Chaeyoung menyimpan buku-bukunya di loker. Setelah dirasa tak ada yg ia lupakan, Chaeyoung menutup dan mengunci loker tersebut. Ia juga sudah berganti pakaian kembali menggunakan seragam. Pandangannya melirik ke arah jas yang berada di atas tasnya yang ia biarkan tergeletak di dekat kakinya.
Helaan napas keluar begitu saja dari mulut Chaeyoung. Dirinya tiba-tiba ragu saat tadi siang hendak mengembalikan jas itu pada pemiliknya. Taehyung tampak sibuk dengan Irene, dan Chaeyoung tahu betul apa penyebabnya.
Hari sudah semakin sore. Terbukti dari senja yang kini menghiasi langit di ufuk barat. Chaeyoung meraih tas ransel beserta jas itu kemudian menyusuri koridor seorang diri.
Seorang diri yang dimaksud bukan dalam artian sesungguhnya. Nyatanya, masih banyak siswa yang berlalu-lalang sambil membereskan sisa-sisa karnaval tadi.
Seorang diri yang dirasakan Chaeyoung adalah pada ruangan dalam hatinya. Setelah sekian lama hidupnya terasa sepi dan hampa setelah kedua orang tuanya meninggal, ditambah sepupu kembarnya. Kini pun Chaeyoung kembali merasa kehilangan seseorang yang telah ia anggap harapan terakhir.
Tepat di depan gerbang, ia melihat Chanyeol sedang berdiri bersandar pada mobilnya. Chaeyoung berjalan lebih cepat menghampiri Chanyeol. Saat jarak mereka tinggal beberapa langkah, tiba-tiba Suga menghalau lngkahnya, dan tanpa basa-basi merebut jas yang sedari tadi ia pegang.
"Sengaja aku menghubungi Chanyeol-hyung agar menjemputmu. Kupikir perasaanmu saat ini sedang tidak dalam kondisi yang baik. Aku juga tidak ingin mengantarmu karena biasanya perempuan yang sedang bad mood memiliki emosi yang tidak stabil. Kau mengerti maksudku, kan?" cerocos Suga membuatnya mendapat pukulan gratis pada bahunya oleh Chaeyoung.
Sebuah senyum tipis terbit di bibir Chaeyoung. "Terima kasih, selain Chanyeol dan dia, kau juga termasuk orang yang mengerti aku."
"Tentu saja," bangga Suga sambil membusungkan dada. "Aku ini laki-laki sejati, pantang bagiku untuk membuat seorang perempuan tersakiti atau kecewa."
Chanyeol yang mendengarkan ocehan tidak jelas Suga hanya memutar bola matanya malas. Berbeda dengan Chaeyoung yang terkekeh merasa lucu pada ucapan Suga dan ekspresi wajahnya.
Chanyeol berjalan mendekati Suga dan Chaeyoung. "Ya, ya, ya. Jika kau sudah selesai dengan bualanmu itu, berarti Chaeyoung sudah bisa pulang, kan?"
"Ya, pergilah." Suga mengibas-ngibaskan kedua lengannya seolah mengusir.
Chaeyoung dan Chanyeol berjalan menjauh dan memasuki mobil. Mereka pulang meninggalkan Suga seorang diri dengan senyuman yang masih terpatri. Namun, seiring menghilangnya mobil Chanyeol dari pandangan, ekspresi wajah Suga berangsur berubah. Senyuman ceria itu kini mulai hilang, digantikan dengan senyuman remeh.
"Cih," decihnya pelan.
Suga berjalan ke arah kantin, tempat di mana teman-temannya berada. Termasuk Taehyung.
Begitu memasuki kantin, tak sulit baginya menemukan teman-temannya yang memang paling mencolok dan paling berisik.
Suga melempar jas yang ia bawa tepat ke wajah Taehyung. Saat mendapati tatapan tersinggung dari si pemilik jas, Suga menjelaskan, "Chaeyoung tadi menitipkannya padaku sebelum pulang."
"Chaeyoung sudah pulang?" heran Taehyung.
"Hm." Suga mencomot kentang goreng milik Jimin dan berkata, "dia sepertinya sudah sangat kelelahan. Ya, lelah fisik dan mental."
"Apa maksudmu?" tanya Taehyung.
Suga mengendikkan bahunya acuh. "Bukan apa-apa."
Meski begitu, tetap saja ada sesuatu yang mengganggu pikiran Taehyung. Tidak, lebih tepatnya ucapan Suga tadi mengganggu ketenangan batin Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅
Fanfiction[COMPLETED] "Aku minta maaf kemarin dengan kurang ajarnya memintamu menjadi kekasihku tanpa melihat kondisi perasaanmu. Aku merasa jadi orang paling brengsek saat itu. Dan aku sadar aku salah," jelas Taehyung. "Apa tadi kau terluka?" lanjutnya kare...