Jadi, aku benar-benar pergi? - Ratna
****
Kaki Ratna yang telanjang tanpa alas melangkah pelan ke arah kerumunan keluarganya. Begitu terharu dirinya melihat semuanya ada di sana, baju yang dia pakai tetap sama seperti kali pertama dirinya datang.Namun, tampak berbeda dengan dirinya yang terbaring di tengah-tengah kerumunan orang, separuh tubuh Ratna ditutupi oleh kantong jenazah.
Haru yang dirasakan Ratna berubah menjadi rasa sedih yang mendalam, kepalanya menggeleng, mengenyahkan pandangan yang berada di depan matanya.
"Aku, mati?" monolognya.
"Mama, Ratna masih hidup ma, di sini!" Isak Ratna sembari mencoba menyentuh pundak sang mama yang nihil.
Beberapa kali Ratna mencoba, dari sang nenek, kakak, papa dan teman-temannya.
"Cleo minta maaf Tante," ucap gadis yang Ratna hapal betul.
Mamanya sama sekali tidak merespon ucapan Cleo, sedangkan papanya mencoba untuk menguatkan istrinya.
Sekelebat memori saat dia pindah dan kenangan yang lain berputar di otak Ratna. Air matanya masih saja menetes, baru saja Ratna bahagia karena bisa kembali ke jamannya.
Belum sempat memanggil neneknya, kepala Ratna kembali pening, sesuatu mulai terlihat jelas di angannya.
Gadis cantik dengan balutan baju kuno yang sama persis dipakai olehnya di jaman dia terlempar. Kalimat-kalimat yang gadis itu ucapkan, bahkan orang lain ucapakan juga terasa nyata.
"Nek?" ucap Ratna saat bayangan keluarganya mulai pudar.
Ada apa sebenarnya?
"Nyimas hanya ingin jalan-jalan, Ibunda." Itu ucapan terakhir dari gadis yang begitu mirip dengannya.
Seolah bak film, tempatnya berdiri kini telah berganti. Ratna bisa melihat jelas gadis tadi yang di seret paksa oleh orang-orang berbaju hitam, kumpulan orang yang sama saat dirinya di culik.
Hanya saja gadis itu tidak melawan sama sekali. Sampai akhirnya mereka mendorongnya jatuh dari atas air terjun, melihat hal itu Ratna berteriak. Apa mereka berdua bertukar saat sama-sama terjatuh?
"Lalu?" belum sempat dirinya berpikir di mana Kusumahdinata, adegan kembali berganti. Dia melihat sosok Kusumahdinata dengan gadis yang sama.
"Kamu siapa?" tanya sang gadis.
"Nanti kamu akan tau, untuk saat ini kita hanya bisa bertemu di dalam mimpimu saja." Mendengar hal itu Ratna sadar.
Gadis itu bukanlah putri mahkota, melainkan dirinya. Sosok Kusumahdinata yang tidak asing baginya ternyata sosok dari pangeran mimpi yang selalu dirinya tunggu-tunggu.
Terkejut, iya, kenapa dirinya tidak bisa mengingat pangeran mimpinya. Sosok yang dirinya tatap saat jatuh waktu itu adalah Kusumahdinata.
"Aku menunggumu kembali sadar, apa kamu tidak lelah tinggal di masa depan?" reka adegan kembali berganti, dirinya berdiri agak jauh dari Kusumahdinata dan dia di dalam mimpi.
"Jujur aku lelah dengan hidupku, tapi kembali ke mana? Bukankah kamu berjanji akan datang? Aku selalu bertanya-tanya, kamu ini sebatas halusinasi dalam mimpi atau benar-benar manusia?"
Semuanya Ratna simak dengan baik, sampai di mana Ratna melihat kali pertama dia bangun di jaman itu.
"Kita ulang semuanya, melihat keadaan nyimas, sepertinya kita akan menjelaskan pelan-pelan." Itu kalimat terakhir yang Ratna dengar.
Jadi, selama ini dirinya tertidur? Lalu, kenapa dia berada di masa depan? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dan gambaran yang masih saja terputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Ficción históricaBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...