Bohong jika Ratna bisa beristirahat, nyatanya dia masih tetap terjaga karena memikirkan ucapan Kusumahdinata. Sebenarnya apa yang di maksud laki-laki itu? Kalimatnya seperti sajak saja membuat malas berpikir.
Dalam keheningan juga Ratna berpikir, apa dirinya coba saja untuk mengingat-ingat siapa Kusumahdinata? Selama di sini dia tidak berniat mengingat laki-laki itu, dia beranggapan memang tidak tahu.
"Melihatnya, seperti aku mengenal seseorang," lirih Ratna, dia membalikkan posisinya miring ke kiri, melihat meja rias yang jauh berbeda dengan miliknya di rumah. Untuk segi warna jelas di jaman modern lebih maju, tapi untuk segi bahan kayu Ratna rasa milik putri mahkotalah yang tahan lama.
Ratna tidak bisa menjelajah seenaknya, dia masih tau sopan santun. Barang di ruangan ini juga bukan miliknya, tapi kalau untuk mengingat Kusumahdinata pasti ada sesuatu yang putri itu simpan bukan?
Mendapatkan pemikiran yang seperti itu membuat Ratna bangun dan mulai mencari sesuatu apapun itu.
Dilihatnya laci meja rias yang terdapat beberapa aksesoris mahal, kenapa bisa mahal? Semua manusia tau jika barang kuno itu antik dan pasti mahal harganya, apalagi semua ini dari emas.
"Bisa di bawah pulang ke masa depan tidak ya?" gerutu Ratna. Namun, jika di pikir-pikir lagi lebih baik menghabiskan uang mama, papa dan kakaknya saja, tapi untuk oleh-oleh bagaimana?
Ratna terkikik karena pikiran konyolnya, yang benar saja dirinya akan menjadi maling. Karena tidak menemukan apapun Ratna beralih ke almari yang bisa di katakan besar. Di dalamnya pun Ratna masih menemukan kotak emas, sungguh jika mengambil satu kotak pun harta putri itu tidak akan habis.
"Apa putri itu tidak menyimpan barang apapun tentang Kusumahdinata? Gadis di jaman ini tidak bucin apa?" gumam Ratna sendiri.
Teman sekelasnya baik di sekolah lama atau baru kalau jatuh hati bisa bucin setengah mati, apalagi kalau putus, nangis-nangis seperti ada yang memukulinya. Apalagi jika ada drama perselingkuhan yang belum tentu benar, sudah pasti yang sok berkuasa akan melabrak, padahal nyali juga masih patungan. Tidak melihat siapa yang sebenarnya salah sang korban tetap saja menerima labrakan.
Lalu di jaman seperti ini apakah ada? Mungkin di ajak duel pedang, jaman modern mungkin dapat tamparan maka di jaman ini kalau darah tidak bercucuran tidak seru.
Mengingat kisah asmara Ratna jadi ingin tahu bagaimana Yuda, apa laki-laki itu gila dirinya menghilang? Ah, tapi siapa dirinya, bahkan Ratna tidak pernah membuka hati untuk Yuda. Lagi pula membuka hati pun sebuah kesalahan besar karena mereka berbeda iman.
"Bukannya aku dan Nata juga beda?" gumam Ratna sembari berjalan ke arah ranjangnya.
Netranya menatap lampu yang berukir indah, bentuknya seperti mangkuk. Bagaimana bisa arsitektur menempatkannya di kamar, jika jatuh apa tidak melayang nyawa makhluk hidup.
Mata Ratna menyipit melihat sesuatu yang timbul di lampu tersebut. Sepertinya ada barang yang di sembunyikan di atas sana, dengan cepat Ratna mencari kursi atau apapun yang bisa mengambil benda tersebut.
"Aish kenapa tidak ada benda tinggi di sini," ketus Ratna.
Mau tidak mau Ratna keluar dari kamarnya, saat membuka pintu dia tidak melihat adanya pengawal yang menjaga seperti biasanya.
Suasana yang tampak beda membuat Ratna merasa aneh, dia bimbang ingin terus mencari kursi atau kembali kamar. Karena hari yang sudah tengah malam membuat Ratna semakin merinding, sampai seseorang tiba-tiba membekapnya dan menariknya kembali ke dalam kamar.
Ratna memberontak, mencoba melepaskan bekapan tangan tersebut, pikirannya di penuhi dengan hal-hal yang buruk.
"Ini aku," ucap Kusumahdinata yang langsung melepas bekapannya.
"Bisa tidak kalau datang itu jangan tiba-tiba!"
