Bab 4_Pesona Ruang Rawat

124 12 9
                                    

Aku berteriak dengan keras tapi tidak ada seorang pun yang mendengar. Aku pun merasa bahwa suara ku sama sekali gak keluar.

"Ingat, tujuh belas tahun mu akan berbeda." Nenek itu berbisik di telinga ku setelah itu menghilang gitu aja mirip jelangkung.

Kata-kata ini di ulangnya terus, Berbeda dalam artian atau apa aku gak ngerti. Fikiran ngaco ku datang bilang bahwa nenek itu akan mengundang ku di pernikahannya dengan kakek cangkul tepat saat aku 17 tahun nanti. "

Aku melamunkannya, hingga perlahan sakit di dada ku menghilang dan sekarang ini aku hanya ngerasa nyeri kepala dan perih di sekujur tubuh karna kecelakaan yang ku alami.

Aku memperhatikan seperti ada yang berjalan ke arah pintu hingga pintu pun di buka. Aku yang tengah sibuk melamun sontak kaget tanpa suara.

"Gin, kelaman gak? aku sekalian beliin buah nih, jadi agak lama. Kamu gakpp kan?" Reyhan datang sambil menenteng plastik buah di tangannya.

"Huh, Reyhan, bikin kaget aja!"

Reyhan kembali fokus ke tangan ku dan bertanya tentang jiplak tangan itu lagi, gak ada bosan bosan nya emang tanya itu mulu.

"Tangan mu kenapa sih Gina, kenapa bekasnya bener-bener kaya jiplakan tangan gitu ya? Eh baru sadar di kaki mu juga ada loh, bisa sama lagi,"

"Panjang cerita nya, tapi aku gak jamin kamu bakal percaya sih, ya karna bener-bener gak masuk akal, aku aja sampai sekarang masih gak percaya." Aku menjawab Reyhan.

"Aku percaya sama kamu. Tapi jangan sekarang ceritanya, aku tau kepala mu lagi sakit kan."

Seru Reyhan membuka bungkusan buah sambil berdiri dan mengupas satu buah apel lalu meletakkannya di piring.

"Yaudah makan aja dulu. Kata Putri kamu suka Apel, makanya aku beliin,"

Reyhan dengan senyumnya yang manis lagi lagi membius mata ku di tambah cara memperlakukan aku dengan baik sangat membuat luluh.

"Oke lah.. Tapi kali ini aku mau makan sendiri, gak mau nanti tiba-tiba tangan ku gak gerak lagi karna dimanjain," Ucap ku tertawa.

" Yee, pede banget sih... Siapa juga yang mau suapin. Hahahahaha" Goda Reyhan.

Aku menyikutnya, memalingkan wajah ,.tersenyum karna malu. Ahh.. Bego banget sih, ucapku dalam hati.

Yaudah nih, kalo memang mau makan sendiri. Tapi kalo nanti sakit bilang ya! Gak usah pura pura kuat!".

Reyhan menyodorkan piring agar aku dapat mengambil buah nya satu per satu, dengan tatapan meremehkan pastinya,

" Iyaaa Reyhannnnn" sambil menyikutnya "liat aja nih!"

Aku sudah mulai akrab dengan Reyhan kali ini. Dia yang lucu dan peduli membuat ku nyaman. Sementara itu, aku teringat orang tua ku yang tidak ada menghubungi ku sampai saat ini.

" Ehh ehhhh Ginaaaa...., Kan malah melamun? Itu buah apel, bukan buah anggur, malah di anggurin. Haduuhh,,, makanya sini aku suapin, kamu modus ya.. Sok sok melamun ih biar di suapin, cara klasik,"

"Apaan sih, sok tau banget, iya iyaaa...Nah yaudah suapin,!" Ujar ku sambil menyodorkan piring dan berusaha gak salting.

Gak lama dari itu minyak panas cempreng itu datang,

"Hayyyyyyyyy, kaliann-kaliannn semua...... Ciyeee ahahahhahaaa. Baru juga di tinggal bentar udah ehem ehemm aja," Putri  nyelonong masuk sambil monyong- monyongin mulutnya.

"Yeee, Apa an sih minyak panass! Meledak aja mulutnya kaya mercon," Jawab ku

"Oiyaa Han, klo mau balik gakpp kok. Mungkin mau mandi trus istirahat dulu, kan udah ada aku, hihi," Ucap Putri.

"Makasih ya.. Maaf aku ngerepotin kalian terus,"

"Astagaaaa, kaya sama siapa aja! Alayy dasar!" Celetuk Putri sambil monyong andalannya.

"Iya sama-sama, jangan mikir macam- macam lah sekarang, yang penting sembuh dulu. Bener boleh pulang kan, Oke lah, jaga baik-baik ya Putri" Ujar Reyhan sambil meletakkan piring buah.

"Lah yang jadi teman nya duluan siapa, yang perintah-perintah siapa, yaudah deh di jaga kok ratu mu Reyhan, gak usah takut deh, .. Makasih ya Han," Sahut Putri sambil menggoda Reyhan.

"Iyaaaa Putttt iyaaa, yaudah.. pulanggg dulu ya.. Dahh"

Sambil melangkah keluar ruangan, Putri buka pembicaraan dengan pertanyaan soal wanita tua itu lagi. Bener bener kalian gak ada cape-capenya.

"Eh, tadi kamu ada lihat nenek itu lagi gak sih? soalnya jujur pas aku mau masuk ke ruangan ini tuh kaya ada nenek-nenek  depan pintu ini.. Ih serem,"

"Eh, serius put? Tadi parah sih, bener-bener di depan muka dan jelas banget. Sama itu tuh..
Pas kita di jalan itu kan, dia bilang kalo tujuh belas tahunku akan berbeda trus hilang gitu aja.

Aku binggung sih, kenapa kita bisa lihat nenek-nenek itu dan kenapa dia selalu pantau aku. Mana bekasnya di tangan sama kaki gak hilang-hilang lagi. Kalo memang nenek itu bukan manusia, kenapa kita bisa lihat ya.. Apa kita indigo?? Ahh.. Ngaco, gak mungkin. Toh satu satunya hantu yang kita liat juga cuma  nenek-nenek itu, mana ngasih tanda lagi"

Aku kali ini bener-bener keluarin semua pertanyaan yang aku binggungkan ke Putri,"

"Kita harus cari tau ini Nang! Masalahnya gara-gara nenek itu kamu celaka. Tapi ya, menurutku nenek-nenek itu mau kasih tau sesuatu deh. Maksud omongan nya apa ya..hmm" Putri penasaran.

"Yaelah Puttt puttt.. Tumben seorang minyak goreng serius, hahahahha..Nanti aja ya cari taunya, mending mikirin kapan kita beli mobil biar kesekolah gak naik sepeda mulu. Aku dapat jiplak ini kan karna jatuh dari sepeda, pas banget sih. Haha"

"Bener juga tuh, bisa pas gitu ya," Jawaban Putri menutup pembasahan. Itu lebih baik sih di banding terus mikirin nenek-nenek itu. Putri beranjak ke sofa panjang mendekati jendela besar ber jarak 10 kaki dari aku. Dia merebahkan dirinya di sana sambil menatap langit-langit ruangan dan jendela yang kordennya terbuka lebar .

Gak lama kemudian..
"Heeeeghhh..hrrrrhh..horrrhh.." Putri mendengkur

Aku yang terheran heran coba tahan ketawa karna takut minyak panas itu bangun, "Astagaaaa,,gilaa.. Ahahahhaha parah sih.. Malah tidur, mana mendengkur keras banget lagi.. Kasian Putri, pasti dia cape banget."

Waktu berlalu hingga senja datang memberikan sinarnya yang begitu indah dan pesona warna orange yang masuk ke dalam ruangan seolah ikut mewarnai ruangan rumah sakit.

"Huaahhhh"

Putri terbangun dari tidurnya dan langsung duduk menatap langit senja dari jendela rumah sakit yang begitu membuat jatuh cinta. Aku ingin sekali berlari duduk di seblahnya dan menatap langit itu bersama, tapi apalah daya ku, kaki ku tak kuat melangkah ke sana dan kepala ku seakan berkata sabar.

"Bagus bangetttttt ya Nang... Aku jadi betah di sini kalo sore begini. Ahahhaa" Seru Putri sambil menujukan mata nya ke langit.

Matahari senja itu mulai tengelam dan berganti gelap. Putri beranjak dari sofa meraih korden kemudian perlahan menutupnya.

Tapiii... Ketika satu kali gesaran korden lagi Putri berteriak

"HaaaaaAAAAAAA.

Mendengar itu aku terkejut. Aku menatap ke arah putri dan panik. Spontan aku berteriak karna khawatir sekaligus kaget.

"Putriiiii, kenapa puttt????

___________________________________________

Kenapa Putri??? Lanjut Bab 5 ya.
Kalo suka sama ceritanya jangan lupa vote sama komen nya ya.. Hehe, saran sarannya juga boleh buat tambahin semangat ku untuk tetap nulis..

Sampai jumpa di Bab selanjutnya..

BEDA DUNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang