Salapan

847 121 0
                                    

Perasaan aneh apa ini? Kedatangannya sama sekali tidak diundang, tapi rasanya begitu menyenangkan.

***

Ratna menyuruh Turi untuk memilih pernak-pernik juga, tapi Turi menolak. Bukan Ratna namanya jika tidak memaksa.

"Pakailah ini," ucap Ratna sembari memakaikan penjepit rambut pada Turi.

Turi hanya diam melihat dewinya tersenyum lebar, selama ini dirinya begitu jarang melihat senyum dewinya. Orang yang berada di depan Turi seperti berbeda.

"Turi?" panggilan dari dewinya membuat Turi terlonjak.

"Ampun dewi, saya melamun silahkan hukum hamba," ucap Turi sembari bersimpuh di hadapan Ratna.

Ratna yang melihat hal itu juga terkejut, padahal dirinya hanya memanggil nama dayangnya. Penduduk yang ada di sana memandang ke arah Ratna.

"Turi, bangunlah. Aku sama sekali tidak marah," ucap Ratna yang mencoba menarik tangan Turi agar bangun.

"Hukum hamba dewi, hamba sudah melalaikan tugas," ucap Turi yang masih saja bersimpuh.

Ratna yang ikut bersimpuh menggaruk tengkuknya, dirinya bingung harus bagaimana.

"Tu-"

"Bangunlah, apa kamu tidak melihat jika putri mahkota ikut bersimpuh?" ucap seseorang yang memotong ucapannya.

Ratna mendongak, namun sinar matahari membuat matanya silau. Ditambah lagi pakaian orang tersebut yang serba putih. Turi yang mendengar kalimat itu memandang ke depan, dan benar saja Ratna sedang bersimpuh. Dengan segera Turi membantu Ratna untuk berdiri. Turi menempuk pakaian Ratna agar tanah yang menempel hilang, sedangkan Ratna mengedarkan pandangannya mencari laki-laki tadi.

Hingga tidak sengaja telinga Ratna mendengar sebuah nyanyian dengan suara yang amat merdu. Ratna melihat segerombolan orang yang tampak menyaksikan sesuatu, karena rasa keponya akhirnya Ratna menghampiri kerumunan tersebut. Karena tingginya yang lumayan Ratna bisa melihat seseorang berbaju putih sedang bersila memunggungi arah pandangnya.

"Turi, kamu tahu dia siapa?" tanya Ratna pada Turi yang berada di sampingnya.

"Beliau mengajar agama islam, dewi."

Ratna kembali memandang laki-laki yang masih memunggunginya, suaranya begitu merdu pantas saja banyak sekali orang yang kumpul, apalagi gadis desa. Mengingat hal ini, Ratna jadi teringat pada Keza yang suka bernyanyi juga. Kira-kira apa kabar mereka? Ah, seharusnya hari ini dirinya mencari jalan keluar bukan malah bersenang-senang. Entah kemana sifat cueknya, bahkan Ratna merasa kepribadian tomboynya menghilang begitu menginjak ke jaman ini. Apa ini karena masa? Atau karena dirinya memiliki kasih sayang orang tua.

"Turi, bisa kamu tunggu di sini, aku ingin melihat-lihat dulu sebentar," ucap Ratna.

Turi sebenarnya ragu, apalagi ingatan dewinya yang masih kabur. Tapi, karena takut di hukum akhirnya Turi hanya mengangguk mengiyakan, sembari berpesan agar Ratna cepat kembali dan tidak terlalu jauh.

Ratna mencoba mencari jalan yang mirip seperti di masa depan, meskipun dirinya tidak yakin, setidaknya dirinya mencoba. Kini di pandangan Ratna adalah hutan, entah berapa menit dirinya berjalan menjauhi desa, yang pasti Turi mulai khawatir padanya. Ratna hanya bisa melirihkan kata maaf, karena dirinya ingin pulang.

Sementara di desa, Turi sudah mondar-mandir mencari putri mahkota. Bahkan sampai perkumpulan orang-orang sudah membubarkan diri Ratna masih juga belum kembali.
***

"Kang Mas, putri sedang melihatmu di belakang sana," ucap seseorang di sebelahnya.

Laki-laki yang diajak berbicara itu hanya tersenyum kecil dan melanjutkan sholawatannya. Dia tahu bahwa putri mahkota tengah menatapnya dengan rasa ingin tahu.

Beberapa menit kemudian, dia menyelesaikan sholawatnya, membuat perkumpulan orang-orang tadi bubar. Tidak segera pergi dari sana, dia mengajak ngobrol asik seperjuangannya.

