21• TAKDIR

5.4K 890 693
                                    

Happy reading guys!

Play mulmed di atas!

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian semua! ❤

***

"Aku tengah terpuruk, hidup dalam kenangan. Di dalam kenanganku. Ini adalah takdir kita, takdir, seperti sebuah takdir. Kau telah menghancurkanku dengan begitu dinginnya." —Ailee, breaking down.

21. TAKDIR

"Jadi gimana lo sama Scarlett, udah baikan?" tanya Oberon sembari mengaduk es jeruknya. Mereka tengah bolos dan berkumpul di meja pojok kantin.

Jendral yang sedang memainkan gitarnya dengan tatapan kosong itu menggeleng. "Aneh. Sikapnya dia jadi beda." katanya.

"Beda gimana maksud lo?" tanya Gamma.

"Cewek lo kan manusia yakali poweranger. Ada lo yang aneh tiba-tiba aja teriak kaya gitu di depan Scarlett." kata Gerhana.

"Setuju tuh gue justru beberapa hari ini gue perhatiin malah sikap lo makin gak terkendali tiap lihat Scarlett sama Erik." tambah Gamma. Membuat Jendral tersentak.

"Jujur aja Ral lo udah mulai naruh rasa sama Scarlett kan?" tanya Gerhana penasaran.

"Ngomong apa sih lo? Mana mungkin." elaknya. Sorot matanya terlihat menyedihkan.

"Gausah takut gitu emang kalau lo beneran udah ada rasa, salah? Nggak kan?" ujar Lintang bersedekap dada.

"Hah.. cowok kaya gue mana bisa punya keterikatan emosional sama lawan jenis? Kalian kan tahu sendiri kondisi gue." jawabnya.

"Ya apa salahnya kalau di coba lagi kalau lo gak bisa punya rasa kenapa lo waktu di atas rooftop se-emosi itu waktu Erik di bela Scarlett? Bukannya itu artinya lo cemburu ya?" tanya Gerhana terus terang.

"Erik, Erik itu meresahkan banget njir! Suruh cari princess Ariel kek gitu biar harmonis hidupnya gak bebanin orang banyak." ujar Oberon. Membuat yang lain tergelak.

"Itu film Disney, bego." ujar Gerhana.

"Dari pada itu yang bikin gue terkejut malah sikapnya Scarlett yang dari awal terang-terangan ngebela Erik dibanding Jendral." ujar Gamma sambil mengetuk jarinya di dagu. "Aneh banget gak sih? Scarlett juga jadi sering ngehindar dari Jendral."

"Kayanya Erik udah ngomong yang nggak-nggak sama Scarlett." ucap Jendral bertompang dagu. Membuat mereka menoleh.

"Hah?! Ngomong apa dia?!" tanya Oberon.

"Gue juga gak tahu. Tapi kalau dugaan gue benar pasti cowok itu udah kasih tahu Scarlett alasan gue yang nembak dia tiba-tiba."

"Lho?! Emangnya kenapa?! Kan lo juga lumayan suka sama Scarlett waktu itu." kata Gamma.

"Gak. Awalnya gue jadian sama dia cuman buat main-main doang. Maaf tapi gue jujur gue emang brengsek." balas Jendral berhasil membuat mereka menatapnya tajam, kecuali Gerhana yang sudah tahu.

"Lo.. bajingan sialan!" desis Oberon. Cowok itu sudah menganggap Scarlett seperti adiknya. Ia benci sekali mendengarnya, apalagi Jendral yang melakukannya.

Mereka semua tidak ada yang bisa menyembunyikan kemarahan mereka. Semua terlihat kecewa dan Jendral mengerti itu. Sejak awal dirinya memang salah. Bukan maksudnya untuk bersikap seperti pecundang begitu. Ia hanya tak mau orang lain menatapnya kasihan. Karena usai ibunya meninggal ia jadi tidak bisa memiliki keterikatan emosional dengan siapapun. Baik berteman maupun romantis.

JENDRAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang