****
Putri pulang meninggalkan Sekar. Beberapa waktu berlalu, hingga tepat saatnya jam kerja ku habis. Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam.Angga sedari tadi masih duduk di temanin rombongan cewe cewe. Memang gak logis, tapi itu faktanya.
Bukannya semakin sedikit, cewe cewe itu semakin banyak dan saat setelah pak hendro keluar memantau, dia tertawa melihat Angga, berbisik kepadaku,
"Bisa bisa teman mu jadi magnet cafe ini ni, gak ngesal saya terima dia kerja di sini"
Ucap pak Hendro, tak bisa menahan tawa nya.Saat waktu kerja ku habis, aku mulai merapikan satu persatu yang ku bawa, dan bergegas pulang. Cafe itu buka hanya sampai jam 11, karna pekerja di sana rata rata masih duduk di bangku sekolahan, jadi pemilik cafe menyeimbangkan. Pak Hendro juga sempat bercerita bahwa salah satu alasan cafe ini di dirikan untuk membantu anak sekolah yang kurang mampu dan ingin mandiri untuk membiayai sekolahnya.
"Huhh, syukurlah...", Batin Angga
Apakah semuanya berakhir di situ saja.. Tentu saja tidak, cewe cewe itu bahkan menghentikannya keluar, hingga pak Hendro datang melerai dan menyuruh mereka pulang.
Kami keluar, hingga akhirnya sampai di teras cafe,
"Gin, ayo pulang bareng" Ajak Angga,
Belum semenit Angga bertanya, Reyhan datang dengan mengepol-ngepol gas motornya, tersenyum ke arah Angga,
"Kan aku udah janji bakal jemput, kenapa masih nekat?" Seru Reyhan sambil senyum sebaris di sisi kanan bibirnya.
"Ayo sayang" Tegur Reyhan menatap ku.
Angga terdiam, melotot, "Sayang?? Kalian jadian?" Ujar Angga binggung begitu pun dengan ku. Aku pun melotot menatap Reyhan, cuma bedanya tidak melontarkan pertanyaan,
Reyhan tersenyum, "Masih belum jelas?" Ujar Reyhan sambil cengar cengir.
"Ayo Sayang.. Buruan," Reyhan lanjut bicaraTanpa pikir panjang aku ikut bersamanya, berfikir keras entah apa yang salah dengan Reyhan.
Aku berucap pelan memukul pundaknya "Han...
"Iyaa,, kenapa Gina, soal tadi ya.. Hahahaha. Buat nyelamatin kamu aja, memangnya kamu gak liat banyak banget cewe-cewe yang perhatiin kalian dari tadi, kalo aku gak manggil kamu kaya gitu, bisa bisa kamu di terjang tuh sama hewan buas, ya itung-itung nyelamatin diri aku sendiri sih," Reyhan menjelaskan.
"Huh, kamu ada-ada aja" Jawabku sambil menarik nafas lega.
Reyhan memperlambat laju motornya,
"Tapi kalo aku manggil kamu "sayang" gak boleh ya," Goda ReyhanAku terdiam, menarik nafas berupaya tidak panik. Mengalihkan rasa panik itu dengan memukul pundak Reyhan. Mengulang jawaban barusan
"Ada ada aja kamu Han," dengan sedikit tertawa kecil."Hmm.. Gaboleh ya,"
Reyhan terus-terusan bertanya,Aku udah ngak bisa berkata-kata lagi.
"Ehh, engga gitu Han, Aduh... Terserah deh
Spontan berucap.Reyhan seketika kegirangan,
"Jadii artinya... Bolehh kan?? Okee Sayang ku"Aku memukul pundaknya, kali ini dengan sedikit keras,
"Kalo di ulang-ulang dengar jijik, untuk hal mendesak kaya tadi boleh," Tekan ku singkat
Gak bisa nutupin malu saat ini, gak tau apa lagi yang harus ku omongin. Reyhan hanya meng "iya" kan dan sekarang malah bernyanyi sambil berteriak,
Aku ngebatin kalo ini lebih baik daripada dia tanya-tanya hal gak jelas.Akhirnya momen mencekam itu akan berakhir, kita tiba di depan rumah ku sekarang, udah sampai.
Tak seperti biasanya, ibu keluar menyambut ku dan melihat Reyhan yang masih tengah duduk di atas motor nya itu.
"Ehh, udah pulang nak, Itu siapa?"
Di sambut dengan pertanyaan,"Saya Reyhan tante, pacar nya Regina," Reyhan menjawab dengan cepat, se-laju kilat.
Aku melotot tajam ke arahnya, mencoba membela diri "Bukan bu... Bukan...."
Tapi percuma."Ooo, pacarnya, ayo masuk dulu, ngobrol bentar" Tegur ibu malah menyuruh Reyhan masuk.
Aku kaget, sedikit bingung,
"Aduh.. Gimana ni, ibu kenapa gak marah aja sih, apa yang ibu mau tanyain ya.. Astaga Reyhan, awas aja." Gumam ku sendiri, kesal, pengen baget marah saat itu. Tapi di sisi lain ada rasa senang yang keselip. Di antara semua rasa itu, rasa khawatir yang paling dominan.Reyhan turun dari motornya, ibu masuk menyiapkan minuman dan kue kering.
Reyhan berjalan, lewat persis di hadapanku, berbisik, "Ayo sayang, ibu panggil tuh" sambil tertawa kecil, mengusap bahu ku.
Aku memukul tangannya, membalas bisik,
"Jangan ngomong macam-macam, awas!""Iya sayang" jawab nya pendek
Sampai nya di ruang tamu, aku berceloteh pelan memarahi Reyhan, memukulnya beberapa kali, tapi Reyhan hanya tertawa dan ber ulang-ulang memanggil dengan sebutan yang menjijikan itu.
"Aku nyesel tau gak bolehin kamu panggil aku gitu, di salah gunakan kan, Ah!" Aku bergumam memarahi Reyhan
Reyhan lagi-lagi hanya tertawa. Aku capek banget, gak tau lagi mau ngomong apa, dan akhirnya memilih untuk diam, itu pun karna ibu datang membawa teh dan makanan.
"Jadi.. Udah berapa lama kalian eheemm... Hemm.. Hahaha..?" Satu pertanyaan yang sangat membuat ku khawatir terucap. Ibu bertanya sambil mengejek dengan batuk pura-pura, menyebalkan.
"Ayolah bu, kita cuma teman, iya kan Han, jelasin yang sebenarnya," Spontan berucap
Bukan nya paham dengan apa yang ku katakan, ibu malah tertawa,
"Ibu gak larang kamu pacaran kok nak, asal sekolah mu gak terbengkalai, bisa sewajarnya, ibu bolehin kok, gimana Rendi?"
Reyhan kaget mendengar kata Rendi yang ibu ucapkan, dia seketika tertawa,
"Nama saya Reyhan tante, bukan Rendi,"
Ujar Reyhan menjelaskan."Ahhh... Maaf, ibu lupa, efek "U"," Jawab ibu sambil mengusap pipinya, tersipu malu.
Berbincang dan berbincang, dari membicarakan sekolah, tempat tinggal, sampai pertanyaan-pertanyaan soal kenal di mana dan lain lain. Gak butuh waktu lama, Reyhan dengan cepat akrab dan mengambil hati ibu ku.
Aku sedikit lega karna pertanyaan dan jawaban Reyhan masih wajar, walaupun sesekali membuat kesal.
Akhirnya momen yang ku tunggu datang,
Reyhan berpamitan dengan ibu meng- antarkannya keluar.
"Besok-besok main kesini lagi ya Nak Reyhan,""Siap tante, oiya, pulang dulu ya say..."
Sebelum Reyhan meneruskan kalimatnya, Aku lebih dulu melotot ke arahnya.Dia lagi-lagi tertawa,"Pulang ya gina.. Dahh tante"
Seru Reyhan kemudian pergi.Aku menarik nafas lega,
"Akhirnya momen meneganggakan ini sirna, sial Reyhan, awas aja nanti""Cieee... Anak ibu udah gede" Celetuk ibu menggoda ku.
Aku hanya bisa mendorong pelan lengannya, "Iihhh apaan sih bu, cuma teman, serius, aku sama dia juga baru kenal..........."
Berceloteh, berupaya menjelaskan,Ibu hanya mengejek "yayayayayayayyayayay" sambil menutup telinganya.
"Huh, nyeselin banget orang-orang hari ini"
Aku bicara sendiri, balik ke kamar sambil siap-siap untuk istirahat. Berkali-kali bersyukur lega. Tapi di antara semua ke kesal an itu, aku kenapa malah kegirangan dan senyum-senyum gini ya. Reyhan..Ahh, Lupakan.
__________________________________________
Lanjut Bab selanjutnya, Happy Reading.
Jangan lupa vote dan komen, juga follow aku supaya gak ketinggalan bagian selanjutnya. Ikutin sampai akhir ya..Stay healthy semuanya.. Byee^^
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Fiksi RemajaTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..