Sarapan dengan keluarga kerajaan telah usai, karena Kusumahdinata yang belum datang, Ratna memilih untuk menunggu di tempat biasanya. Dia tidak ingin mencari masalah untuk datang ke pasar lagi, Ratna takut orang-orang jahat itu kembali.
Selang beberapa menit dirinya melamun, netra indah Ratna melihat Kusumahdinata berjalan menuju ke dalam kerajaan. Dengan senyumannya yang merekah Ratna berlari ke bawah untuk menemui Kusumahdinata.
"Nata!" Lambai Ratna sembari berlari.
Cuaca yang cukup cerah dan senyuman Ratna membuat Kusumahdinata tersenyum tipis, tapi segera dia hilangkan karena ingat apa yang akan terjadi.
"Aku sudah menunggumu lama," ujar Ratna yang berdiri di hadapan Kusumahdinata, tinggi mereka tidak terlalu jauh, tapi bagi Ratna dia selalu pendek di dekat laki-laki ini.
"Kenapa hari ini telat?"
"Aku hanya mencoba menambah waktu untuk mengikhlaskanmu," ucap Kusumahdinata membuat Ratna terdiam.
"Bukannya kamu ingin pulang, ayo kita temui orang tuamu dulu," ucap Kusumahdinata yang berjalan lebih dahulu.
Ratna melihat punggung Kusumahdinata yang mulai menjauh, apa dirinya salah pulang ke jaman asalnya? Kenapa ada perasaan bersalah melihat manik Kusumahdinata.
Ratna-dirinya gagal mengingat siapa itu Kusumahdinata, baginya Kusumahdinata adalah orang yang berada di kehidupan sang putri bukan di kehidupannya. Namun, dia seakan pernah bertemu dengan laki-laki itu.
Melihat punggung Kusumahdinata yang hampir sampai pintu aula membuat Ratna berlari dan segera menyusul.
***"Ingat pesan ibunda untuk selalu hati-hati, apalagi ini perjalanan yang lumayan jauh," ujar sang permaisuri.
Ratna mendengarkannya dengan seksama, dirinya tidak tahu jika perjalanan nantinya akan lama, dia pikir menuju air terjun hanya memiliki waktu 30 menit atau satu jam lamanya.
Sepertinya dirinya lupa jika masa ini belum ada transportasi canggih seperti mobil ataupun motor.
"Nata, tolong jaga putriku, jangan sampai kulitnya tergores benda tajam atau bahkan ranting pohon sekalipunn!" tegas raja kepada Kusumahdinata.
Ratna yang mendengar hal itu hanya menggeleng kecil, bahkan ranting tidak boleh bersentuhan dengan kulitnya? Ternyata ini rahasia besar kulit halus mereka, pasti sang putri tidak pernah bermain masak-masakan dengan menggunakan tungku dan api. Beruntung masa kecil Ratna di habiskan di masa depan.
"Kalau begitu kami berangkat dulu," ujar Kusumahdinata.
Ratna melemparkan senyum kepada ratu dan juga raja, begitu pula dengan Kusumahdinata. Matahari yang mulai menaik ikut menyinari pancaran wajah Ratna yang cerah.
"Sebegitu menyenangkan ingin berpisah denganku?" tanya Kusumahdinata saat keduanya berjalan beriringan melewati pasar.
Mereka di kawal beberapa pengawal dan juga dayang, terdapat sang adik juga di sana meskipun Turi tidak diizinkan Ratna untuk ikut. Ratna hanya tidak mau membuat gadis itu sedih.
"Aku bahagia karena akan bertemu dengan keluargaku lagi," ucap Ratna.
"Berarti kau sedih berpisah denganku?"
"Bukan seperti itu! Lagi pula untuk apa aku sedih?" tanya Ratna.
"Tidak ada yang datang tiba-tiba lagi." Ucapan yang di lontarkan Kusumahdinata benar adanya, mungkin dia nanti akan merindukan sosok laki-laki yang muncul seenaknya ini.
"Kemungkinan, sedikit," ucap Ratna sembari mengangkat jarinya yang membentuk C kecil.
"Aku baru tau kalau menuju air terjun selama ini, harus dua hari memang?" tanya Ratna.
![](https://img.wattpad.com/cover/244275265-288-k628794.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Fiksi SejarahBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...