Baru saja Chaeyoung menjejakkan kakinya turun dari panggung, ia tersentak saat merasakan tarikan kuat pada pergelangan tangan kirinya menuju keluar area backstage. Baru Chaeyoung akan memberontak jika saja netra cantiknya tak mengenali punggung si pelaku 'penculikan' tersebut.
Sementara di lain tempat, ada Suga yang sudah tertawa terpingkal karena berhasil memengaruhi si laki-laki Kim itu.
"Tae, Chaeyoung benar-benar memesona, bukan?" bisik Suga.
Taehyung yang tadi fokus melihat penampilan Chaeyoung, kini menoleh dan menatap tajam laki-laki semanis gula itu. "Kendalikan matamu jika tak mau kucongkel, hyung."
"Hey, hey, tenang lah. Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran. Lihat." Suga menunjuk penonton di sekeliling mereka yang mayoritas laki-laki. "Kurasa ... sebentar lagi kau akan memiliki berlusin-lusin saingan."
"Sialan kau hyung!"
Setelah mengumpati Suga, Taehyung pergi tepat saat penampilan Chaeyoung dan kawan-kawannya selesai. Suga tahu ke mana Taehyung akan pergi, karena memang itu yang dia inginkan.
"Taehyung?" tanya Chaeyoung berusaha memastikan.
Tak ada jawaban yang keluar selain gumaman tak jelas. Chaeyoung berusaha melepaskan genggaman itu namun bukannya mengendur, malah kini terasa semakin erat. Chaeyoung tak ada pilihan lain selain pasrah untuk saat ini. Penasaran juga kira-kira ke mana Taehyung akan membawanya.
Mereka terus berjalan tanpa arah. Sebenarnya Taehyung juga bingung akan ke mana. Dirinya dengan reflek menarik Chaeyoung untuk menjauhkannya dari mata-mata yang menurut Taehyung kurang ajar.
Sementara Chaeyoung yang mulai jengah dan tangannya yang mulai kebas, menghentakkan tangannya tepat saat mereka berada di depan ruang ganti perempuan.
"Kamu ini apa-apaan sih?" bentak Chaeyoung.
"Kau yang apa-apaan?" balas Taehyung tak kalah keras.
"Aku?" Tunjuk Chaeyoung pada dirinya sendiri. "Aku kenapa? Kau yang tiba-tiba datang dan menarikku seenaknya."
"Itu karena salahmu sendiri, Park Chaeyoung. Kenapa kau memakai pakaian kurang bahan seperti itu? Apa kau sengaja? Kau suka saat menjadi pusat perhatian banyak laki-laki?!" teriak Taehyung dengan kalut.
Chaeyoung bungkam melihat kemarahan Taehyung. Dirinya ingin membalas, namun emosi Taehyung terasa begitu mengintimidasi dirinya. Akhirnya, Chaeyoung hanya diam sambil membuang pandangannya ke arah lain.
Taehyung yang melihat Chaeyoung memalingkan wajahnya merasa semakin frustasi. Ia kembali menarik pergelangan tangan kiri Chaeyoung memasuki ruang ganti tersebut. Di sana ada cermin yang dapat menampakkan full body.
Taehyung mengarahkan Chaeyoung untuk berdiri mengahadap cermin. "Lihat? Aku tidak suka kau berpenampilan seperti ini."
Chaeyoung paham. Ia berbalik menghadap Taehyung yang berdiri di belakangnya. "Dengar, Kim. Kau tidak berhak mengaturku begini dan begitu. Apa pun yang aku pakai ini adalah keinginanku. Jika kau menganggap aku mencari perhatian mereka, silakan. Jika kau menganggap aku perempuan murahan, silakan. Apapun anggapanmu terhadapku, tidak akan berpengaruh untuk hidupku."
Setelah mengatakan serentetan kalimat tersebut, Chaeyoung berjalan ke arah pintu, hendak membuka pintu. Baru pintu terbuka sedikit, Chaeyoung tersentak saat seseorang mendorongnya hingga kini kembali tertutup.
Chaeyoung reflek membalik tubuhnya ke belakang, ia semakin terkejut saat Taehyung sudah berdiri di hadapannya kini.
"Kau pikir bisa pergi dariku begitu saja?" desis Taehyung.
Napas Chaeyoung memburu. Kini dirinya sudah benar-benar terpojok. Terjebak di tengah-tengah antara pintu dan Taehyung bukanlah hal yang bagus. Apa lagi untuk kesehatan jantungnya. Taehyung itu tampan, Chaeyoung mengakuinya. Itu salah satu alasan mengapa jantungnya meronta-ronta seperti berusaha keluar dari tempatnya.
"Taehyung, apa yang kau-"
"Kau milikku. Aku sudah pernah mengatakannya bukan? Kau milikku dan akan selamanya menjadi milikku. Tidak ada yang bisa membantahnya. Termasuk kau juga," bisik Taehyung tepat di depan Chaeyoung.
Wajah mereka kini hanya berjarak sekitar 10 senti, membuat suasana makin gerah bagi Chaeyoung. Saat Taehyung makin mendekatkan wajahnya, Chaeyoung menunduk hingga kini kening mereka menempel.
"Kau tidak berhak mengkalim diriku sebagai milikmu, Taehyung."
"Aku berhak atas itu."
"Kau bahkan tidak tahu apapun tentangku."
"Aku tahu."
"Tidak."
Taehyung memejamkan matanya. Tak ada gunanya berbicara dengan Chaeyoung menggunakan emosi.
"Baiklah," pasrah Taehyung pada akhirnya.
Chaeyoung tersentak saat merasakan kedua tangan Taehyung merengkuh bahunya.
Bukan, bukan karena itu. Tapi saat mendapati tubuhnya kini telah terselimuti oleh jas yang sedari tadi laki-laki itu kenakan.
Taehyung melangkah mundur. Kini jarak mereka kurang lebih ada satu rentangan tangan. "Kau terlalu indah untuk bisa dinikmati secara cuma-cuma."
Chaeyoung mengerjab. Ia menurut saja saat Taehyung menggeser sedikit tubuhnya agar menyingkir dari pintu.
Taehyung membuka pintu dan melangkah keluar meninggalkan Chaeyoung yang masih berteman dengan kebisuannya. Taehyung sudah membulatkan tekad, ia bersumpah akan mencari tahu semua tentang Park Chaeyoung atau bisa dibilang Roseanne Park. Jika Chaeyoung bilang Taehyung tidak tahu tentangnya, maka itu mungkin benar. Jadi tugas Taehyung saat ini adalah mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang Chaeyoung sampai gadis itu mau bersedia menjadi milik Taehyung sepenuhnya.
'Aku mungkin akan benar-benar setuju untuk bekerja sama dengan Irene guna mencari tahu lebih dalam tentangmu, dan masa lalumu, Rose.'
🌹TBC🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅
Fanfiction[COMPLETED] "Aku minta maaf kemarin dengan kurang ajarnya memintamu menjadi kekasihku tanpa melihat kondisi perasaanmu. Aku merasa jadi orang paling brengsek saat itu. Dan aku sadar aku salah," jelas Taehyung. "Apa tadi kau terluka?" lanjutnya kare...