*****
Perbincangan ku dengan Putri selesai. Dia beranjak pulang seperti teman yang lain dan semua menjadi lebih baik. Aku juga kembali ke rumah dan kembali beristirahat. Kaki ku masih sedikit sakit tapi tidak sesakit sebelumnya.Aku duduk di ruang tamu dan ibu ikut menyusul ku, sampai sekerang dia belum mengetahui tentang kecelakaan itu. "Teman ku hanya berkunjung" itu yang selalu ku ucapkan. "Ayah belum pulang bu?" Tanya ku mengalihkan.
Belum terjawab, ayah tiba-tiba datang dan menyapa,"Hay Gina, ayah pulang" dia datang dan memeluk ku dengan haru. Kami berkumpul dan berbincang di ruang tamu.
"Kamu baik-baik saja kan nak?" Seru ayah bertanya. Wajah khawatirnya terlihat, tetapi mimik khawatir yang lain juga tidak bisa di sembunyikan. Seperti ada hal yang belum di beritahu kepada ku. "Iya yah," jawab ku singkat dan menatap nya senang. Aku mencoba melupakan fikiran aneh ku barusan.
Baju dengan lengan juga celana panjang syukurlah bisa menutupi bekas merah itu. "Nenek nenek itu,selalu saja meresahkan".
Ucap batin ku.Kami berbincang kecil seperti normalnya. Sore hari beranjak gelap dan kami kembali ke kamar masing-masing. Aku yang menyiapkan buku dan pakaian untuk sekolah besok, ayah dan ibu? aku tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Aku mendengar sedikit perbincangan kecil
"17 tahunnya akan terungkap Yah," satu kalimat yang tak sengaja ku dengar melalui suara ibu.Apa yang sedang mereka sembunyikan... Astaga. Apa lagi ini, kenapa ucapannya sama dengan wanita tua itu. Aku hanya menarik nafas kecil dan mencoba untuk tidak memikirkannya. Kembali teringat dengan pekerjaan ku di caffe, duduk di taman.. Aku merindukannya. Besok, semua itu akan aku temui. Lagi pula aku sudah baik-baik saja.
Aku menghampiri kasur dan duduk di depan jendela. Berhubung kamar ku memiliki jendela yang lebar, aku membuka nya untuk menatap bintang dan bulan yang tengah bermain di angkasa.
Rasa ngantuk menghampiri ku. Aku berdiri, bergegas menutup jendela ku.
"Sialllllll,nenek nenek itu lagi," umpat ku melihatnya di kejahuan sedang memerhatikan ku. Aku sudah tidak terlalu memperdulikan itu, takut sih masih.. Tapi bodo amat lah. Aku meneruskan menutup jendela dan ya.. Langsung tidur.*****
"Ginaa.. Sayang bangun," terdengar suara ibu sambil mengetuk pintu kamar ku yang terkunci. "Ahh.. Sangat berbeda, sungguh sangat merindukan moment seperti ini. "Iyaa.. Bu, udah" aku berseru keras dengan gembira mengambil handuk yang tergantuk di balik pintu kemudian bergegas mandi.Selepas mandi, satu langkah keluar dari bilik, terlihat kedua orang tua ku di meja makan dengan banyak makanan menatapku, "Ayo sarapan sebelum ke sekolah." Ucap ayah menyapa ku. Ahhh.... Aku ingin menangis saat itu juga. Rasa rindu yang telah lama ku nantikan kembali. Semua baik baik saja, fikiran aneh ku tertepis tentang persoalan yang aneh itu.
Aku bergegas ke kamar mengenakan pakaian sekolah dan bergabung bersama mereka. Makan bersama, canda gurau bersama dan setelah setengah makan,seketika..
Kring kring...
"Gina..ginaa..." ya.. Putri,dia menjemputku seperti biasa. Aku berpamitan dengan ayah dan ibu, berlari.. Menghampiri Putri.. Dan.."Loh, kok ada Reyhan Put??" Dari luar Putri bersama Reyhan menatap ku sambil tersenyum, Putri dengan sepedanya dan Reyhan dengan motor nya?? Tidak.. Reyhan malah ikut ikutan membawa sepeda dengan 1 tempat duduk lagi di belakang nya. Dengan keranjang dan kerincing juga pastinya."kejutan" mereka bersorak.
"Kamu ikut Reyhan ya Rengginang. Kita bareng ke sekolahnya, seru banget kan" seru Putri tersenyum sangat lebar, begitu pun Reyhan."Mari Ratu, kereta kudanya sudah siap. Akan ku antar kau sampai ke ujung dunia jika kau mau," Reyhan berdiri dan mengangkat kedua tangannya memberi salam seperti salam kerajaan,membungkuk dan tersenyum.
