Ratna memakai Hoodie putih dan rok hitam selutut. Kali ini dia menggerai rambutnya dan menambah beberapa aksesoris membuat kadar kecantikan seorang Ratna bertambah.
Tina menunggu cucunya di dalam mobil, setelah Ratna masuk, mobil segera melaju menuju gereja yang biasa mereka kunjungi. Dengan kushyuk Ratna berdoa agar keluarganya selalu sehat, bahagia dan selamat. Tidak lupa Ratna berdoa agar dirinya bertemu dengan pangeran mimpinya, Ratna tidak menceritakan pangeran mimpinya dengan siapapun itu dan itu hanya menjadi rahasia Ratna dan Tuhan.
Setelah mengaminkan, tidak sengaja telinga Ratna kembali mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Saat menoleh ke samping Ratna tidak mendapatkan orang yang memanggilnya. Ratna kembali fokus dan menganggap hal tersebut sebagai angin lalu, berpositif thinking jika hal itu hanya firasat Ratna.
Setelah beberapa jam di gereja Ratna pulang dan langsung menuju kamarnya. Mengambil ransel yang kemarin dirinya siapkan dan kunci mobil.
"Nek, Ratna berangkat," ucap Ratna.
Tina yang berada di kamarnya segera keluar, matanya memandang Ratna dengan senyuman.
"Ingat, hati-hati dan jaga diri. Jangan macam-macam takut rawan cah ayu," ucap Tina yang di balas anggukan oleh Ratna.
Setelah mengecup singkat pipi neneknya Ratna berjalan ke garasi, tangannya melambai ke arah Tina saat mobil yang di pacunya keluar dari perkarangan rumah.
Sejujurnya Tina tidak masalah dengan cucunya yang ingin bermain, hanya saja hatinya sejak pulang dari gereja tadi gundah. Mobil yang di tumpangi Ratna menghilang di tikungan, Tina kembali masuk dan berdoa agar cucunya baik-baik saja.
Rumah Keza hanya beberapa menit saja dari rumahnya, membuat Ratna tidak memerlukan waktu yang lama sampai di sana.
"Udah semua bawaan kamu?" tanya Ratna saat Keza masuk ke mobilnya.
"Udah di dalam tas semua kok Na," balas Keza yang membuat Ratna mengangguk dan segera mengegas laju mobil ke tempat tujuan.
Selama di perjalan mereka membicarakan aktivitas yang akan mereka lakukan di sana.
"Btw, makasih Na udah memperkejakan ayahku di tempat ibumu," ucap Keza.
"Sama-sama, engga masalah Za,"
"Kamu itu orangnya baik Na, meskipun jutek si, apalagi ke Yuda," ucap Keza yang membuat Ratna menggerutu.
"Itu mah bukan aku ya, tapi dia duluan sok kenal banget," ucap Ratna yang membuat Keza terkekeh.
"Kamu suka sama Yuda?" tanya Keza yang membuat Ratna menoleh sekilas ke arahnya.
"Engga, kenapa? Kamu suka?"
"Emang siapa yang gak suka sama Yuda, Na," lirih Keza.
"Gue," ucap Ratna.
"Kalau lo suka, perjuangin Za," ucap Ratna.
"Tapi dia suka sama kamu, lagu pula gadis kaya aku itu-"
"Gak cocok? Jangan insecure dululah," potong Ratna.
Keza terdiam, Ratna tau jika Yuda mengejarnya dan dirinya bersikap keras, Keza yang selalu meminta maaf pada laki-laki tersebut.
"Udah jangan bahas ini, yang penting hari ini kita seneng-seneng dulu. Kalau lo khawatir gue bakal tikung Yuda itu salah, gue udah punya cowok yang lebih dari Yuda. Lagi pula Za, kita gak seiman," jelas Ratna yang membuat Keza tersenyum.
Benar ucapan Ratna, hari ini mereka berniat untuk senang-senang bukan bersedih seperti ini.
Sesampainya di tempat tujuan keduanya berjalan ke arah penjual tiket. Setelah selesai membayar dan di izinkan untuk masuk Ratna segera mengeluarkan kamera polaroidnya.
"Za coba kamu berdiri di sana, aku bakal foto," ucap Ratna yang di turuti oleh Keza.
Mereka berdua begitu menikmati liburan hari ini. Sepanjang perjalanan menuju air terjun begitu banyak canda dan tawa yang mereka lontarkan. Dengan berbagai foto dan pose Ratna abadikan di kamera polaroidnya.
Entah berapa lama mereka berjalan, suara air terju mulai terdengar di telinga mereka. Dengan cepat Ratna dan Keza berlari, setelah berhasil sampai di air terjun Cinulang Ratna menghirup udara yang begitu segar.
"Cantik banget," ucap Keza.
"Foto yuk," ucap Keza yang langsung di balas anggukan oleh Ratna.
"Ratna!" teriakan itu sedikit menggema di sana, mereka berdua yang asik berfoto terkejut dan menoleh ke sumber suara.
Di sana Yuda melambaikan tangannya, di sampingnya ada Cleo dan kedua antek-anteknya yang selalu mengikutinya. Ratna mendengus, mereka benar-benar ikut kemari.
"Foto sama-sama ayo," ucap Yuda yang membuat alis Ratna naik.
Yuda tidak peduli dan langsung menyeret tangan Ratna agar mendekat. Ratna hanya melihat kamera tersebut dengan datar.
"Gantian, coba Za lo berdiri di sini biar gue fotoin," ucap Keza yang ingin di protes.
"Udah gapapa, lo gak bakal nolak permintaan gue kan Yud?" tanya Ratna.
"Engga dong, sini Za," ucap Yuda yang senang karena Ratna mengajaknya berbicara.
Keza berdiri di samping Yuda dan tersenyum. Ratna segera mengambil foto dengan kameranya, namun gerakannya terhenti saat tidak sengaja melihat seseorang di puncak air terjun. Ratna yang terkejut segera melihatnya dengan mata telanjang, namun di sana tidak ada siapa-siapa.
"Kenapa Na? Udah?" tanya Keza.
"A-ah belum, nyari cahaya yang bagus, ayo mulai ya," ucap Ratna. Mungkin matanya salah lihat.
Cleo yang sedari tadi menatap tajam keduanya dengan api cemburu sudah tidak tahan.
"Ambil aja ambil," ucap Ratna sembari menarik tangan Cleo agar dekat Yuda.
Sementara dirinya melangkah pergi dari dua orang pengganggu itu. Kembali menikmati sejuknya udara dan pemandangan air terjun. Ratna asik memandang air yang mengalir dan Keza memfoto pemandangan, terkadang pula berdebat dengan Cleo.
Jika dilihat-lihat Keza mulai terbuka dan berani, Ratna tersenyum mendengar jawaban Keza yang membuat Cleo naik darah.
"Halo, pa," ucap Ratna, tangannya memegang ponsel, entah tiba-tiba dirinya rindu dengan keluarganya.
Tidak ada sautan dari telepon tersebut, pasti papanya sedang sibuk di sana.
"Pa, papa gak mau pulang? Engga kangen sama suasana rumah yang masih utuh pa?" tanya Ratna.
Bertanya seperti itu saja membuat air matanya ingin jatuh, Ratna lemah soal ini.
"Papa sibuk Ratna," ucap Rey.
"Iya, Ratna juga tau kok kalau papa sibuk. Emang sejak kapan papa gak sibuk? Kalian selalu sibuk dan bodohnya cuman Ratna yang rindu suasana rumah." Ratna mematikan sambungan telepon setelah mengatakan itu.
Jemarinya bergerak cepat mencari nomor telepon Intan dan Ergan, tapi keduanya sama-sama tidak mengangkat panggilan darinya. Ratna mengirim pesan singkat kepada mama dan kakaknya itu.
"Aku baru tau kamu bisa galau," ucap seseorang dari samping kiri Ratna.
"Dan aku juga sempet terpengarah waktu lihat kamu dari kejauhan. Tumben kamu berpenampilan feminim Na," ucap Yuda lagi.
"Bukan urusan lo," sinis Ratna, lalu melenggang pergi meninggalkan Yuda.
"Za, coba ke atas ayo," ajak Ratna yang membuat Keza mengangguk.
.
.
To be continue 🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Historical FictionBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...