Opatbelas

537 88 6
                                    

"Mau bagaimana pun yang di takdirkan untukku akan tetap menjadi milikku, contohnya dirimu."
***
Ratna duduk di single sofa dengan para keluarga dan juga Keza. Mereka tersenyum lega melihat keadaannya yang sudah kembali ke rumah.

"Dari mana saja kamu sayang?" tanya sang ibu yang di sampingnya terdapat papanya, kakaknya yang Ratna tau berada di luar negeri juga ikut hadir di sana.

"Kita semua mencari kamu ke mana-mana, Ratna," imbuh Tina.

"Aku tidak tahu, tapi diriku terjebak di suatu kerajaan."

"Kerajaan? Kerajaan seperti apa Ratna?" tanya Tina.

"Iya, dan- tunggu," ucapan Ratna berhenti ketika menyadari sesuatu.

Seluruh mata menatapnya menunggu dirinya berbicara kembali.

"Nenek memanggilku apa tadi?" tanya Ratna.

"Ratna," ucap Tina tanpa berpikir panjang.

"Ah, aku ingin ke kamar mandi terlebih dahulu," ucap Ratna sembari berjalan ke arah pintu.

"Jangan!" Ratna tersentak mendengar teriakan papanya, dia menoleh ke belakang dan melihat semuanya sudah berdiri.

Ada yang berbeda, beberapa orang yang tidak ada seperti Yuda, Cleo dan antek-anteknya kini sudah berdiri bersama keluarganya di sana.

Peluh Ratna terasa mengalir di pelipisnya, apa yang sebenarnya terjadi.

Tangannya dengan cepat membuka knop pintu membuat angin berhembus kencang dan ruangan hanya di penuhi background putih.

Ratna berbalik lagi, tidak menemukan siapa-siapa di sana.

"Halloo!" teriak Ratna.

Kepalanya terasa pening, baru tadi dia begitu bahagia bertemu dengan keluarganya, ternyata hal itu hanya halusinasi semata.

Ratna menyadari jika sang nenek tidak memanggilnya 'cah ayu' sama sekali. Hal itu membuat Ratna bingung, pasalnya Tina jarang sekali memanggil namanya dan ekspresi semuanya tidak memperlihatkan jika mereka khawatir.

"Nenek?!"

Ratna mencoba melangkah tapi tidak menemukan pijakan lagi di sana, tubuhnya langsung oleng dan jatuh.

"Ratna!" teriakan seseorang yang dirinya kenal.

"Nata?"

Cahaya putih menyilaukan pandangan Ratna langsung, hingga mau tak mau dia memejamkan mata, karena dirinya begitu takut menghempas kebawah akhirnya Ratna memaksa untuk membuka matanya dan menemukan dirinya berada di atas ranjang dengan beberapa orang yang menatapnya khawatir.

"Nyimas," panggil Sinta yang melihat putrinya siuman.

Sementara Ratna masih merasa linglung dengan apa yang terjadi, dirinya masih berada di kerjaan ini. Apa bertemu dengan keluarganya tadi hanya mimpi? Dirinya amat merindukan keluarga aslinya, bahkan yang dirinya mimpikan ada sesuatu yang buruk.

Tanpa sadar Ratna menangis, mengabaikan ratu yang sedang memeluknya.

Ratna ingin kembali.
***
"Kata pangeran anda terkena guna-guna musuh nyai, bahkan pangeran tiga hari berturut-turut tidak kembali ke rumahnya, pangeran lebih memilih menjaga putri di sini," jelas Turi mengenai kejadian dirinya kemarin.

Guna-guna? Haruskah Ratna percaya? Mungkin di kehidupan modern hal itu minim terjadi, tapi mau bagaimanapun hal itu tetap ada bukan?

Bahkan pesugihan, pelet dan sebagainya juga masih ada, ya meskipun jarang dan hanya di pakai beberapa suku dengan tujuan melindungi. Kembali ke diri masing-masing, jawabannya tetap bertakwalah kepada-Nya.

Himbar BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang