Tak terasa, cahaya sore memasuki ruangan rawat sekar dan itu juga menandakan bahwa kami harus pulang, mengigat kerisauan ibu yang pastinya tengah menunggu ku. saat setelah kami hendak keluar ruangan, Reyhan tiba tiba datang tersentak. "Loh, kalian kok ada di sini?" tanya Reyhan. Terliat jelas tergambar khawatir dan kaget di wajahya.
Putri melotot menatap Reyhan, menarik tangannya dan membawanya pergi. "Gina, tunggu sini ya," Ujar Putri. Aku hanya mengangguk dan menurut, tanpa menduga duga apa yang mereka bicarakan. Rio kembali menarikku ku dan membawa ku keruangan dan bermain bersamanya.
Sementara Putri membawa Reyhan keruangan rawat kembarannya beserta Raganya. "Han, bisa kau jelaskan satu persatu soal ini, apakah kau bisa memikirkan bagaimana tanggapan Regina mengenai hal ini?" Tanpa jeda Putri menanyakan kalimat itu.
Panik, binggung dan gugup, bukannya menjawab Reyhan malah bertanya dengan tersendat, "Da...rimana kamu tau hal ini ...??"
"Aku minta kamu jawab pertanyaan ku, bukan bertaya balik!" Bentak Putri.
Saat setelah Reyhan ingin menjawab, Aku memanggil, "Putt, udah di tunggu nih, kalian di mana" teriak ku.
"Huh, urusan kita belum selesai Reyhan!" Ancam Putri menghela nafas dan berlarii menghampiri ku di susul dengan Reyhan.
"Kalian dari mana sih, tiba tiba pergi gitu aja?" tanya ku. Putri mengalihkannya dengan santai "Gak kemana mana, yaudah ayo balik, sepeda kita udah bener kali tuh. Reyhan tolong jaga Sekar sama Rio ya, kamu kan lagi ada urusan juga di rumah sakit ini," seru Putri
Aku sontak berceletuk, "Urusan.. urusan apa Put?" Putri lagi lagi mengalihkan,
"Kepo banget sih Gina, ayo buruan pulang keburu malam nih," ujarnya.
Aku dan Putri bergegas pulang dan sampainya di rumah, aku teringat sedari tadi Putri sangat sibuk memperhatikan jam tangan nya, sangat terburu buru. Setelah mengantar pun hanya berpamitan pendek dan Pergi. Yaudah lah, tidak ingin berfikir berlebihan, aku memilih untuk segera masuk rumah dan beristirahat.
Lima menit lagi waktu menunjukkan pukul 5 sore, tepat di menit ke 57 putri sampai di rumah sakit dan menghampiri ruangan Dhani dan tepat saat itu juga Dhani sudah menunggu Putri di kursi asri tepat di taman rumah sakit itu sambil tersenyum ke arahnya.
"Wah, sangat tepat waktu ya, aku kira gak bakal datang," Ujar Dhani setelah Putri duduk menghampirinya.
"Gk usah banyak ngomong, jelasin kelanjutannya sekarang" Ucap Putri dengan nada tersendat dikarenakan berlari karna tidak mau telat sedetik pun. Mendengarnya Dhani tersenyum, menarik nafas dan mulai bercerita, "Aku dan Reyhan kembar yang terpisah, orang tua kami berpisah saat kami lahir. Reyhan tinggal bersama ayah ku, dan aku tinggal bersama ibu ku."
Dhani terhenti, mencoba mengatur laju nafasnya dan kembali berbicara. "Ayah ku sengaja membedakan nama kami sangat jauh, berfikir bahwa aku dan Reyhan kembaran ku tidak boleh sampai ketemu. Aku mengetahui hal ini saat setelah aku menginjakkan kaki ku di sekolah menegah pertama(SMP) dan saat itu juga aku sempat terpaksa berhenti sekolah karna kendala ekonomi sampai akhirnya kepala sekolah yang sangat dermawan itu membayar semua biaya sekolah ku hingga lulus dari SMP, walaupun aku tetap tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA."
Tepat di kalimat itu Dhani tertawa, membuat Putri kesal. "Apa maksudmu? Kamu ngarang ya! Ketus Putri sambil memukul keras bahu Dhani
Dhani yang tengah tertawa itu terdiam dengan menyisakan sedikit tawa kecil, nekat menjawab, "Aduh, sakit juga ya, hahahaha, aku tertawa bukan karna aku bohong, hanya terfikir betapa kasihannya kepala sekolah ku yang menaruh harapan tinggi dan susah susah membiayai sekolah ku yang ujung ujungnya hanya menjadi lulusan SMP, hahaha, bayarinnya nangung banget sih," Jawab Dhani tidak bisa memberhentikan tawanya begitu juga dengan Putri yang ikut tertawa karna mendengar ceritanya.
Sebelum Dhani melanjutkan ceritanya, waktu sudah lebih dulu memberhentikannya. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 18.00, Putri harus pulang, ada yang ingin dia kerjakan di rumah. Berkata kepada Dhani bahwa dia akan kembali lagi kesini besok di waktu yang sama dan sedikit merasa tindak ingin pergi dan merasa nyaman dengan Dhani, Putri mencoba megaihkannya, berpamitan dan bergegas pulang. Dhani tersenyum seperti merasakan hal yang sama.
________________________________________________________________________________
happy reading semuanya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Fiksi RemajaTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..