****Malam yang dingin, bulan dan bintang seakan mengajak ku berbicara satu sama lain. Taman yang sepi selalu membuat ku nyaman.
Aku tidak langsung pulang ke rumah setelah bekerja, ku sempatkan singgah di taman ini untuk membuang lelah. Baiklah, ini sudah malam, aku harus pulang dan menyatukan energi ku lagi untuk sekolah dan bekerja besok.
Aku tinggal sendiri. Ibu dan ayah ku masih di luar kota karena usaha mereka bangkrut dan tidak bisa kembali ke sini. Aku harus kerja dan mandiri, aku tidak bisa terus-menerus membebani kedua orang tua ku. Kata beliau mereka akan pulang ketika usaha yang akan mereka bangun ini sukses dan berjaya kembali.
****
"Nang, Oooo Rengginang. Woii Kamu lupa ya kalo kita masih sekolah! Aduh.. Kebo banget sih,"
Suara teriakan dan bunyi lonceng sepeda dari depan rumah ku.
Aku bergegas keluar dan membuka pintu.
Dia putri, aku memanggilnya Minas (minyak panas) karna suaranya yang besar. Bukan sebesar tekat, tapi sebesar suara jeritan orang ketika masak kecipratan minyak. Dia adalah teman dekat ku. Dia memanggil ku Rengginang, ejekannya untuk ku. Nama ku Regina, orang-orang biasa memanggilku Gina. Aku berusia 16 tahun dan tengah duduk di bangku SMA. 7 bulan lagi, tepat pada tanggal 1 Juli, umur ku genap 17 tahun. Saat bertambahnya umur ku nanti saat itu pula aku naik ke kelas 3 SMA.
"Iya Minasss, aku sudah bangun dari tadi. Bentar ambil buku dulu," Ketus jawabku.
"Cepatan! aku tinggal nih!" Teriaknya.
Yaa.. Gak ada pilihan lain selain lari daripada harus sakit telinga karna dengar minyak panas yang gak berenti teriak-teriak.
Perjalanan ke sekolah adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Putri selalu bercerita tentang pengalaman- pengalaman alaynya yang membuat telinga menjadi panas hingga tokek sampai ingin menikahi kodok karna mendengar suaranya.
Setengah perjalanan, sepeda yang kami tumpangi oleng dan membuat kami terjatuh.
"Aduh, hahahahaha." Kami serempak tertawa. Badan Putri yang berat itu menimpa ku. Kami pun bergegas berdiri sambil tertawa dan lama kelaman pun tawa kami mulai mengecil, menatap heran.
Putri berucap, "Regina, lihat deh ada nenek-nenek di belakang mu!"
"Hah? nenek-nenek?" spontan aku menoleh dan melihat ke belakang.
Tampak seorang nenek tepat berdiri di belakang ku kemudian memegang erat tangan ku sambil berkata, "17 tahun mu akan berbeda".
Setelahnya nenek itu menghilang dan meninggalkan bekas merah di tangan ku tepat di bagian yang ia sentuh.
"Woi Nang, kamu di apakan? tangan mu merah tuh! ihh kayanya kamu di kutuk deh, cepat ke dukun pintar, sembur," seru Putri sambil tertawa.
"Dukun pintar darimana?! klo dia pintar berarti aku yang bego karna percaya sama dukun. maksudmu gitu kan!" Ujar ku tegas dan masih memikirkan hal nenek barusan.
"Iyaa dehh iyaa, dukun bego, tapi kok nenek itu bisa ngilang ya, nenek sakti kali ya, Ah..Yaudah lah ya ayo.. Aku gak mau di jewer karna telat lagi," Ucap Putri sambil memberdirikan sepedanya yang rebah .
Di perjalanan kali ini aku diam saja sambil menerka-nerka siapa wanita tua itu dan maksud jiplak ini apa.
Tak terasa akhirnya aku dan Putri pun sampai di sekolah.
"Eh Gina, tangan mu kenapa merah gitu? jiplak tangan lagi, kamu maling ayam ya?" Reno teman sekelas ku langsung melontarkan candaan gak logis.
"Ahhh, engga Ren, dia kena kutukan," Spontan minyak panas itu menjawab dengan jawaban yang lebih tidak logis lagi.
Saat di kelas yang ku fikirkan hanya jam istirahat. Aku ingin ke toilet untuk menghilangkan bekas di tangan ku ini dan tidak memperdulikan percakapan ke dua orang gak logis itu. Ketika bel istirahat itu tiba aku bergegas pergi dan mulai menggosoknya dengan sabun, tapi percuma.
Tak lama dari itu,
"Serttssss,Dungk".
Aku terjatuh. Aku merasa seperti ada yang menarik kaki ku. Aku mencoba berdiri dan lagi-lagi aku melihat jiplak merah yang tiba-tiba muncul di kaki ku.
_________________________________________
Yang Regina lihat apa ya?lanjut Bab 2.
Selamat membaca, saran ku biar asik di temanin sama susu beruang aja bacanya,biar gak haus. Ingat! yang ada beruangnya. Tunggu di Bab 2 ya.Happy Reading semuanya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Teen FictionTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..