Tidak ada hal yang lebih menyebalkan dari pada Apel Pramuka di siang bolong. Saat dimana matahari serasa berada sejengkal di atas kepala. Panasnya benar-benar menusuk kulit hingga lapisan terdalam.
Vian tidak heran lagi kalau mendengar suara keluhan dari berbagai sisi. Selain anak pramuka, sepertinya tidak ada yang menyukai kegiatan ini.
"Eh Yan, Yan! Lo diliatin anak kelas sepuluh, tuh." Ojil menepuk bahu Vian yang berbaris di depannya. Membuat Vian menoleh dan mengikuti arah pandang Ojil.
Terlihat satu orang siswi yang nampak panik dan membuang pandangan ke arah lain. Sedangkan teman-temannya justru langsung heboh menggoda.
Mendengus geli, Vian mengedikkan bahunya acuh. Kemudian kembali meluruskan pandangannya.
Melihat Vian yang terkesan tidak peduli, tangannya reflek bergerak menoyor belakang kepala Vian.
"Dih, gak usah sok ganteng lo. Sebel banget gue liatnya."
"Apaan sih, nyet!" Sewot Vian.
"Lo diliatin cewek cakep malah diem aja."
Vian memutar bola matanya malas."Ya terus lo maunya gue gimana? Lo mau gue kayang? Atau lo mau gue terjun dari helikopter sambil berkumandang konsonan langit macem Vicky Prasetyo?" Cetus Vian.
Mendengarnya, Ojil tertawa. "Yang kedua kayaknya seru, tuh."
"Babik!"
"Ada apenih ada apa?? Kok gue gak diajak? Sombong amat." Gerald yang baru saja kembali setelah berbincang singkat dengan murid kelas sebelah langsung menyelak di tengah barisan Vian dan Ojil.
"Itu temen lo masa sok ganteng banget, Rald. Diliatin adek kelas cakep cuma diem doang." Ujar Ojil.
Mendengarnya, Gerald tersenyum miring. Menatap Vian dengan mata menyipit.
Mengetahui maksud tatapan Gerald, Vian hanya mendelik.
"Ohhh pantess lah, Jil. Orang dia mah sukanya sama--"
Bugh!
"Awh!" Gerald meringis memegangi perutnya yang terasa ngilu karena disikut Vian.
"Cepu mati lo." Ancam Vian sambil melotot.
Gerald meringis, lalu terkekeh sambil mengacungkan dua jari nya membentuk peace. Sedangkan Ojil malah semakin penasaran melihat reaksi Vian yang tidak biasa.
"Apaan, Rald? Sama siapa? Vian suka sama siapa? Bisikinn gue cepett!" Ojil kepo maksimal. Dia bahkan sampai merangkul kuat pundak Gerald dan mendekatkan telinganya pada cowok itu. Memaksa Gerald untuk memberitahunya.
Merasa risih, Gerald mencengkram wajah Ojil dan menjauhkannya. "Nanti aja gue kasih tau kalo gak ada orangnya." Ujar Gerald pelan. Melirik Vian yang sudah kembali berdiri membelakanginya.
Ojil pun tersenyum senang sambil mengangguk.
Sepuluh menit berlalu, namun Upacara Apel belum juga dimulai. Beberapa anggora pramuka bahkan masih sibuk mengatur barisan.
Vian mengedarkan pandangannya, mencari sosok perempuan mungil yang belum ia lihat sejak tadi pagi.
Ah, lebih tepatnya Vian menghindari tempat-tempat yang sekiranya bisa memungkinkan dirinya bertemu dengan Aylin.
Ya, ini semua karena keputusannya semalam. Belum lagi balasan Aylin yang terkesan sangat nanggung. Cewek itu benar-benar membuat Vian overthinking semalaman. Bahkan sampai saat ini.
Vian lo ternyata...
Ternyata apa coba?
Apa susahnya sih ngetik yang tuntas gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME WHEN?
Teen FictionKetika dunia hanya milik si cantik. Memiliki teman cantik dan populer mungkin merupakan impian sebagian besar pelajar. Dimana setiap berjalan, maka seluruh mata akan memandang. Selain itu, teman pun akan berdatangan dengan sendirinya. Ya, bahasa kas...