Bab 26_Ritual

26 4 0
                                    

Anak pemmilik  caffe itu mengikat tanggan ku dan membawa ku keruangan kosong, Astaga, fikiran ku tak karuan, apa yang akan dia lakukan. Aku yang pura pura pingsan ini berusaha sedikit demi sedikit membuka mata dan mencoba menghapal ruangan demi ruangan. Dia membawa ku melewati 3 pintu yang semua pintunya memiliki kunci yang berbeda. "Sial" fikirku, pasti tidak mudah keluar dari sini. Jalan menuju ruangan ke tiga tempat aku diikat sekarang adalah jalan yang lumayan sempit dan pintu pintunya pun hanyalah strategi agar sulit keluar dari tempat ini. 

Syukurlah, setelah membawa ku keruangan ini dan mengikat tangan dan kaki ku di kursi seperti film film penculikan, dia tidak melakukan apapun dan lagsung meninggalkan ku serta mengunci semua ruangan. Tidak ada orang yang mengawasi,  tapi aku tidaklah bodoh, sudut atas fentilasi ada kain yang sengaja di berikan bolongan untuk menjadi celah cctv. Aku menjaga diri ku tetap berpura pura pingsan dalam waktu 5 menit setelah itu berpura pura siuman dari pingsan setelah 5 menit itu berakhir. Ya, agar dia tidak curiga sedari awal.

Aku menatap sekeliling lagi, menyiasati cara untuk kabur dari sini. Walaupun aku sendiri di sini, tapi benar benar terasa ada yang mengawasi. "Kamu sudah sadar?!" Terdengar suara yang lumayan keras berasal dari sudut atas ruangan, baik, ini sudah benar benar di rencanakan. Ada speaker yang tergantung di sudut atas ruangan ini. 

"Regina, jangan coba coba kabur dan jangan sedikitpun berfikir untuk kabur,HAHAHAHA," Ucap suara itu dengan keras.  Suaranya tidak asing, benar benar tidak asing. Aku mencoba menebak suara siapa ini. Aku berceletuk pelan sambil melotot,"Pak Hendro!" Astaga, benar ini suara pak Hendro, pak henro pemilik caffe ini. Aku benar benar tidak tau apa yang mereka rencanakan, dan benar benar gak sangka pak Hendro dalang semua ini. 

Tak lama dari itu ada suara ribut membuka pintu, pintu ruangan ku terbuka dan dengan jelas aku melihat Angga di dengan tubuh babak belur di lempar masuk ke ruangan ku oleh anak pemilik caffe itu yang kemudian mengikat Angga di kursi persis di samping ku. Langkah kaki terdengar, iya benar, itu langkah kaki pak hendro yang kemudian mengunci pintu. yang membuat ku aneh, apa yang dia bawa, lilin dan alat sesembahan lainnya. "Astaga, jangan jangan!?" Fikirku tidak karuan, aku menatap Angga takut, begitupun Angga, menatapku tajam disertai panik, sebenarnya apa yang terjadi. 

"Kalian jangan berfikir untuk lari dari sini, resapi saja detik detik terakhir kalian berada di sini." Yang ada di fikiranku jika aku mati sekarang, siapa yang akan memberi tau ke orang tua ku perihal ini, dan Reyhan, astaga Reyhan, sebentar lagi Reyhan pasti ke sini. Aku tidak pasrah dan terus mencari cara untuk pergi dari seni sementara mencerna apa yang sedang terjadi.

Angga menatapku kemudian mengalihkan pandangannya ke arah saku celananya seolah memberi isarat. Ada pisau di sakunya, langsung terbesit untuk memotog talinya. Aku dan Angga memikirkan strategi untuk menggunakannya.

Beberapa detik kemudian pak Hendro datang kemudian bertanya kepada anaknya, "Kemana Reyhan,ritual ini tidak akan bisa diteruskan jika kekurangan 1 orang," Ucapnya. 

Apa maksud dari Ritual ini, ritual apa yang mereka bicarakan. Aku dan Angga terus terusan berfikir cara untuk kabur dan mengesampingkan pertanyaan itu.Tapi tak lama dari itu anak pemilik caffe itu keluar ruangan.

 Tinggal pak Hendro dan kami di sini, dia berucap "Sambil menunggu teman kalian saya ingin berdongeng. Kalian tau, aku terpaksa melakukan hal ini. Saya terpaksa melakukan ritual ini dan bersekutu dengan jin. Semua bisnis saya bangkrut dan tidak tertolong, caffe ini sebentar lagi akan di sita. Saya tidak tau lagi bagaimana saya memperbaiki semuanya jika bukan dengan cara ini. Maafkan saya, sejujurnya saya tidak mau melakukan ini, tapi saya juga tidak mau jika harus melarat dan hidup miskin,"

Aku tersentak, "apa apaan ini, PESUGIHAN?! kami akan di jadikan tumbal pesugihan?!, Pak sadar pak, saya tau bapa orang baik dan pasti ada cara untuk semua hal yang terjadi sama bapa, Ingat pak, percaya sama tuhan, kita semua akan mati dan ini sama sekali gak akan berarti pak. sadar pak sadar," Teriaku dan masih tidak percaya dengan semua ini.

Seketika pintu di buka dan Reyhan terlempar masuk,"Banyak omong, tau apa sih kaian soal hidup. Pokonya aku gak mau ya pa kalo harus hidup miskin, aku  gak  mau!" Bentak anak pak Hendro sambil menikat Reyhan tepat di sebelahku.

"Kalian gakpp? tanya Reyhan, "Tenang, kita akan keluar dari sini", ujarnya.

Anak pak Hendro memasang lilin dengan pola melingkari kami, dengan beberapa persembahan di atas nampan kemudia mereka masuk ke lingkaran itu dan mulai membacakan mantra sambil memejamkan mata. Saat mereka memejamkan mata, ikatan di tangan ku ada yang membuka. Aku menoleh kebelakang dan tak percaya, "Reyhan, bagaimana Reyhan bisa menjadi ganda sementara jelas jelas dia masih terikat di belakang ku. "Reyhan yang terikat berceletuk pelan, "Gina, bukan saat nya memikirkan hal itu, bantu Angga sekarang,"


_____________________________________________________________________________________


Happy reading semuanya dan sampai jumpa di bab selanjutnya~


BEDA DUNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang