****
Tatapan Reyhan begitu dalam , bibirku terbungkam, apa yang harus ku jawab, menerima atau menolaknya.
Reyhan bertanya, tak sabar menunggu jawabannya, "Hmm.. Gi.. Gina?? Kenapa diam..?" Ujarnya membuat ku kembali terfokus,
"Kasih aku waktu han untuk jawab semua pertanyaan itu..," Ucap ku tak meyakinkan.
Reyhan hanya menarik nafas. Wajahnya murah, lemas, tak bersemangat. Dia berdiri menghampiri motornya, gerak tubuhnya mengartikan mengajak pulang. Sepanjang jalan masam ter ukir di wajahnya, membuat sendu matanya.
"Setengah jawaban akan ku berikan hari ini, mulai dari apakah kita masih bisa bersama seperti ini kedepannya nanti, dan semua jawaban itu akan aku berikan bertahap Han, sesuai urutan pertanyaan yang kau lontar kan,"
Aku memberhentikan kalimat ku, begitu pun Reyhan, wajah yang awalnya masam itu berubah menjadi riang, senyum mulai terukir di wajahnya, dia memperlambat laju motornya.
"Serius? Huh, masih ada harapan, Mau berhenti dulu Gin?" Ujar Reyhan ingin memberhentikan motornya.
"Gak usah Han, aku jawab sembari di perjalanan ini saja," Mendengar itu Reyhan menggangguk dan mendengarkan.
"Han, kamu gak usah takut kita berpisah, karna sebenarnya semua orang memang akan berpisah. Tapi yang kamu harus tau, canda tawa, suka duka, semua kenangan itu akan selalu aku ingat, sekecil apapun akan selalu menempel di dinding-dinding otak, fikiran, dan semua tempat ini. Cepat atau lambat, tapi aku harap kita berpisah nya dengan cara yang baik. Hanya bisa menaruh harap Han, sisanya adalah sekenario tuhan."
Aku menyelesaikan kalimatku, Reyhan terdiam menatap jalan, menarik nafasnya, nampak terlintas sesuatu seperti ada hal yang sangat dia takuti. Perasaan lega mulai ia rasakan,
"Aku percaya semuanya Gina, makasih untuk sem.."
Aku memotong pembicaraan,"Udah, gak usah di lanjutin, aku tau kok apa yang mau kamu bilang, kata kata itu harusnya aku yang keluarkan. Udah lanjut gih, gak sampai-sampai nanti," Reyhan mengusap matanya dan kembali menormalkan laju motor nya.
Sampai akhirnya kami sampai,"Makasih han, kamu hati-hati ya" sambil melambaikan tangan ke arah Reyhan dan dia pergi.
Aku masuk ke dalam rumah, seperti biasa melepas sepatu dan kebiasaan lainnya setelah pulang sekolah. Ibu menyambutku, menyuruhku makan seperti biasa bersama ayah.
Sesampainya aku di dapur,mereka langsung melihat ke arah kepala ku yang tengah di perban itu.
Berbagai pertanyaan dan kekhawatiran di lontar kan, aku hanya menjawabnya dengan 1 kalimat dan berusaha tetap tenang agar tidak membuat mereka khawatir, "Hanya tersandung dan terbentur batu, tapi gakpp kok, udah di obatin tadi"
"Huh, makanya hati-hati Ginaa, "
Mereka lega, tetapi masih saja berbicara memberi nasehat dengan kekhawatiran terpampang jelas di wajahnya.Akhirnya aku meminta izin untuk kerja saat itu juga, mengingat banyak hari yang ku lewatkan karna terbaring lemah saat itu.
Awalnya mereka tidak memperbolehkan ku, tapi aku terus meyakinkan mereka hingga kata "iya boleh, tapi ingat, hati hati ya, jangan sampai kejadian lagi, jangan sampai........" terucap panjang dari mulut mereka hingga aku berpamitan pergi dan mulai berjalan keluar dari gang.
Entah dari mana, Angga datang, aku yang baru saja ingin menghampiri ojek yang biasa mangkal di bawah pepohonan itu terhenti karnanya.
"Eh..Gina.. Mau ke mana?" Aku sontak kaget, ya jelas saja karna dia datang secara tiba-tiba,
"Astaga bikin kaget aja, huh. Aku mau kerja nih, di cafe Mawar di jalan Melati, dekat aja kok," sudah pasti dan pasti terjadi, tawaran pasti berlangsung,
"Ayo bareng, kebetulan lagi santai nih," Ujar Angga, aku ingin menolak, tapi... Yaa... Angga membujuk, aku hanya menghembuskan nafas dan ikut bersamanya.
"Nah, gitu dong, tar ya ambil mobil dulu"
kebetulan saat itu lima langkah kebelakang, mobil Angga terparkir.
"Oke Gina, ayo" Ajak nya, mobil mulai meninggalkan tempat itu dan berlalu. Dua menit perjalanan Angga membuka topik pembicaraan,
"Keaadaan kamu gimana? Maaf ya, karna aku, kamu jadi gini,"
Dia meminta maaf soal kejadian di sekolah,"Udah gakpp, bukan salah mu kok, aku juga udah baik-baik aja," Jawab ku.
Kami berbincang dan berbincang, dari membahas soal sekolah dan sesekali membahas soal teman sekelas yang kebetulan Angga belum terlalu hapal satu persatu nama mereka mengingat ia siswa baru.
Tak terasa akhirnya kami sampai,"Stop di sini aja Ngaa.." Ucap ku memberhentikan.
"Makasih ya," ujar ku. Angga tersenyum,"Kenapa terimakasi sekarang? kan aku mau ikut, kebetulan lagi santai nih, cemilan sekaligus kopi dingin kayanya pas" Seru Angga sambil mengambil jalur parkir, ikut turun bersama ku.Saat selangkah memasuki cafe, Seseorang ternyata sudah sedari tadi menunggu, menatap kemudian berseru, "Hay", Sontak aku bertanya,
"Loh, kok kamu ada di sini Han?" Reyhan menghadap ku, menjawab,"Kamu kan lagi sakit, jadi aku temanin kamu di sini lah, oiya, mau nya aku yang tanya nih, kenapa bisa sama Angga?" Ucap Reyhan yang membalikkan pertanyaan sambil menatap tajam Angga.
"Tad.. Tadi.." Belum selesai bicara Reyhan memotong kalimat ku, "Udah, gak usah di jelasin, aku udah tau kok, kamu langsung kerja aja.. Oiya Angga, lagi santai kan, sini-sini ngopi bareng kita," Jawab Reyhan yang malah memanggil Angga dan berbincang bersama. Angga hanya menurut dengan perasaan sedikit takut, mendatangi nya.
Berhubung saat itu cafe lagi sepi dan ini pertama kalinya aku kerja setelah di rawat di rumah sakit beberapa hari, aku harus menghadap pemilik cafe saat itu juga, dengan menyiapkan beberapa jawaban dari berbagai pertanyaan tentunya.
"Hmm.. Reyhan, Angga, aku ke ruang bos dulu ya, ada yang mau di omongin," ucap ku pamit, mereka serempak berkata "iya" dan aku berlalu meninggalkannya.
Reyhan mulai membuka topik pembicaraan yang sangat menegangkan bagi Angga saat itu,
"Aku liat kamu sama Gina makin deket," setelah Reyhan bertanya seperti itu, Angga menunduk, binggung apa yang akan dia jawab, sementara Reyhan santai meraih sedotan, minum dan menyantap makanan yang ada di depannya.
"Saat Angga ingin menjawab, pelayan cafe yang baru saja datang, menghampiri mereka, menawarkan beberapa minuman dan makanan, membuat Reyhan terhenti dan tidak menuntut Angga untuk menjawab pertanyaan nya yang sebenarnya hanya kalimat biasa.
_________________________________________
Lanjut Bab berikutnya,
Happy Reading^^

KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Teen FictionTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..