Dalapan

875 131 2
                                    

Keluarga baru yang menyenangkan.

****

Makan malam berjalan dengan aura kehangatan, entah sejak kapan Ratna mulai tertawa mendengar cerita-cerita yang di utarakan oleh Raja dan Ratu. Meja makan yang tadi pagi hening sekarang ramai dengan obrolan mereka. Entahlah ini menyalahkan aturan istana atau tidak, tapi siapapun yang melihatnya mereka adalah keluarga yang begitu harmonis.

"Habiskan makananmu Nyimas, kita akan melanjutkan pembicaraan ini nanti," ucap Raja yang langsung dilaksanakan oleh Ratna.

Seusai jamuan tersebuta mereka semua berpindah ke aula tempat singgah sana Raja dan Ratu. Ratna duduk ditempat duduk putri, mereka kembali membicarakan sesuatu yang tertunda tadi.

Ratna mengingat jika dirinya ingin keluar dari istana, maka dari itu dirinya akan mencoba berbicara kepada orang tuanya sekarang, orang tua? Tidak buruk, keluarga baru ini begitu menyenangkan.

"Maaf Baginda, apa besok saya boleh berjalan-jalan di luar istana?" tanya Ratna yang membuat Raja tampak berpikir.

Pandangan Raja jatuh ke arah permaisuri, sementara Sinta hanya tersenyum dan mengangguk.

"Jangan jauh-jauh dan hati-hati, besok akan Ayahanda suruh beberapa prajurit menemani kamu," ucap Raja yang membuat Ratna tersenyum.

Obrolan mereka sempat terhenti karena suara kilat dan juga hujan deras yang menyusul setelahnya. Entah kenapa perasaan Ratna menjadi tidak enak, matanya memandang langit hitam yang terlihat dari tempat duduknya.

"Nyimas," panggil Sinta.

Ratna yang merasa panggilan itu untuknya segera menoleh.

"Kembalilah ke kamarmu, Turi ajak Dewi kembali," perintah dari Sinta langsung dayang itu laksanakan. Turi membantu dewinya agar tidak jatuh saat melangkah.

Beruntung Ratna pernah mengikuti pembelajaran ala-ala putri istana, sekarang ilmu itu berguna di sini. Dulu Ratna juga sering ikut mama dan papanya menghadiri undangan jamuan teman-teman bisnis kedua orang tuanya.

Ratna mengusap pundaknya yang terekspos, model baju jaman ini begitu sederhana. Meskipun sedikit risih Ratna tidak mempermasalahkan hal itu, dan juga mereka lebih banyak menggunakan bahasa sunda beruntungnya Ratna sedikit mengerti bahasa tersebut.

"Turi, aku boleh minta tolong untuk mengambilkan selendang atau selimut untukku?" 

"Sendika dewi," balas Turi yang meninggalkan Ratna di koridor.

Ratna berdiri dipinggiran pagar, tangannya mengadah air hujan. Tiba-tiba angin kembali berhembus membuat Ratna memejamkan mata, karena terasa dingin. Tetapi, Ratna langsung membuka matanya saat merasakan sebuah kain menutupi pundaknya.

Dengan cepat Ratna menoleh ke belakang, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Matanya kembali mencari dan hasilnya nihil.

"Turii?" panggil Ratna, namun tidak ada jawaban.

Ratna mengambil selendang putih yang tersampir menutupi kedua pundaknya. Halusnya kain saat tersentuh oleh tangannya membuat Ratna tau jika kain ini mahal. Meskipun hatinya masih bertanya-tanya siapa yang memberinya selendang tersebut, tidak membuat Ratna menganggur selendang itu. Dipakainya lagi oleh Ratna, tangannya kembali menjulur bermain dengan jatuhnya air hujan.

Hawa sejuk dan aroma hujan yang jarang dia hirup begitu terasa, senyum Ratna merekah hal kecil seperti ini saja sudah membuat dirinya senang. Ingin sekali Ratna turun ke bawah untuk bermain hujan, tapi mengingat hari yang mulai menggelap dan juga dingin Ratna mengurungkan niatnya. Ratna tidak mau jatuh sakit, apalagi belum menjelajahi lingkungan di sini.

Himbar BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang