"Lin, tau nggak?" Asti baru saja kembali dengan sepiring somay dan es jeruk yang baru di pesan, bergerak duduk di depan Aylin yang sedang menikmati pop ice coklat berukuran sedang.
"Kagak,"
Asti cemberut. "Aku belum bilang,"
"Apaan emang?"
"Hari ini katanya ada anak baru loh di kelas 12," Ucap Asti, memberikan informasi yang baru saja ia dengar tadi saat membeli somay.
Aylin mengangkat satu alisnya, menatap Asti dengan pandangan bertanya. "Terus?"
"Katanya murid barunya itu cewek, cantik banget lagi katanya, Lin."
"Oh," Balas Aylin sekenanya.
Melihat Aylin yang kelewat acuh, Asti merasa heran. Bukan apa-apa, hanya saja yang Asti tau Aylin itu merupakan pribadi yang mempunyai tingkat kekepoan tinggi. Apalagi jika menyangkut gosip-gosip panas di sekolah. Tapi kali ini, responnya benar-benar di luar dugaan.
"Kok, oh, doang?" Tanya Asti.
Aylin mendengus. "Ya terus, gue harus ngapain? Lari ke masjid, ngambil toa terus ngumumin ke seluruh penjuru sekolah kalo ada anak baru yang cantik aduhai banget gitu? Terus memberikan informasi yang amat sangat penting ini ke RT dan warga-warga sekitar?" Cerocos Aylin berapi-api. Bahkan sampai setitik air liur muncrat dengan indah ke wajah Asti.
Asti meringis sambil mengusap pipi. "Enggak, sih. Tapi aku kira kamu bakal penasaran."
"Enggak sama sekali." Ucap Aylin yakin.
Ya, Aylin memang tidak penasaran. Tidak, lebih tepatnya Aylin tidak mau ambil peduli. Masa bodoh dengan narasi 'cantik sekali' itu. Paling, sifatnya tidak jauh berbeda dengan Flara. Apa bagusnya cantik di luar tapi busuk di dalam, pikirnya.
Aylin tau kalau tidak semua orang cantik itu memiliki sifat tidak baik, hanya saja masalahnya dengan Flara membuatnya berpikir demikian.
"Buat apa cantik kalo sifatnya busuk kayak si F-word." Ketus Aylin. Bahkan menyebut nama Flara saja rasanya enggan.
"Enggak semua orang cantik sifatnya kayak dia, Lin." Dengan lembut, Asti memberi pengertian.
"Halahhh," Aylin terkekeh sinis.
"Aku serius tau,"
"Mana buktinya?"
"Kamu." Asti menunjuk Aylin.
"Ta—hah?" Aylin melongo mendengarnya. "Gue?" Aylin menunjuk dirinya sendiri dengan pandangan tidak percaya. Sebelum akhirnya tertawa geli menganggap ucapan Asti sebagai candaan belaka.
"Bercanda lo, ya???" Tanya Aylin masih tertawa.
Sedangkan Asti masih memandang Aylin dengan wajah kalemnya. "Orang aku serius." Ujar Asti sungguh-sungguh. "Kamu itu cantik tau, Lin. Cuma nggak sadar aja karena orang-orang di sekitar kamu selalu ngebandingin sama Flara. Aslinya mereka itu sebenernya mengakui kalo kamu cantik, cuma mereka iri."
"Ah, elooo!" Tawa geli Aylin berubah menjadi senyum salah tingkah. Wajahnya memerah, memukul-mukul tangan Asti yang baru saja ingin menyuapkan satu somay besar ke dalan mulut hingga somay itu menggelinding jatuh ke lantai.
"Eh, itu anak barunya, ya?"
"Gilakk beneran cantik banget ternyata, njir!"
"Bidadari jatuh dari surga kata gue teh!"
"Inimah bakal jadi saingannya Flara nggak, sih?"
"Kelas berapa sih dia?"
"Kelas 12,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ME WHEN?
Teen FictionKetika dunia hanya milik si cantik. Memiliki teman cantik dan populer mungkin merupakan impian sebagian besar pelajar. Dimana setiap berjalan, maka seluruh mata akan memandang. Selain itu, teman pun akan berdatangan dengan sendirinya. Ya, bahasa kas...