26. Berubah.

274 43 13
                                    

Aylin

Viann

Udah sampe rumah belom?

Vian

Udah

Aylin

Alhamdulillahhh

Btw, makasih yaa martabaknya

Untuk ke sekian kali, Aylin membuka roomchatnya bersama Vian. Berharap ada balasan pesan dari cowok itu yang sudah ia tunggu-tunggu sejak semalam.

Namun sampai pagi ini, Vian tidak kunjung membalasnya. Padahal tanda ceklis dua itu sudah berubah warna menjadi biru. Pertanda kalau cowok itu sudah membaca pesannya.

Tidak biasanya Vian seperti ini. Biasanya Vian tidak pernah membiarkan Aylin menjadi orang terakhir yang mengirim pesan. Bahkan di saat pesan Aylin tidak membutuhkan balasan lagi.

Apa percakapan semalam benar-benar membuat Vian semarah itu?

Tapi, kenapa?

Semalaman Aylin terus memikirkan hal itu hingga susah tidur. Tapi sampai pagi ini, dia masih belum menemukan jawabannya.

"Lin, hari ini kamu sekolah naik transportasi umum aja, ya?" Aylin yang baru saja menginjakkan kaki di lantai dasar, langsung menoleh pada sang mama yang tengah menyantap sepiring nasi goreng sendirian. Menandakan Randy--papahnya-- sudah berangkat ke kantor.

"Lohhh, emang kenapa?" Tanya Aylin dengan dahi mengernyit. Ada nada tidak terima dari pertanyaannya.

"Motornya dipinjam sama sepupu kamu."

Mendengarnya, Aylin melotot. "Ihhh, kok nggak bilang-bilang, sih. Tau gitu kan aku bangunnya pagi-pagi supaya nggak kena macet." Melirik ke arah jam dinding, Aylin langsung tercengang.

Pukul 06.30 Wib.

Itu artinya, Aylin hanya mempunyai waktu 30 menit untuk berangkat ke sekolah sebelum terlambat.

Masalahnya adalah, perjalanan ke sekolah itu cukup jauh dan cukup padat dengan kendaraan. Kalau naik motor, Aylin bisa menyalip sana-sini. Itupun Aylin akan sampai di sekolah mepet dengan bel masuk berbunyi. Tapi naik angkutan umum? Mati saja dia!

"Mama mau bilang tapi lupa," Sang mama hanya menyengir tanpa dosa.

Aylin mendelik kesal melihatnya. Mau marah, tapi Aylin masih ingat wanita paruh baya itu adalah orang yang melahirkannya ke dunia. Jadi walaupun sulit, Aylin memilih untuk tetap bersabar. Lagi pula, dia takut kualat di jalan jika bertengkar dengan orangtua.

"Yaudah kalo gitu aku langsung berangkat aja. Assalamualaimum!" Aylin bergerak cepat menghampiri sang mama. Mencium tangannya, kemudian berlari kecil menuju pintu.

"Nggak makan dulu, Lin?"

"Nggak sempet, mah. Keburu telat aku," Tanpa menunggu jawaban mamanya lagi, tangannya langsung bergerak membuka pintu.

Sudah sepuluh menit Aylin berdiri di depan gapura perumahannya. Menunggu ada angkutan umum yang melewati sekolahnya datang. Namun, nihil. Aylin benar-benar tidak menemukan satu pun angkutan umum yang lewat.

ME WHEN? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang