Bab 12_Pamit

44 7 0
                                    

Malam berlalu menyambut pagi yang cemerlang merupakan ranah baik untuk memulai hari. Pulang, hanya itu yang ada di fikiran ku saat ini. Orang tua ku? Putri? Huh, tentu aku tidak melupakannya.

"Hayy kelinci pincang, sudah bangun? Hahahahaha" Sapa Reyhan mengejek.

"Hmm,Menatap Reyhan dengan tajam sebelum berbicara, sepertinya bagus,"

Aku meraih bantal dan...

"Hmmm,,, mau tempur biar sama-sama pincang ya,, tuhhh rasainnnn tuh! Ahahahaha.. Dasar kucing lemah" Ujar ku

Teriak tawa ku diiringi tawa Reyhan seperti pengganti suara 3 dalam paduan suara. Ungkapan binatang-binatang lucu di sertai ejek mewarnai suasana pagi.

Tok tok tok...

"Kak Gina...Kak Reyhan, Rio masuk ya.."
Teriak Rio sambil mengetuk-ngetuk pintu.

Reyhan menarik nafas..
"Iyaaaaaa, masukk," teriak Reyhan.

Rio membuka pintu dengan wajahnya yang cerah menghampiri kami,

"Kak Gina... Selamattt pagii, baru bangun ya kak? Wah, baru bangun aja cantik banget nih," Sapa bocah kecil itu dengan goda

Reyhan menatap Rio lalu bicara
"Hmmm, masih pagi ya Rio, jangan pancing tengkar," cetus Reyhan

"Ihh,apa sih kak Reyhan, cemburunya keliatan banget.. Gak profesional banget deh, ahahahhahaha" Ucap Rio lagi-lagi menggoda Reyhan menambah riang suasana

Aku hanya menyimak sambil tertawa, melihat pertengkaran kecil mereka.

Suara langkah kaki mengarah ke ruang rawat ku. Berseragam putih terlihat seperti wanita.

"Permisi, dengan pasien bernama Regina?"
Kata wanita itu yang merupakan perawat rumah sakit,

"Iya benar," jawab ku singkat

Perawat itu membuka kantung yang berisi obat-obatan sambil membuka infus di tangan ku. Aku yang sudah bisa duduk dengan biasa dan tidak terlalu merasakan sakit mulai santai.

"Permisi ya, biar saya lepaskan ini dulu,"
Ucap suster itu sambil tersenyum.

Setelah melepaskan infus, suster berdiri di arah kanan ku.

"Ini obat nya tetap harus di minum ya. Jangan terlalu banyak melakukan aktifitas dulu jika belum sembuh dengan total, banyak istirahat. Oiya, mba nya sendiri?"
Ujar suster memberi saran disertai tanya yang membinggungkan.

"Sendiri??? Saya bertiga di sini sus, Han, Rio, suster gak lihat?" Jawab ku sambil kebinggungan.

Reyhan dan Rio hanya diam tak bersuara.

"Ohh, iii.. Iyaa mba, pembayarannya sudah di lunasi ya mba, mba nya bisa langsung pulang atau nanti ada jemputan?" Dokter lagi-lagi bertanya seperti tidak melihat siapa-siapa.

"Saya pulang sama teman saya Dok, kebetulan ini teman saya sudah temanin saya di sini dari awal saya di rawat,"

Wajah perawat itu berubah binggung,
"Ba.. Baiklah.. Temannya bisa bantu tuntun ya, saya permisi dulu" ucap suster gemetar dan tidak memandang Rio dan Reyhan seperti normalnya orang berbicara .

Fikir ku bertanya-tanya, tapi yaudah lah.. Mungkin susternya lagi ada masalah.

"Han, tolong pegangin obat ini, aku mau berdiri dulu,"ujar ku bersiap

Reyhan yang mengambil obat itu ikut membantu meraih tangan ku,
"Lah,kirain minta tolong bantu berdiri, haduh.. Sok kuat lagi kan,"

Rio cengar cengir kemudian gatal mengoceh,"Cieeeee,,kak Reyhan peka banget sih,ahahahahhaha" Goda Rio geli

"Hemm..." Reyhan hanya mendengkur.

Dengan senyum tipis aku menyenggol lengan Rio,
"Rio mau di sini aja apa ikut keluar nih.." Ujar ku

Rio yang tergesa-gesah berlari kedepan pintu sambil berteriak, "Yaaaaa ikutttt donggg, hhahahahhaa"

suara nyaringnya tidak ingin ketinggalan.
Kami bergegas keluar dan berpamitan dengan Rio yang sedari tadi sudah bersemangat bercampur rasa sedih di matanya,

"Kak Gina pulang dulu ya Rio, nanti Rio boleh kok ke rumah kak Gina. Minta jemput kak Reyhan aja,"Ucap ku sambil mengelus kepala anak itu

Rio melipat kedua tangannya sambil memiring-miringkan bibir nya,
"Hmm, di jemput singa ganas ya kak.. Yaudah deh,yang penting ketemu kak Gina," Jawab Rio kembali menggoda Reyhan

Reyhan hanya menarik nafas kemudian menggigit giginya bermaksud mengejek Rio

"Hahaahhahahahahah.."
Riang tawa kami melihatnya

"Ayo Gin, pulang.. Dadah Rio, kasian deh sendirian.."Seru Reyhan meneriaki Rio sambil menuntun ku menaiki motor, kemudian meng gas motornya.

Gerakan tangan berarti kata dadah itu kami lakukan sampai akhirnya berlalu meninggalkan rumah sakit yang memberi kesan kenangan itu. Tak di sangka kecelakaan memberi warna dalam hidup ku. Mungkin inilah janji kuasa yang tidak pernah di sangka oleh sistem fikir alami.

Jalan raya kota yang masih asri dan ramai mewarnai kepulangan ku. Aku dan Reyhan memandang sekeliling sambil bercerita diiringi canda sesekali.

Tetapi seketika Reyhan meng Rem sepeda motornya dan mendadak memberhentikannya,

"Citttttt,,,siiiiittttttttt,,,,,,

"Hufhhh, hampir aja.. Ada apa sih Han, kan bahaya.." ujar ku kaget.

Reyhan menarik nafas berbicara dengan pelan.
"Huhhh, nenek-nenek nyebrang Gin, kamu gak liat??" Seru Reyhan gemetar

"Nenek-nenek apa sih? Gak ada apa apa Han... Ehhh tar,?? Apa kamu bilang Han, nenek-nenek??" Ucap ku kaget di sertai binggung.

"Ada apa lagi ini, apa jangan jangan nenek itu ya.. Tapi kenapa nenek itu muncul lagi..

Huh, nenek-nenek itu siapa ya... Sampai bertemu di Bab selanjutnya, ikutin terus cerita ini ya. Jangan lupa follow sebelum baca supaya gak ketinggalan keseruan cerita kita. Vote dan komen nya jangan lupa, biar aku makin semangat nulis dan bisa lebih memperbaiki kesalahan kesalahan aku ini.. Okee Happy Reading semuanya, byee...

BEDA DUNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang