan, hah?!"
Jimin meringis ngeri mendengar kata-kata Suga. Selama mereka saling mengenal, baru kali ini Jimin melihat Suga kalut. Biasanya laki-laki itu akan duduk tenang sambil bersandar dengan mata terpejam.
Berbeda dengan Chaeyoung. Gadis itu malah bersedekap duduk di sofa dengan kaki menyilang. Raut wajahnya tampak datar melihat Suga.
"Oppa, bukankah kau juga sangat mengkhawatirkan Kim Taehyung?" tanya Chaeyoung. Alis kanannya terangkat dengan smirk tipis.
Suga kini duduk di single sofa tepat di hadapan Chaeyoung, wajahnya kembali tenang namun tangannya memijit pangkal hidung. "Aku mengkhawatirkanmu, Rose-ya. Aku tahu sudah sedalam apa perasaanmu pada laki-laki bodoh itu. Aku takut kau akan berbuat nekad untuk menyelamatkannya."
Ya. Setelah mendapat kabar bahwa Taehyung dijadikan sandera oleh tuan bae, Suga meminta Jimin dan Rose untuk datang ke rumah minimalis yang selama ini ia jadikan tempat menenangkan diri. Tak ada yang tahu tempat ini selain mereka bertiga.
"Jadi, apa rencanamu, hyung?" tanya Jimin akhirnya mendapatkan kembali keberaniannya untuk buka suara.
"Aku tidak tahu," jawab Suga tetap memejamkan matanya.
"Kalau begitu biarkan aku datang ke sana dengan Jimin," saran Chaeyoung.
"Kau gila, Rose? Itu lah yang si tua bangka itu inginkan. Dia menjadikan Taehyung umpan untuk memancingmu," sergah Suga.
Jimin memgacungkan tangan kanannya. "Kalau begitu kita susun rencana sebelum orang itu benar-benar membunuh Taehyung."
..........
Chaeyoung menatap keluar jendela mobil. Sejak beberapa menit yang lalu tak sepatah kata pun ia ucapkan. Jimin pun tetap fokus menyetir, tak ingin mengganggu ketenangan nona muda di sampingnya.
Ia ingat saat beberapa tahun lalu Suga menyelamatkan hidupnya yang hampir mati dipukuli orang-orang karena mencuri dua buah roti di toko. Ia yang sebatang kara hanya bisa mengandalkan keahliannya dalam mencuri untuk bisa makan.
Saat itu, ia yang memang sedang dalam kondisi yang kurang baik, babak belur dipukuli beberapa orang. Untungnya, Suga datang dan melerai mereka. Ia dengan senang hati membawa Jimin ke rumahnya dan merawat Jimin. Tentu Jimin cukup tau diri untuk membalas budi pada Suga. Jimin rela dan bersedia melaksanakan apapun tugas dari Suga.
Sampai saat ia menginjak usia SMA, Suga mengatakan bahwa waktunya untuk membalas budi akan tiba. Suga memintanya untuk berperan menjadi algojo. Suga ingin Jimin membantunya menyingkirkan dan menghancurkan hidup orang-orang yang telah membuat nonanya menderita. Dan sejak itulah, Jimin melakukan tugasnya. Membunuh orang-orang yang telah Suga beri tanda.
"Hei nona. Apa kau benar-benar khawatir pada si Kim itu?" Jimin akhirnya buka suara.
Chaeyoung menoleh sejenak, sebelum kembali menatap lurus jalanan yang mereka lewati. "Jika dibandingkan dengan apa yang akan Bae Ahjushi dapatkan dari harta Appa, Kim Taehyung bahkan tidak menempati seperempat banyaknya. Jadi dia tidak cukup berharga untuk dipertahankan."
Jimin mengangguk paham. "Begitu. Berarti Suga-hyung sudah memprediksi ini mangkanya dia begitu khawatir tadi?"
"Ya," jawab Chaeyoung.
Jauh di hatinya yang terdalam, kekhawatiran begitu mendominasi sampai Chaeyoung nyaris kehilangan kendali atas dirinya. Ia takut, bahkan teramat takut jika tuan bae benar-benar membunuh Taehyung. Chaeyoung tidak ingin lagi kehilangan orang yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅
Fanfiction[COMPLETED] "Aku minta maaf kemarin dengan kurang ajarnya memintamu menjadi kekasihku tanpa melihat kondisi perasaanmu. Aku merasa jadi orang paling brengsek saat itu. Dan aku sadar aku salah," jelas Taehyung. "Apa tadi kau terluka?" lanjutnya kare...