"Kang Mas tidak ingin menemuinya?"

"Belum saatnya," balas laki-laki tersebut.

Tangannya menyesap minuman yang tersedia di depannya. Matanya yang menatap sekeliling tidak sengaja melihat Turi yang mondar-mandir. Dengan cepat dia mencari keberadaan putri mahkota dan benar saja tidak ada di sekitarnya.

"Kang Mas mau kemana?" tanya adiknya tersebut, laki-laki itu hanya terus berjalan menuju Turi. Melihat hal itu adiknya hanya mengangguk paham.

"Maaf, apa ada masalah nyai?" tanya laki-laki tersebut.

"Tu-tuan, saya mencari Dewi," ucap Turi sembari menunduk. Turi tahu siapa yang ada di depannya ini.

"Memang kemana Dewi pergi? Apa dia pamit padamu?"

"Dewi cuman bilang ingin berjalan-jalan disekitar sini, tapi sudah saya cari tetap tidak ada. Seharusnya tadi saya-"

"Tenanglah, biar saya bantu cari. Nyai kembalilah ke kerajaan, bilang jika Dewi bersamaku." Turi mengangguk, kakinya melangkah kembali ke istana meskipun hatinya masih khawatir dengan keberadaan Ratna.

"Ada apa Kang Mas? Ada masalah dengan putri?" tanya sang adik ketika dirinya kembali.

Laki-laki itu mengangguk seraya berkata, "ikut aku mencarinya."
***
Ratna terus memasuk ke dalam hutan, pasti ada jalan yang dirinya ingat. Rumput-rumput liar yang begitu tinggi membuat pandangan Ratna sulit untuk melihat jalan setapak. Bahkan telapak kakinya sedikit lecet karena ranting-ranting dan bebatuan.

"Apa di jaman ini tidak ada sendal atau sepatu? Kakiku perih," ucap Ratna.

Saat beristirahat di akar pohon tidak sengaja Ratna mendengar suara air. Dengan senyum yang merekah Ratna kembali melangkah mencari sumber suara tersebut. Tidak lama dari itu, benar saja di depannya kini ada sungai yang tampah luas.

Mata Ratna melihat sekitar, dirinya takut jika ada buaya. Lagi pula di jaman sekarang ini hewan buas masih banyak bukan. Mengingat hal itu Ratna meringis, kenapa pikiran seperti itu tidak terlintas di benaknya tadi. Beruntung saat perjalanan kemari dirinya tidak bertemu dengan Singa ataupun Harimau. Bagaimana jika itu terjadi, ah Ratna tidak mau membayangkan.

Tanpa sadar kaki Ratna sudah menyentuh pinggiran sungai. Airnya yang begitu jernih membuat Ratna bisa melihat begitu jelas dasar sungai.

Ratna membasuh kakinya guna menghilangkan bekas tanah dan juga membersihkan luka-luka sembari duduk di batu. Wajah Ratna meringis saat tangannya tidak sengaja menekan lukanya.

"Gila perih banget," lirih Ratna.

"Nek Ratna rindu," ucap Ratna sembari memandang luasnya sungai.

Setelah beberapa menit istirahat di sana, Ratna kembali berjalan menyusuri sungai. Ratna yakin air terjun yang dirinya kunjungi dengan teman-temannya adalah pintu masuknya ke jaman ini.

Kakinya menendang-nendang bebatuan yang ada di sana. Tiba-tiba saja beberapa orang bertopeng bermunculan mengelilingi Ratna. Ratna sendiri terkejut takut, karena mereka semua membawa senjata tajam.

"Ada apa ini," pikir Ratna yang masih siaga di tengah-tengah.

"Sepertinya nanti malam kita bisa berpesta, karena mendapatkan mangsa seorang putri," ucap salah satu dari mereka yang diselingi tawaan.

Ratna hanya menatap datar si pembicara, mengganggu saja pikir Ratna. Meskipun takut, Ratna tidak boleh menunjukkannya.

"Pengecut siapa lagi kalian?" tanya Ratna dengan nada santainya.

"Kenapa mata kalian melotot? Aku benar bukan? Laki-laki yang hanya menyerang wanita adalah pengecut."

Bersambung~

Ciee nunggu ya, maaf telat. Lagi ngebut naskah di sebelah. Boleh dong subs and review novel di nome.

Judul: The Shadow
Penulis: rahmadhany_

Ada 10 part aja yang aku simpen di sini, selebihnya aku bakal ngetik, huaaa semangatt untuk diri sendiri, pasti bisa. Aku sayang diriku dan kalian ✨

Jangan lupa bersyukur, hihihi✨💜

Himbar BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang