Aku pergi menghadap pemilik cafe tersebut di ruangannya, nampak seorang pria berumur sekitar 40 tahunan itu tengah duduk di kursi menghadap ke arah ku. Ini pertama kalinya aku masuk ke ruangan itu dan ini pertama kalinya aku bertemu dengan pemilik cafe ini mengigat bahwa dia tinggal di kota besar, yaa.. Ini adalah salah satu cabang cafe nya.
"Permisi," Ucap ku sambil mengetuk pintu ruangan yang memang sudah terbuka.
"Ya, silahkan masuk,"jawabnya.
Ia mempersilahkan ku duduk, dan menyuguhkan minuman dan biscuit yang memang sudah ada di mejanya sedari tadi.
"Sebelumnya perkenalkan, nama saya Hendro, anda bisa panggil saya pak Hendro. Ini sudah kali ke 2 saya di sini, pasti kamu sudah di beritahu oleh tangan kanan saya kan yang memang saya tugaskan untuk mengurus cafe ini,"
Dia memperkenalkan dirinya, sedari tadi aku hanya menggangguk, memperhatikannya berbicara."Nama kamu Regina kan, dari yang saya dengar, kamu ini pernah di rawat di rumah sakit karna kecelakaan dan karna itu juga yang mengharuskan mu untuk tidak bekerja sementara, dan perban di dahi mu...." Dia memberhentikan kalimatnya, bertanya soal perban itu,
"Ahh.. Hanya kecelakaan kecil di sekolah pak, tidak begitu buruk,"
Jawab ku dengan singkat dan sigap.Pak Hendro melanjutkan kalimatnya.
"Ahh.. Baik, untuk hal itu tidak apa, jika memang belum terlalu pulih kamu boleh istirahat, oiya, saya hanya bisa memantau cafe ini sampai 2 minggu kedepan, dan selanjutnya anak lelaki tunggal bapa yang akan memantaunya, saya minta tolong kamu untuk membantunya ya, perlu berhati hati, dia terlalu sensitif,"Tanpa fikir panjang aku meng "iya" kan permintaannya. "Baik, hanya itu yang saya ingin infokan, kamu bisa kembali berkerja sekarang, terimakasih,"
Setelah kalimat terakhir di ucapkan, aku keluar dari ruangan itu dan kembali menghampiri Reyhan dan Angga yang masih baik-baik saja, malahan tengah berbincang sambil menyantap makanannya.
Aku mengatakan kepada Reyhan tentang anak pak hendro yang akan mengurus cafe ini kedepannya. Reyhan tersedak, berdiri dan memegang bahu ku,
"Wah, kamu harus hati hati Gina, bisa bisa jadi modus kalo gitu." Perkataan itu di teruskan batinnya,
"Aku harus melakukan sesuatu""Gina, antar aku ke ruangan pemilik cafe ini sekarang!" Reyhan bersemangat,
Sementara itu Angga juga berdiri, mengatakan hal yang sama.
"Kamu ngapain ikut-ikutan, ini urusan ku, kamu tunggu aja di sini, jangan ikut,"
Ucap tegas Reyhan.Aku mengantarkan Reyhan ke ruangan pak Hendro, sesekali bertanya kamu mau ngapain sih Han, Tapi Respon Reyhan tetap sama, Udah, antar aja, nanti kamu tau sendiri.
Sampai saat aku lelah mengulang ulang pertanyaan dan membiarkannya menghadap ke ruangan pak Hendro sendiri, tak berani ikut, hanya menunggu di balik pintu.
"Permisi pak," Ucap Reyhan, Sama seperti normalnya, Pak Hendro membiarkan nya masuk. Tanpa harus di suruh, Reyhan langsung duduk di hadapannya,
"Apa makhsud kedatanganmu kesini anak muda?" Tanya pak Hendro ke arah Reyhan.
Reyhan menarik nafas dan meng- ungkapkan maksudnya,
"Apa boleh saya kerja di sini, jadi apa aja boleh deh, jadi tukang bersih-bersih,-pelayan dapur atau apa lah, saya bisa kok," Seru Reyhan membuat pak Hendro kaget."Dari tampangnya kayanya kamu anak yang berada kan? Uang untuk kamu bukan hal yang sulit, tapi kenapa kamu mau kerja di sini?" Ujar pak hendro sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Teen FictionTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..