3. Iri Bilang Bos!

407 76 10
                                    

Seorang gadis dengan rambut sepinggang yang tergerai indah terlihat berdiri ditengah lapangan. Tidak biasa, karena hari ini dialah yang menjadi pusat perhatian.

Aylin Azalea, gadis itu nampak mengedarkan matanya menatap sekeliling. Tepatnya kepada para murid yang berseru heboh menggoda. Tidak hanya dilapangan, Aylin bahkan dapat melihat balkon lantai dua dan tiga yang juga penuh dengan para murid. Lalu pandangannya turun, pada beberapa lembar kertas karton yang tepat berada didepan sepatunya.

"Apaan tuh? Anjirr! Si Aylin mau ditembak?"

Pertanyaan yang entah berasal dari mana itu sama sekali tidak mendapat jawaban. Semuanya memandang Aylin dengan penasaran.

Sampai akhirnya..

Jrengg..

Seorang laki-laki tampan terlihat berjalan kearahnya dengan sebuah gitar, membelah kerumunan murid yang semakin heboh ditempat.

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta
Karena rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya (hu)

Laki-laki itu terus berjalan kearah Aylin. Dengan senyuman manis yang tidak pernah luntur, petikan gitar, dan suara yang sangat merdu.

Siapapun yang melihatnya, pasti akan jatuh cinta. Terbukti dari banyaknya kaum hawa yang mendadak salbrut, alias salting brutal. Kalau tidak malu, mungkin mereka sudah salto tujuh hari tujuh malam.

Sedangkan Aylin masih terdiam ditempatnya.

Mengapa aku begini?
Hilang berani dekat denganmu
Ingin 'ku memilikimu
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?

Laki-laki itu berhenti tepat disamping Aylin. Saling menatap sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan bait lagunya.


Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa
Sampai aku mampu
Ucap maukah denganku

Petikan gitar terakhir, langsung disambut dengan riuhnya tepuk tangan yang terdengar dari segala sisi.

Aylin hanya diam melihat wajah laki-laki itu yang kian memerah, bahkan menjalar hingga ketelinga. Siapapun yang melihat, pasti akan langsung menyadari bahwa laki-laki itu tengah gugup setengah mati.

Sejenak, laki-laki itu berjalan menghampiri dua temannya yang ternyata berdiri dibelakang Aylin sejak tadi. Gitar itu diambil alih oleh salah satu temannya, diganti dengan sebuah buket mawar merah yang nampak indah.

Kemudian dia kembali berdiri dengan gagah disamping Aylin.

Masih dalam diam, Aylin pun kembali menatap lurus. Melihat kerumuman murid seolah pemandangan itu lebih menarik.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Sampai akhirnya,

Ctakk!

Sebuah sentilan maut didahi sukses membuat Aylin mengaduh kesakitan.

Aylin mendelik pada laki-laki disampingnya itu.

"Sakit anjing!"

"Si bego malah bengong! Itu kartonnya buruan, dek!" Umpat laki-laki itu sambil berbisik.

"Yaudah iya, ah! Sabar!" Sewot Aylin seraya mengambil beberapa lembar kertas karton yang sudah disusun dihadapannya.

Tidak lama kemudian, si cantik Flara muncul dari kerumunan. Diiringi oleh beberapa teman laki-laki itu yang memang diberi tugas membawa Flara ke tengah lapangan.

ME WHEN? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang