Mata legam Vian tidak berhenti memperhatikan seorang gadis yang tengah berdiri di depan gerbang sekolah. Gadis dengan rambut panjang yang tergerai itu nampak sedang bahagia. Terbukti dari bibir merah mudanya yang sesekali menyunggingkan senyum.
Vian menyandarkan tubuh pada pohon di belakangnya sambil bersedekap dada. Berdiri di seberang sekolah menunggu Ojil mengambil ponselnya yang tertinggal di dalam kelas.
Bel pulang sekolah yang baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu membuat gerbang sekolah menjadi ramai dengan para murid yang berlalu lalang.
"Kak Vian, pulang duluan ya!" Tegur seorang siswi yang baru saja menyebrang jalan sambil mengendarai motor maticnya.
Vian sedikit tersentak mendengarnya. Memperhatikan siswi itu sejenak dengan pandangan bingung sebelum akhirnya tersenyum sambil mengangguk. Siswi itu pun berlalu dengan senang.
Dia siapa, dah?
Mengedikkan bahunya acuh, Vian kembali mengalihkan pandangannya pada sosok Aylin. Gadis yang sejak tadi ia perhatikan.
Aylin masih di sana. Berdiri dengan mata menyipit karena terik matahari sambil sesekali kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Seperti sedang mencari seseorang.
"Dia nyari Flara? Tapi bukannya si Flara udah pulang sama cowoknya, ya?" Gumam Vian.
Sampai akhirnya sebuah motor tampak berhenti di depan Aylin.
"Oh, nunggu cowoknya ternyata." Gumam Vian.
Vian berdecih melihat Aylin yang langsung tersenyum cerah pada laki-laki berkaus hitam yang masih duduk di atas motornya tersebut.
"Cih! Sok imut." Ketus Vian. Kemudian memilih membuang pandangan ke arah lain. Malas melihat dua sejoli yang nampak sangat kasmaran itu.
"Nih si Ojil mana lagi tai! Lama banget gak tau apa di sini panas!" Dumel Vian seraya melonggarkan dasinya dengan kesal.
"YAN!" Panggil Ojil sambil melajukan motor menyebrangi jalan. Menghampiri Vian yang wajahnya sudah memerah karena emosi.
"Hp gue udah ketemu, hehe." Ojil menggoyangkan ponsel hitamnya sambil menyengir lebar.
Cengiran Ojil, entah kenapa malah membuat Vian semakin naik pitam.
"Haha hehe haha hehe! Gak usah ketawa lo jelek!" Sewot Vian seraya bergerak naik menduduki jok belakang.
"Marah-marah mulu lo, Yan. Lagi dapet?" Canda Ojil sambil memakai helm yang sejak tadi ia gantung di sikunya. Sejenak Ojil mengedarkan mata, lalu berhenti ketika mendapati Aylin tengah bersama seorang laki-laki.
Ojil langsung melotot melihatnya. Cowok itupun langsung heboh memukul lutut Vian berkali-kali. Seolah baru saja menemukan momen langka yang mengejutkan dan tidak ingin Vian melewatkan momen tersebut.
"Yan, Yan! Liat tuh si Aylin sama cowok!!" Seru Ojil. Kemudian tertawa melihat Aylin yang nampak tersipu malu. Tanpa menyadari bahwa orang dibelakangnya sudah menatapnya dengan tajam. Seperti singa yang siap menerkam mangsa.
"Gilaaa! Ganteng ya Yan pacarnya si Aylin," Ujar Ojil. Seperti tidak ada beban.
Wajar, sih. Ojil memang belum sempat diberitahu oleh Gerald kalau Vian menyukai Aylin. Oleh karena itu, sepundung apapun Vian mendengar ocehan Ojil, cowok itu hanya bisa bersabar sebisa mungkin.
"Pasti si Aylin bucin, tuh. Biasanya kalau ceweknya bucin hubungannya bakal langgeng. Sukur-sukur sampe pelamin--"
PLAK!
Ojil meringis begitu Vian memukul belakang helmnya dengan tidak berperasaan.
"Lo kenapa si anjing?!" Sewot Ojil. Merasa kesal melihat tingkah Vian yang mendadak seperti perempuan datang bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME WHEN?
Fiksi RemajaKetika dunia hanya milik si cantik. Memiliki teman cantik dan populer mungkin merupakan impian sebagian besar pelajar. Dimana setiap berjalan, maka seluruh mata akan memandang. Selain itu, teman pun akan berdatangan dengan sendirinya. Ya, bahasa kas...