****
Saat setelah aku melewati hari yang sedikit menyebalkan kemarin, di pagi ini aku di sambut oleh cahaya matari yang baru saja terbit seakan mengajak ku untuk berteman. Aku harap ini adalah pertanda hari yang baik.Aku bersiap siap seperti biasa, bergegas mandi, menyiapkan peralatan sekolah. Karna aku gak terlambat bangun, energi ku udah ter upgrade.
Semua sudah siap.. Dan..
"Rengginanggg.... Rengginangggg.. Bangun"Siapa yang berteriak? Siapa lagi kalo bukan Putri.
"Huh, bikin kaget aja, iyaaa Minyak Panasss!" Aku berteriak, bergegas keluar.
Aku berlari, menghampirinya, "Ayoo,"
"Wah, tumben cepat banget. Eh.. Bentar, jangan naik dulu, aku mau kasih tau sesuatu" Seru Putri.
Aku membantah omongannya,
"Kalo mau ngomong kan bisa sambil jalan, kenapa harus turun, nanti malah telat lagi"Putri tertawa dan mengusap wajahnya,
"Astaga, iyaa juga ya, yaudah naik,"Aku mendorong pundaknya sambil memperhatikan injakan kaki di sepeda,
Sementara Putri sudah mulai mengayuh sepedanya."Nahh,, udah, mau ngomong apa Put, tadi bilangnya mau ngomong?" Tanya ku
Putri tertawa lagi, mengatur nafasnya kemudian menjawab,
"Lupa lupaa.. Jadi pulang sekolah nanti aku mau ajak kamu ke rumah sakit. Gak usah tanya ngapain, nanti kamu tau sendiri,"Jawaban Putri semakin membuat penasaran.
"Memangnya siapa yang sakit?"
Putri menarik nafas dengan serius,"Udah ku bilang gak usah tanya!, huh sabar sabar,"
Putri mengatur pelan nafas nya, sementara aku sibuk tertawa melihat tingkah nya. Perjalanan demi perjalanan telah di lewati sampai akhirnya kami sampai di gerbang sekolah. Seperti biasa Putri memparkirkan sepedanya dan kami beranjak ke kelas.
"Ginaa.. Aku penasaran deh sama nenek nenek itu, masih ganggu kamu gak sih?"
Entah kenapa Putri tiba tiba bertanya soal itu, aku diam sebentar, coba menjawab.
"Hmm.. Belakangan ini udah gak ada sih, tap.. Tapii.. Bekas di lengan ini masih nyisa, ya memang bisa di tutupin, sekarang juga udah jarang ada yang tanya tanya soal ini, udah basi."
Putri menggangguk,"bener juga," jawabnya pendek
Tak lama dari itu Angga datang. Lagi lagi dengan gerombolan cewe di belakangnya, kali ini parah, sampai ikut masuk ke dalam kelas.
Angga menaruh tasnya, duduk di samping ku. Tapi parahnya cewe cewe satu geng itu malah menarik rambut ku, kasar menampar wajah ku, "Minggir!" Ucap Eva, ketua geng cewe itu.
Putri kesal, menarik balik rambut Eva.
"Eh GOBLOK, dasar gak laku! Angga aja jijik liat muka kalian, kamu juga Angga, tegas dikit kek, ini malah diam aja, dasar gak punya taring!"Eva yang rambut nya di tarik itu semakin kesal, mengambil ancang ancang ingin menyerang balik, tapi.. Titttt...tittttt....
Bel masuk berbunyi,"Awas aja kalian, terutama kamu Regina, Angga suka sama kamu kan,kamu fikir aku gak tau, liat aja nanti!"
Ucap Eva sambil menunjuk nunjuk tepat di depan wajah ku,Sementara Putri masih meneriaki mereka yang beranjak keluar itu,
"Dasar Cewe gak laku, gatal, MURAHAN!""Kamu gakpp Gina?" Angga bertanya, terlihat sangat khawatir.
Tapi Putri langsung menjawab pertanyaan itu,
"Tadi kamu kemana aja BEGOK?! Gak guna, Lemah!" Bentak Putri"Udah putt... Udahh, sabarr.." aku mencoba menenangkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Ficção AdolescenteTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..