"Kalian ada-ada saja," aku yang tidak kuasa menahan pipi yang sudah terlanjur merah itu, menutupinya dengan tas selempang yang ku kenakan. Ikut dengan mereka, ahhh... Hari yang indah. Kami beranjak,"bagimana ratu, apakah pangeran ini sudah mengambil hati mu?" Reyhan menggoda menambah merah pipi ku. Aku menyikutnya. Malu.. Tentu saja
"Cieeeeee.... Ahahahhahaha, ada yang kasmaran nich" Putri yang dari tadi memerhatikan sambil tertawa.
Aku sembuh, ibu dan ayah ku kembali, Putri kembali ,Reyhan yang selalu ada di sisi ku, apalagi yang ku inginkan, semua ini dalam hidup ku? aku hampir tidak percaya.
Separu jalan kami terhenti, terlihat Ujang berjalan kaki ke sekolah. Masih jauh banget. "Put.. Kasian banget Ujang. Berhubung kamu sendiri, tumpangin Ujang gih, kasiahan banget." Aku memberi saran
"Ehh.. Engga. Ogah banget ikutin Kejang."
Putri menolak, tapi Reyhan menyakinkannya. "Kasihan Put, masih jauh loh, kamu tega biarin dia jalan kaki.. Bayangin deh kalo kamu di posisi dia pasti kamu.....""Ahhhhh, iya iyaa... Yaudah!" Putri memotong ucapan Reyhan dan bersedia memberi tumpangan.
Kami mengayuh sepeda kami sedikit dan menghampiri Ujang, "Kejang, ayo!" Dengan nada sedikit kesal Putri menyapa Ujang,
Ujang menatap "wah,serius ini...??,tapi.. Regina kenapa sendirian aja? Duduk di belakang lagi, memangnya bisa ya sepeda jalan sendiri""Sen.. Sendiri??? Maksudnya? kamu gak lihat tuh ada Reyhan yang bonceng, wah.. Kaca mata mu rusak nih, yaudah ayo cepat, aku tinggal nih"Putri menjawab.
Wah,apa-apa an ini, maksud Ujang apa,Aku binggung banget.
"Ehh, Put,Regina kenapa sendirian gitu???masa iya sih karna kaca Mata ku rusak??"
Ujang mengulang pertanyaannya."Suttttttt.... Diam gak, ngaco banget sih, aku kira kamu cuma rabun, ternyata buta!. Udah diam, gak usah aneh-aneh, kalo engga aku turunin nih," Ucap Putri tegas.
" iya bidadari, Ujang diam" kata Ujang menjawab, sungguh dia masih memikirkan soal itu. Tapi dia memilih diam dari pada harus jalan kaki.
Tak terasa gerbang sekolah sudah di depan mata. Entah kenapa Reyhan tidak membawa ku masuk ke dalam gerbang melainkan hanya berhenti di depan. "Gin, maaf ya, aku ada urusan bentar jadi gak bisa antarin kamu ke dalam," Aku hanya meng iya kan dan ber terimakasih juga tidak berfikir apa-apa soal itu.
Aku melangkah memasuki gerbang sekolah, mencium aroma sejuk, "ahh.. Aku merasa satu tahun tidak melihat sekolah ini,Hahahah".
Di sisi lain terlihat beberapa siswa menyoraki Putri dari parkiran. Wajah putri sangat masam.
"Ini pasti karna Ujung" umpat nya.Berbeda dengan Putri, Ujang tengah melambai lambai kan tangan gembira ke arah mereka yang menyorakinya.
"Cieeeeee... Jadian nihh, traktirannya dong,ahahahahahhaa" teriak meledek mereka.Putri berlari, menarik tangan ku dan membawa ku Pergi. Ujang malah tetap membuntuti, membuat Putri makin kesal.
Aku hanya menertawai tingkah nya kemudian duduk di bangku kelas.___________________________________________
Sampai ketemu lagi di bab selanjutnya.
Jangan lupa vote dan komennya ya biar aku semangat terus nulisnya. Jangan lupa follow akun aku biar gak ke tinggalan bab- bab selanjutnya.Happy Reading semuanya^^

KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA DUNIA
Teen FictionTubuhku terlempar lima kaki dari awal aku berdiri. Karna suara itu aku mendatanginya hingga aku berada di sini.. Darah ku membasahi jalan. Sebenarnya siapa dia,kenapa selalu mengganggu ku..