Koridor sekolah yang sudah sepi karena bell yang beberapa menit yang lalu terdengar. Ratna mengekor pada guru yang akan mengantarkan dirinya ke kelas baru.
Suara ketukan pintu membuat guru yang menjelaskan di dalam berhenti dan segera membuka.
"Bu Syifa, ada yang bisa saya bantu Bu?" tanya guru yang membukakan pintu tadi.
"Ini ada anak baru, Ratna kamu dengan Bu Berlin ya," pemilik nama hanya mengangguk.
Berlin menyuruh Ratna untuk masuk ke kelas dan memperkenalkan dirinya. Semua siswa dan siswi menatap Ratna dengan pemikiran yang berbeda-beda.
Ratna yang mempunyai paras cantik dan natural membuat beberapa kaum lelaki di sana berbisik. Meskipun tampilannya terlihat tomboy, kecantikan Ratna masih terlihat jelas.
"Perkenalkan, Kadinda Ratna Intadewa, kalian bisa panggil gue Ratna," ucap Ratna yang langsung dapat sorakan dari laki-laki.
Suaranya begitu merdu meskipun terkesan ketus. Beberapa gadis di sana juga terpengarah oleh suara Ratna dan beberapa juga ada yang menatap dengan pandangan tidak sukanya.
"Kamu pindahan dari mana Ratna?" tanya Berlin.
"Jakarta."
"Wow orang kaya dong berarti," celetuk salah satu siswa laki-laki.
Ratna hanya diam menatap semua orang tanpa minat. Berlin yang peka dengan keadaan segera menyuruh mereka semua untuk diam dan menyuruh Ratna untuk duduk.
"Duduklah di samping Keza," ucap Berlin membuat sang empu berdiri.
Gadis dengan hijab putih dan berseragam rapi itu mengukir senyumnya. Ratna tersenyum tipis dan berjalan ke arah Keza.
"Salam kenal Ratna," ucap Keza yang langsung di angguki oleh Ratna.
"Ratna, ikuti saja pelajaran ini ya. Nanti kalau ada yang kurang jelas kamu bisa tanyakan pada ibu atau ke keza,"
"Baik Bu," ucap Ratna yang membuat Berlin kembali menjelaskan mata pelajarannya.
Bell istirahat berbunyi membuat meja Ratna di kerubungi siswa. Suara berisik yang mereka ciptakan membuat Ratna menggebrak meja.
"Pergi atau gue pukulin kalian satu-satu!" teriak Ratna membuat mereka terdiam dan pergi dari sana.
"Ganjen banget jadi cowo," desis Ratna.
"Wajar Rat, kamu emang cantik kok," ucap Keza.
Ratna membenarkan kunciran rambutnya dan menatap Keza. Saat ingin berbicara seseorang menyela pembicaraannya.
"Jadi kamu anak barunya?" ucap orang itu sembari bersandar di tengah-tengah pintu.
"Za, bawa gue ke tempat yang tentram," ucap Ratna yang langsung di angguki Keza.
"Rat, kamu tau engga si laki-laki yang di depan tadi siapa?" tanya Keza setelah mereka sampai di taman samping perpustakaan.
"Gue gak kepo," ucap Ratna yang memejamkan matanya.
"Dia laki-laki populer di sini, mungkin di Jakarta ada banyak. Tapi di sini Yuda adalah most wanted," ucap Keza dengan menggebu-gebu.
"Jangan kebanyakan baca Wattpad za, udah deh aku mau tidur, bangunin kalau udah bell masuk ya," Keza hanya mengangguk menatap Ratna yang sudah terlelap.
Hari pertama Ratna sekolah sudah membuat gempar satu sekolah. Ratna berjalan ke parkiran motor untuk pulang ke rumah neneknya.
Di Sumedang dirinya tinggal dengan sang nenek, ini adalah keputusan yang terbaik baginya. Tidak peduli jika ini adalah perdesaan atau apa, Ratna hanya perlu udara segar tanpa ada pertengkaran dari orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Tarihi KurguBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...