"Sstt, diamlah." Ratna tidak peduli, dia berjalan ke arah ranjang dan menutupi dirinya dengan selimut.
"Hari sudah hampir pagi, percuma kamu tidur, memang mau kesiangan?"
"Aku tidak peduli, kamu sudah bilang untuk mengembalikanku pulang, mau ke sana siang atau pagi. Jangan bicara denganku," ucap Ratna.
Kusumahdinata menggeleng kecil, raut wajahnya kembali serius sembari memandang pintu kamar Ratna. Sikapnya yang lancang ini bisa saja di jatuhi hukuman, tapi percayalah dia punya alasan.
Melihat Ratna yang terlelap Kusumahdinata berjalan menuju jendela, siapkah gadis itu melihat kebenarannya nanti. Di satu sisi dia begitu sedih dan juga bahagia, kenapa? Karena jalan satu-satunya agar Ratna mengingat dirinya adalah dengan mengirim kembali Ratna.
Kusumahdinata masih belum berniat pergi dari kamar Ratna, laki-laki itu memilih untuk menemani sang gadis dengan melanjutkan hafalan-hafalannya. Agama Ratna dia pasrahkan kepada gadis itu, tidak ada pemaksaan sama sekali di hatinya. Kusumahdinata tau larangannya apa, hanya saja dia yakinkan kepada ingatan Ratna.
Menjelang waktu subuh Kusumahdinata pergi dari sana, jangan di pikir jika dirinya selalu berdua dengan Ratna. Kusumahdinata akan mengajak sang adik dan menyuruhnya untuk mengawasi perilakunya terhadap Ratna, dia tidak ingin menimbulkan fitnah.
"Kang mas yakin memperlihatkan kejadian tersebut kepada putri?" tanya sang adik. Keduanya berjalan menuju rumah.
"Biarkan nyimas tau, itu hak dia."
Sang adik terdiam, dia tahu bagaimana perasaan sang kakak. Ini semua bukanlah sebuah perjodohan belaka, tapi Kusumahdinata benar-benar melamar Ratna. Tidak ingatnya Ratna terhadap Kusumahdinata membuat laki-laki memilih jalur muda dengan mengatakan perjodohan.
Tidak ingin memikirkan gadis yang belum menjadi miliknya seutuhnya, Kusumahdinata segera mengambil wudhu.
Di pisahkan oleh sang pencipta dengan bandrol agama, tantangannya luar biasa bukan?
***Turi dengan terpaksa membangunkan Ratna, Raja dan Ratu sudah menunggu Putri mereka di meja makan, sedangkan sang empu masih terlelap.
Setelah susah payah, Turi menyuruh para dayang segera menyiapkan Ratna.
"Kita mau kemana?" tanya Ratna yang masih mengantuk.
"Nyai, Raja dan Ratu sudah menunggu untuk sarapan. Beberapa hari Nyai tidak ikut sarapan, jadi hamba di utus untuk mengajak Nyai sarapan kali ini," jelas Turi.
Ratna hanya mengangguk, setelah selesai mereka semua mengawal Ratna menuju ruang makan. Terlihat raja dan ratu yang tengah tersenyum ke arah Ratna membuatnya membalas senyuman tersebut.
Moodnya hari ini bagus karena dirinya akan pulang, sudah lama dia menunggu.
"Kusumahdinata bilang jika akan mengajak kamu jalan-jalan hari ini nyimas, benar?" tanya ratu saat sarapan telah usai.
Otak Ratna berpikir sejak kapan laki-laki itu meminta ijin, setiap Ratna kabur atau melakukan kenakalan laki-laki itu seperti sudah tau saja.
"Iya Ibunda," ucap Ratna.
"Hati-hati, meskipun ayahanda tau jika Kusumahdinata bisa melindungimu, kamu juga harus bisa melindungi dirimu sendiri. Bagaimanapun Kusumahdinata, dia tetap laki-laki," pesan raja untuk putrinya.
Ratna tersenyum dan mengangguk, mungkin dia akan merindukan perhatian seperti ini, perhatian yang sudah tidak Ratna dapatkan lagi.
.
Ollaa aku mau ngasih info kalau aku sudah mulai kerja, Alhamdulillah akhirnya dapet kerja.Untuk cerita masih aku usahain up ya, aku gak mau ngecewain kalian.
Sayang banget sama kalian ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Himbar Buana
Ficción históricaBisikan yang selalu dia dengar terpampang jelas di matanya hari ini. Dia tidak boleh mati dan tidak akan mati. Ratna terus-menerus mencari jalan keluar, agar bisa menemui sang nenek kembali. Berharap setelah menyelesaikan cerita dirinya bisa kembali...