Chaeyoung berlari tergesa-gesa menuju atap sekolah sesaat setelah guru terakhir menutup kegiatan belajar mereka.
Sesampainya di sana, Chaeyoung menelusuri setiap bagian lantai mulai dari pintu hingga ke ujung pembatas. Matanya menelusuri dengan tajam berharap benda yang ia cari dapat segera ditemukan dan ia bisa cepat pulang karena perutnya sudah sangat lapar.
"Aish... Dimana sebenarnya benda itu, astaga!" erangnya karena tak kunjung mendapat apa yang ia cari.
Chaeyoung mendudukkan dirinya dengan posisi memeluk lutut. Merasa kesal juga sedih saat sesuatu yang amat berharga untuknya kini hilang entah kemana.
"Sedang apa kau disini?"
Chaeyoung spontan mengangkat kepalanya yang sempat ia topang pada lutut. Menatap seseorang yang kini berdiri di hadapannya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.
"Ini sudah lebih dari dua puluh menit sejak bel pulang berbunyi. Hari ini tidak ada kegiatan rapat OSIS ataupun ekstrakurikuler tambahan. Jadi bisa ku pastikan kurang dari sepuluh menit lagi gerbang utama akan ditutup."
Chaeyoung masih tetap pada posisinya. Mengabaikan mengenai kemungkinan yang harus ia terima jika gerbang itu benar-benar ditutup dan ia tidak memiliki jalan untuk keluar. Pulang tepatnya.
"Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya orang itu yang sama sekali tak direspon oleh Chaeyoung.
Seseorang itu tampak mendesah pelan. Baru sehari mereka tidak bertemu, namun sifat gadis ini sudah kembali beku.
Ia kemudian berjongkok sehingga kini posisinya berhadapan dengan Chaeyoung. Membuat tatapan lurus gadis itu kini tepat terarah pada matanya.
"Kau sedang mencari sesuatu?" tanya orang itu kembali. Namun tetap sama, tak mendapat respon berarti dari Chaeyoung yang masih setia pada diamnya.
Menyerah dengan Chaeyoung yang hanya diam, akhirnya orang itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sesuatu yang ia yakini menjadi alasan seorang Park Chaeyoung mau berlama-lama diam di tempat sepi ini.
Ia raih tangan Chaeyoung dan memasangkan benda tersebut yang merupakan sebuah gelang, pada pergelangan tangan kurus itu.
Chaeyoung menatap gelang dan orang itu bergantian. Jantungnya berdegup kencang secara tiba-tiba. Kini berbagai pertanyaan muncul di kepala cantiknya namun tak satupun yang ia realisasikan.
"Sekarang kau sudah mendapatkan apa yang kau cari. Jadi, bisakah kita pulang sekarang?"
"Kenapa kau begitu yakin bahwa benda ini yang menahanku sedari tadi?" Chaeyoung akhirnya bersuara. Berusaha keras menahan agar suaranya tetap terdengar normal di tengah detakkan jantungnya yang masih menggila.
Taehyung terkekeh pelan. Entah kenapa pertanyaan gadis ini begitu membuat telinganya geli.
"Karena benda itu yang membuatmu mengucapkan sesuatu. Lagipula..."
"Sang pemilik tak pernah keliru pada tanda kepemilikan yang ada pada miliknya."
Taehyung merapikan tatanan rambut Chaeyoung yang sedikit berantakan karena angin yang membelai dengan lembut. Dapat Taehyung rasakan betapa surai hitam itu begitu halus. Ingin rasanya Taehyung membenamkan wajahnya pada helaian halus itu dan menghirup aroma strawberry yang menguar kuat memabukkan.
Taehyung? Tentu saja.
Kalian fikir siapa orang yang berusaha tak peduli hampir seharian ini hanya demi menemukan kembali kesadarannya terhadap kenyataan yang harus ia terima?"Harus berapa kali aku katakan bahwa aku bukan milikmu, atau milik siapapun... Aku hanya milik diriku sendiri," ucap Chaeyoung tenang dan datar.
Dari rambut, kini belaian itu turun menyusuri kening Chaeyoung. Turun ke hidung mungil nan mancungnya, dan berakhir di pipi chubby yang selalu membuat Taehyung insomnia karena penasaran seperti apa rasanya saat ia sentuh.
Dan kini, saat Taehyung sudah berhasil menyentuhnya, timbul keinginan lain yang begitu menggebu dalam benaknya.
'tidak, Taehyung! Kau gila jika sampai melakukannya' innernya menjerit pada ego yang kini hadir.
"Kukira Chanyeol-hyung hari ini ada kesibukan. Jadi, aku yang akan mengantarmu pulang."
Taehyung berdiri dari jongkoknya. Entah kenapa ia merasa pembicaraan ini harus segera beralih supaya bisa sedikit mengecoh fikiran-fikiran buruk yang mulai timbul dalam benaknya.
Baru Taehyung akan membalikkan badannya, namun urung saat ia merasakan ada tangan halus yang menyentuh lengannya.
"Taehyung-ah."
Untuk pertama kalinya dalam pertemuan mereka, akhirnya Chaeyoung benar-benar bisa memanggil namanya. Bahkan kali ini dengan nada yang begitu halus.
"Jawab pertanyaanku dengan benar," pinta Chaeyoung.
Tak ada respon berarti dari Taehyung. Ia hanya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya "Pertanyaan yang mana?"
Chaeyoung menurunkan tangannya dari lengan Taehyung. "Dari mana kau tahu bahwa gelang ini milikku?"
Taehyung menghela nafas sebentar. "Kau ingin aku menjawab dengan jujur?"
🌹🌹🌹🌹🌹
Sesampainya di kediaman keluarga Park, Chaeyoung langsung keluar dari mobil Taehyung tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan ucapan terimakasih karena Taehyung sudah mengantarnya pun -meski terpaksa- tak keluar dari mulutnya.
Taehyung juga tidak berusaha mengejar Chaeyoung karena sama sepertinya, Chaeyoung juga butuh waktu.
Chaeyoung membuka pintu rumah dan masuk dengan ekspresi yang entah apa namanya. Ia hanya bingung, panik, takut, dan khawatir menjadi satu.
Di ruang tamu, ia melihat kakaknya sedang duduk santai menonton televisi yang bahkan tak menyadari pintu terbuka.
Tunggu. Bukankah Taehyung bilang kakaknya sibuk dan tidak bisa menjemputnya?
"Oppa," panggilnya membuat Chanyeol menyadari ada orang lain di sana selain dirinya.
"Eoh, kau sudah pulang? Oppa akan menjemputmu tapi Taehyung bilang kalian ada tugas bersama."
Chaeyoung mengerutkan keningnya. Menatap Changmin dengan pandangan penuh intimidasi. Dan Chanyeol tahu, ada sesuatu yang tidak adiknya mengerti.
Chaeyoung memasuki kamarnya diikuti Chanyeol yang menutup pintu. Ia simpan tasnya ke tempat seharusnya benda itu berada bersama teman-temannya yang lain.
Ia menempatkan dirinya duduk bersila di atas ranjang dengan boneka chipmunk di pangkuannya.
"Jadi Taehyung sudah cerita padamu semuanya?" Chanyeol berjongkok di hadapan Chaeyoung.
Melihat sang adik yang tetap diam membuatnya resah. Tak ada pilihan selain menceritakan semuanya.
"Dia mendengar semua pembicaraan kita saat kemarin kau berkunjung ke rumah sakit. Dia tahu kau adalah Rose memang karena sejak awal dia menyadarinya, sejak awal pertemuan kalian," jelas Chanyeol singkat.
"Apa hanya sebatas itu yang dia ketahui?" tanya Chaeyoung.
Chanyeol mengangguk merespon pertanyaan Chaeyoung. Ia genggam jemari itu dengan lembut. Berusaha menenangkan fikiran sang adik yang dipenuhi kekhawatiran.
"Tapi Oppa juga tidak bisa menjamin kalau pengetahuannya hanya sampai di sana. Sebentar lagi dia pasti akan tahu segalanya. Entah darimu, Oppa, orang lain, atau dengan sendirinya."
🌹TBC🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Rose (Taehyung-Rose)✅✅
Fanfiction[COMPLETED] "Aku minta maaf kemarin dengan kurang ajarnya memintamu menjadi kekasihku tanpa melihat kondisi perasaanmu. Aku merasa jadi orang paling brengsek saat itu. Dan aku sadar aku salah," jelas Taehyung. "Apa tadi kau terluka?" lanjutnya kare...