Mencoba sesuatu yang baru itu menyenangkan, dipelajari apalagi denganku, coba saja. - Kusumahdinata.
***
Malam ini kerajaan nampak ramai karena pesta dadakan. Rakyat bersukacita karena kesembuhan Ratna, begitu pula dengan anggota keluarga kerajaan.Di kamar Ratna sendiri terlihat yang mulia ratu duduk menanti putrinya selesai dirias. Sebuah mahkota berwarna biru milik sang putri terpasang di atas kepala Ratna, menambah kesan cantik dan berwibawa.
"Apa kamu benar-benar sudah membaik?" tanya Sinta.
"Tidak sepenuhnya, sedikit lemas tapi tak mengapa aku baik," ucap Ratna.
"Baiklah, kalau lelah kamu bisa kembali terlebih dahulu," ucap Sinta yang tersenyum merekah.
Ratna membalas senyum tersebut dengan tulus, sudah dirinya putuskan jika akan menerima semuanya dengan lapang dada, karena mau dendam pun sia-sia dia tidak bisa hidup di kehidupannya yang asli.
Mahapatih menyuarakan dengan lantang kedatangan raja dan ratu, berlanjut dengan kedatangan Ratna, lalu Kusumahdinata dan keluarganya.
"Gila, keren banget, gini rasanya jadi Putri beneran," gumam Ratna.
Ratna memang menjadi putri di masa depan yang serba berkecukupan dan sekarang pun juga berkecukupan. Nampaknya semesta begitu berpihak dengan Ratna, tidak, tidak semua, karena dirinya tahu apa yang akan terjadi hidup di jaman seperti ini.
Alunan musik dan penari membuat Ratna mengantuk, jujur dia sedikit bosan dengan acara seperti. Hanya satu penyemangat Ratna.
"Ibunda, aku undur diri untuk menikmati makanan, boleh?" tanya Ratna tanpa malu-malu berkata seperti itu.
Sinta yang berada di sampingnya mengangguk. Dirinya terkekeh dengan ucapan sang putri, meskipun tidak lagi merasa seperti putrinya yang dulu, tapi dirinya bersyukur jika sang anak baik-baik saja. Lagi pula tata krama dan sebagainya bisa diajari lagi nantinya.
Mendapat ijin pergi dari singgahsana membuat Ratna langsung menuju meja jamuan, ada berbagai macam makanan di sana.
"Gila, ini mah pesta beneran," ujar Ratna.
Dia mengambil makanan yang belum pernah dirinya lihat maupun coba sebelumnya. Sedikit mencium aromanya dan mulai memakannya.
"Not bad."
"Kalau makan duduk," ujar Kusumahdinata yang menuntun Ratna untuk duduk di kursi.
Entah sejak kapan laki-laki itu mengikutinya ke meja jamuan, tapi tidak ingin berpikir panjang, Ratna kembali memakan makanan di piringnya.
"Seenak itu?" tanya Kusumahdinata yang terkekeh kecil melihat bagaimana lucunya Ratna makan dengan lahap.
"Mau coba?" tawar Ratna kepada Kusumahdinata.
"Tidak, aku sudah sering memakannya, lagi pula melihat cara makan mu sepertinya kamu kelaparan," kekehnya lagi.
Berharap respon marah dari Ratna ternyata pupus, perempuan itu seolah tidak peduli, malah dia berjalan menuju meja dan memilih hidangan yang lain.
"Sepertinya kamu benar-benar, benar sekali kelaparan," ujar Kusumahdinata saat Ratna kembali duduk.
"Biarlah, lagi pula saat tidur aku tidak memakan apa-apa, kau tega? Lebih baik kamu duduk dan ikut makan. Cobalah ini enak," kata Ratna sembari mengulurkan suapan kepada Kusumahdinata.
Tidak ada respon, Kusumahdinata hanya diam menatap Ratna. Sementara Ratna masih belum sadar jika mengulurkan suapan.
"Coba pakai tangan, rasanya lebih enak," ucap Kusumahdinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Ficción históricaBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...