Jam pelajaran ketiga sudah usai. Saat ini para murid XI IPS 1 baru saja keluar dari ruang komputer setelah melaksanakan praktek.
"Ck! Males banget dah abis ini pelajaran Bu Mega," Keluh Flara serasa mengambil sepatunya. Kemudian berjalan menghampiri Aylin yang tengah duduk di lantai sambil mengikat tali sepatu.
"Kata gue mending kita cabut aja, Lin."
"Cabut mulu kapan pinternya lo," Balas Aylin tanpa menoleh. Cewek itu masih sibuk memakai sepatu convers berwarna hitamnya.
"Bahasa lo kayak orang bener aja," Cibir Flara.
Aylin tidak menyahut kembali. Setelah dirasa ikatan sepatunya sudah rapih, cewek itupun berdiri. Sejenak Aylin melihat teman-temannya yang mulai berjalan meninggalkan ruang komputer menuju kelas. Membuat suasana berangsur-angsur menjadi sepi.
"Gece! Keburu bu Mega datang!" Gemas Aylin melihat pergerakkan Flara yang agak lelet.
"Ya sabar njir! Lagian masih ada Putri noh, tenang aja."
"Ah elah," Aylin mendengus, kesal.
Bukan apa-apa, Aylin hanya takut bu guru galak itu lebih dulu tiba di kelas. Kalau itu terjadi, maka Aylin harus merelakan kedua telinganya panas mendengar omelan maut wanita paruh baya tersebut. Syukur-syukur kalau tidak diberi hukuman.
GUBRAKK!
Suara pintu yang terbuka keras dari ruang kelas di ujung lorong sukses membuat Aylin terlonjak kaget. Serempak Aylin dan Flara menoleh pada asal suara tersebut.
Sampai akhirnya, keluarlah segerombol cowok yang sepertinya kelas 12 kalau melihat dari angka romawi disamping legan seragamnya.
"EH CEWEK YANG PAKE BANDO KUNING, TEMEN GUE ADA YANG SUKA NIH!"
"NAMANYA DINO!"
"EH, NGGAK! FITNAH ITU FITNAH!"
"HALAHH TADI LU NANYAIN YAA!"
"BOLEH MINTA NOMORNYA NGGAK DEK?"
Mendengarnya membuat Aylin mendengus. Rasanya sudah bosan menyaksikan hal seperti ini. Hampir setiap hari. Bahkan Aylin sudah menganggapnya sebagai 'normal day in my life'.
Sedangkan Flara aka 'cewek bando kuning' yang dimaksud hanya tertawa salting.
"Ciee Flara disukain sama Kak Dino," Putri yang sejak memperhatikan mulai mengeluarkan suara.
"Apasih Put, bercanda aja kali mereka." Sangkal Flara. Namun wajahnya malah terlihat memerah. Bibirnya pun tidak berhenti tersenyum malu.
"Ganteng loh Kak Dino. Gue aja pernah naksir pas kelas 10. Eh ternyata seleranya yang cantik kaya lo ya, mundur deh gue mundur,"
"Gak lah, Put. Udah ah ayo ke kelas," Flara menggandeng tangan Putri. Keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang komputer tanpa menghiraukan segerombol kakak kelas yang masih terdengar heboh, dan juga Aylin yang sudah menunggunya sedari tadi.
Kan. Emang monyet anaknya. Batin Aylin.
Baru saja beberapa langkah Aylin bergerak menyusul, rambutnya ditarik oleh seseorang. Tidak terlalu keras, namun cukup membuat Aylin terkejut dan sedikit mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME WHEN?
Roman pour AdolescentsKetika dunia hanya milik si cantik. Memiliki teman cantik dan populer mungkin merupakan impian sebagian besar pelajar. Dimana setiap berjalan, maka seluruh mata akan memandang. Selain itu, teman pun akan berdatangan dengan sendirinya. Ya, bahasa kas...