Sejarah Himbar Buana

765 70 7
                                    

Penulis di sini! Hai! Aku akan membagikan sedikit sejarah Sumedang Larang di part 30 ini, sekaligus penutupan dan membagi ilmu. Untuk ini aku mengambilnya dari beberapa artikel google, jadi kalian bisa membaca selengkapnya di sana.
****
Sebelumnya nama Sumedang Larang bukanlah itu. Pada masa zaman Prabu Tajimalela, nama Sumedang Larang adalah Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi.

Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.

Karena itu aku mengambil judul Himbar Buana, untuk kisahnya sendiri aku mengambilnya dari masa pemerintahan Ratu Inten Dewata.

Ratu Inten Dewata atau pemilik nama asli Satyasih adalah putri dari Ratu Sintawati alias Nyai Mas Patuakan, sebagai pemimpin Sumedang Larang ketujuh. Ratu Sintawati menikah dengan Sunan Corenda, Raja Talaga putera Ratu Simbar Kancana dari Kusumalaya putra Dewa Niskala penguasa Galuh.

Satyasih atau dikenal sebagai Ratu Inten Dewata setelah menjadi penguasa Sumedang yang kedelapan bergelar Ratu Pucuk Umum.
.
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Nyimas Setyasih (Ratu Pucuk Umum), merupakan seorang Sunda muslimah dan menikah dengan  pangeran Santri.

Pangeran Santri adalah Putra dari Pangeran Pamelekaran atau Pangeran Muhammad, cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan atau Pangeran Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda.

Pangeran Santri merupakan penguasa Sumedang pertama yang menganut agama Islam dan berkedudukan di Kutamaya Padasuka sebagai Ibukota Sumedang Larang yang baru, sampai sekarang di sekitar situs Kutamaya dapat dilihat batu bekas fondasi tajug keraton Kutamaya.

Pangeran Santri juga memiliki gelar Pangeran Kusumahdinata, setelah menikah dengan Ratu Pucuk Umum mereka dianugerahi anak bernama Pangeran Angkawijaya.

Itulah sedikit kisah yang aku ambil di dalam fiksi sejarah Himbar Buana ini, selebihnya aku mohon maaf jika ada kekeliruan, kesalahan kata, dan update terlalu lama.

Ingat! Sejarah kalau dipelajari itu seru loh, banyak kisah yang bahkan tidak semua orang tahu. Namun, hati-hati karena tidak semua sejarah itu pasti. Terkadang kita memang perlu membaca banyak buku agar tahu.

Sampai bertemu di karya selanjutnya, terima kasih sudah menemani sejauh ini. ✨❤️

Himbar BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang