Keluarga yang lengkap adalah impian setiap anak, tapi belum tentu ada keharmonisan di dalamnya. Tidakkah beruntung bagi mereka yang mendapatkan keduanya? Tapi keluarganya yang terpecah juga tidak seburuk itu, mereka hanya keluar dari zona patah meskipun korbannya hasil dari dua hati. - Ratna
****
Kusumahdinata memandang wajah damai Ratna, gadis yang selalu terlihat cantik didalam suasana apapun. Dirinya telah bebas untuk memandang wajah jelita sang pujaan hati, tidak mencuri-curi lagi seperti sebelum mereka menikah.Kini lewat 2 hari Tari di rawat, Ratna sendiri yang turun tangan membantu pengobatan Tari. Sampai-sampai Kusumahdinata harus turun tangan guna mengingatkan Ratna agar memperhatikan dirinya dan calon anak mereka.
Bersyukur nyeri pada perut Ratna hanya kram. Namun, sudah diingatkan oleh tabib jika kandungan Ratna masih rentan.
Sesudah makan siang, saat ingin melihat Tari, Kusumahdinata melarangnya dan menyuruh Ratna untuk tidur. Dia tau jika sang istri menemani sahabat dekatnya itu semalaman.
Seseorang masuk setelah mendapat ijin dari Kusumahdinata, membawa kabar jika Tari telah siuman.
"Suruh dia beristirahat, jika Dewi sudah bangun aku akan menyampaikan berita ini," tutur Kusumahdinata.
"Sendika Prabu!"
Sembari menjaga Ratna, Kusumahdinata membaca beberapa surat dari rakyat dan kerajaan-kerajaan tetangga. Kini masalah yang paling menonjol adalah perampokan, para bandit-bandit itu begitu meresahkan pendatang bahkan warga.
"Ma...." Racau Ratna membuat Kusumahdinata menoleh.
Sepertinya Ratna tengah bermimpi, terkadang hal ini membuat Kusumahdinata gusar karena Ratna selalu menggigau tentang keluarganya di masa depan. Jika ditanya pun Ratna bilang dirinya tidak apa-apa, Kusumahdinata hanya ingin Ratna jujur, kalau seperti ini dirinya merasa bersalah.
"Ratna?" panggil Kusumahdinata sembari mengusap surai Ratna.
"Hm? Kenapa?" tanya Ratna yang terbangun. Kusumahdinata membantunya duduk dan menatapnya lekat.
"Ah, aku menggigau lagi yah," lirih Ratna yang dapat di dengar Kusumahdinata.
"Iya aku merindukan mereka, wajarkan? Tapi gapapa, aku sudah terbiasa di sini," ujar Ratna yang menggenggam tangan Kusumahdinata dan tersenyum. Dia tidak mau laki-laki itu khawatir, tapi Ratna sadar jika sikapnya yang seperti ini malah membuat Kusumahdinata tambah khawatir.
"Mau menjenguk?" tawar Kusumahdinata.
"Bisa?"
"Insyaallah," Kusumahdinata tersenyum.
"Tapi, apa kita harus pergi dan jatuh di air terjun lagi? Ah tidak-tidak kasihan anak kita, aku tidak mau dia-"
"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi ke sana lagi," potong Kusumahdinata.
"Memang bisa? Lalu kenapa kita dulu pergi ke air terjun?" Ratna memandang Kusumahdinata dengan penuh tanya.
"Hahaha," tawa Kusumahdinata.
Baru kali ini laki-laki itu tertawa dan itu menambahkan kadar ketampanannya.
"Jangan ingat kenangan buruk itu lagi, aku bersalah tentang itu, maaf," ujar Kusumahdinata.
"Jadi, kamu membohongiku?"
"Tidak, kamu sendiri yang memaksaku untuk pergi ke sana dan tanpa sengaja utusannya menculik mu. Kamu tahu nyimas, waktu itu aku benar-benar tidak tahu ingin melakukan apa, rasa takut kehilanganmu dua kali benar-benar menghantui." Ratna mengerjap mendengar penjelasan panjang Kusumahdinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Historical FictionBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...