23. Baik-baik saja.

332 57 17
                                    

Flara pikir, Aylin tidak benar-benar serius mengakhiri hubungan persahabatan mereka. Flara pikir, Aylin hanya sedang emosi, dan ketika emosi itu reda, Aylin akan kembali seperti semula. Flara pikir, Aylin hanya butuh waktu sendiri.

Namun setelah beberapa saat berlalu, Aylin masih saja sama. Bersikap seolah Flara adalah orang asing.

Seperti sekarang ini.

Flara yang baru saja turun dari motor Hendery, tidak sengaja bertemu pandang dengan Aylin yang hendak memasuki gerbang. Dengan perasaan ragu, Flara melemparkan senyum pada cewek itu. Namun, Aylin malah membuang muka. Kemudian berjalan melewatinya begitu saja.

Sampai akhirnya Asti datang dari arah lain. Menghampiri Aylin yang langsung disambut dengan senyuman cerah dan rangkulan oleh cewek itu.

Iris matanya menyendu, memperhatikan punggung mungil Aylin yang semakin menjauh. Dan melihat bagaimana raut wajah Aylin yang mulai bersemangat menceritakan sesuatu.

Sudah satu minggu, tapi sepertinya Aylin baik-baik saja tanpa kehadirannya.

"Nggak usah sedih, temen kamu masih banyak bukan cuma dia doang." Hendery  yang sejak tadi memperhatikan Flara mulai membuka suara.

"Iya... Temen aku banyak," Flara tersenyum paksa.

Tapi nggak ada yang kayak Aylin. Batinnya melanjutkan.

"Kamu itu cuma belum terbiasa aja tanpa dia," Ucap Hendery sambil melepas kaitan helm putih yang dikenakan oleh Flara. Ya, helm yang dulu sering Aylin pakai saat keduanya masih dekat.

"Emangnya.. Nanti bakal terbiasa, ya?" Tanya Flara ragu.

Hendery mengangguk. Lalu menepuk puncak kepala Flara dua kali. "Kenapa harus mikirin dia sih? Sama aku aja emang gak cukup bikin kamu bahagia?"

"Bukan gitu," Elak Flara.

"Terus, kamu nyesel pacaran sama aku? Karena pacaran sama aku bikin Aylin jadi menjauh?"

"Engga, by. Kok kamu jadi ngomong gitu sih?" Flara mengernyit tidak suka.

Hendery terkekeh pelan. "Kali aja kan,"

"Enggak. Aku nggak nyesel pacaran sama kamu. Aku bahagia kok sama kamu,"

"Yaudah, bagus kalau gitu." Ucap Hendery. Tangannya bergerak menghidupkan mesin motor. "Masuk, gih. Sekolah yang bener, jangan genit-genit sama cowok lain. Aku berangkat ke kampus,"

Mengangguk pelan, Flara tersenyum tipis sambil melambaikan satu tangannya pada Hendery. "Hati-hati di jalan, yaaa!"

Hendery hanya tersenyum menjawabnya, sebelum akhirnya pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

Tepat saat Hendery pergi, senyum Flara luntur seketika. Nyatanya, Flara tidak baik-baik saja dengan semuanya.

Awalnya, Flara pikir kehadiran Hendery mampu mengobati hatinya yang patah. Awalnya Flara pikir semuanya akan berjalan dengan lancar dan bahagia. Awalnya Flara pikir Aylin akan bersikap seperti biasanya, tetap memafkannya walaupun akan mengumpat padanya terlebih dahulu. Namun dugaannya ternyata salah.

Flara bahagia bersama Hendery, namun hatinya malah merasa kosong.

Ternyata benar ya, seseorang baru akan menyadari betapa pentingnya sesuatu ketika sudah kehilangan.

Sekarang Flara sadar, ternyata Aylin memang sepenting itu.

Tapi Aylin sudah pergi.

****

Hujan deras mengguyur ibu kota sejak satu jam yang lalu. Hal yang membuat Aylin bersama anggota paduan suara yang lain masih tertahan di dalam kelas. Tidak bisa pulang. Padahal latihan sudah usai sejak setengah jam yang lalu.

ME WHEN? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang